02 Januari 2008

CINTA

Ingatkah engkau kepada angin yang berhembus mesra

Yang kan membelaimu, Cinta

(Sebelum Cahaya – LETTO)

Matanya berkaca-kaca. Gadis itu menatap pada sang pria dengan antusias. Sementara sang pria terus berbicara. Tanpa henti. Dan tangan mereka saling bergenggaman di atas meja kafe yang bulat itu. Suatu aura terang menyala di antara mereka, suatu jalinan hati dan cinta. Pengertian dan harapan. Suatu kerinduan akan masa depan yang mengagumkan. Masa depan bersama kebahagiaan yang didambakan bersama.

    Aku menatap mereka yang duduk hanya berjarak dua meja dariku. Kehangatan mereka turut menghangati hatiku. Kebersamaan yang indah dari pasangan yang sehati mampu membuat segala duka lara kita lenyap. Mampu membuat segala kekecewaan kita pada hidup sirna. Memang, saat cinta sedang menghangati hati, segala tantangan dan rintangan terlupakan. Atau nyaris tak berarti apa-apa. Hidup mengalir dalam arus yang hanya dimiliki oleh mereka. Lingkungan mengabur menjadi semacam bayang-bayang yang nampak namun tak terlihat. Cinta....

    Cinta itu memang lembut. Namun cinta itu pun keras. Cinta itu memabukkan bagi mereka yang mengalaminya. Karena itu cinta dapat pula menimbulkan luka yang amat perih. Demikianlah, karena cintaNya pada manusia, Yesus pun terluka bahkan hingga mati di kayu salib. Maka sungguh terasa ganjil jika kita, yang senantiasa mengatakan: "Yesus, aku mencintaiMu" tak rela menderita dalam hidup ini. Kita sering merasa kesal atau kecewa saat sedang menghadapi cobaan hidup. Dan merasa bahwa Dia tidak lagi mencintai kita hingga kita pun meninggalkan Dia tersalib. Seorang diri.

    Gadis itu menatap pada sang pria dengan lekat. Matanya berkaca-kaca. Sedang sang pria tetap asyik berbicara. Entah apa. Mungkin rencana masa depan mereka. Mungkin pula bukan apa-apa selain plus minus satu jenis handphone. Tetapi apapun juga, aku mengharapkan agar cinta yang sedang mewujud saat ini tidak hanya nyata dalam suasana indah seperti sekarang. Di masa depan, yang mungkin tidak terlalu jauh lagi, hidup mereka akan memasuki tahap di mana cinta menjelma menjadi kegiatan sehari-hari. Kadang menyenangkan. Dapat juga membosankan. Bahkan mungkin menjengkelkan. Saat anak-anak telah lahir. Saat hidup menjadi ajang pencarian dana untuk menghidupi hidup. Saat rutinitas menjadi santapan sehari-hari. Dapatkah cinta itu bertahan?

    Semoga bagi mereka, Kristus dapat memberikan teladanNya. Cintailah satu sama lain, baik dalam suka tetapi terutama dalam duka. Baik dalam kebahagiaan tetapi terutama dalam kegiatan rutin yang akan terasa melelahkan jiwa bahkan mungkin akan membosankan pula. Kehidupan adalah salib kita sebagai manusia. Karena itu janganlah menghindar jika kita harus mengorbankan diri, hasrat dan kepentingan kita sendiri bagi sesama. Apalagi bagi orang-orang yang kita sayangi. Yesus bahkan telah mengorbankan diriNya hingga wafat di kayu salib bagi kita. Maka buktikanlah juga bahwa kita semua pantas mengikuti teladanNya.

    Aku menatap mereka sambil mengagumi kuatnya aura cinta mereka. Jemari yang saling bertautan. Mata yang saling bertatapan. Dan suara yang mengalir tak putus seakan hanya ada mereka berdua di atas bumi ini. Dan aku, dua meja dari mereka, hanya aktor pembantu yang kebetulan saja nyelonong di sana. Semoga kekuatan cinta mereka akan bertahan terus sepanjang hidup ini. Sama seperti cinta Kristus kepada kita semua karena toh, kita adalah saudara-saudari kesayanganNya sendiri.

A. Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...