23 Januari 2008

MEMAHAMI

"Mengapakah aku harus mengalami hal ini? Mengapakah ini semua harus terjadi kepadaku? Mengapakah dunia ini sedemikian kejam menghakimi aku?"

Ah, betapa seringnya pertanyaan-pertanyaan di atas mengganggu tidurnya. Kala malam tiba dengan sepi yang menggigit jiwa, dia lalu terhanyut dalam penyesalan dan kepahitan atas segala pengalaman hidupnya. Dan sungguh panjang malam-malam seperti itu mengusik tidurnya. Sesal. Marah. Kecewa. Putus asa. Tidak berdaya.

Hidup memang sering menjadi ajang pertarungan sengit antara perasaan dan kesadaran kita. Dan tidak jarang, kesadaran kita pada akhirnya kalah. Maka kita lalu terseret dalam tindakan-tindakan yang merusak diri kita sendiri. Pengalaman kita sendiri memang tidaklah dapat disejajarkan dengan pengalaman orang lain. Walau apa yang kita alami mungkin sama persis dengan orang lain. Lingkungan, kebudayaan, etika dan pribadi kita sendiri telah membentuk hidup kita secara berbeda satu sama lain. Tidak ada yang persis sama. Tak ada. Maka apa yang diperlukan bukan hanya nasehat tetapi juga pemahaman pada karakter diri kita sendiri.

Tetapi yang terpenting adalah pemahaman kita akan masa depan. Sesungguhnya masa depan tidak pernah dapat diramalkan. Selalu ada nuansa-nuansa unik yang berubah, biarpun kadang diperlukan kepekaan untuk memahami perbedaan itu. Sebab itu, hidup, bagaimana pun tak berubahnya menurut anggapan kita, tetap memiliki perbedaan. Disini dibutuhkan kepekaan kita untuk menangkap secercah pengharapan dalam kegelapan yang semuram apapun bentuknya.

Maka masa depan sesungguhnya tidak pernah kelam. Dia hanya tak teramalkan dan sebab itu tak kita kenali. Dan sesuatu yang tak kita kenali selalu membentuk imajinasi yang berbeda-beda pula pada setiap orang. Lagi pula, apa yang kita alami saat ini sering merupakan akibat dari pilihan kita di masa lampau. Jadi untuk apa kita kecewa? Dunia memang sering terasa kejam dengan banyaknya ilusi yang kita tanam sendiri dalam perasaan kita. Nyatanya, dunia sering hanya tidak memahami kita. Sementara kita ingin dipahami. Kita selalu ingin dipahami.

Tetapi perlukah kita dipahami? Jangan-jangan kitalah yang tidak pernah memahaminya. Dan karena itu kita lalu melakukan pilihan hidup yang salah. Namun, apa yang telah terjadi, biarlah terjadi. "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka." Kata Yesus suatu ketika saat memanggil salah seorang muridNya. Maka mungkin, yang perlu kita lakukan adalah menguburkan masa lalu kita, melupakan kesalahan atas pilihan hidup kita di masa lalu dan melangkah ke depan untuk menyibak cahaya harapan baru yang dibawa olehNya. Cahaya Kasih. Cahaya untuk lebih memahami hidup ini.

"Ini semua telah kualami dan telah terjadi. Baiklah. Tetapi dunia ini tidaklah sekejam sangkaku. Akulah yang tidak berupaya untuk memahaminya. Kini, akan kucari masa depanku sendiri dengan pilihan yang baru. Siapa takut?"

Malam-malamnya tetap sunyi namun kini dipenuhi kedamaian. Tidurnya lelap. Dan terasa amat singkat. Ada banyak, banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya besok. Dia, seorang wanita yang bekerja di sebuah lembaga sosial anak-anak jalanan. Tenang dan penuh semangat untuk berbakti. Tetap sendiri.

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...