02 Agustus 2009

SAAT PESTA USAI, WAKTU BELUM USAI

Pesta telah usai. Tirai telah turun. Dan kita masing-masing pulang sambil membawa beragam rasa. Ada yang senang, gembira, sedih, biasa-biasa saja dan bahkan mungkin ada pula yang dipenuhi kekecewaan karena harapan-harapan yang sebelumnya diangankan tidak tercapai. Pesta telah usai, sama seperti kehidupan ini, ada awal dan ada akhir. Tak ada yang abadi. Semuanya lewat bersama waktu yang lalu melintas.

Ingatan apa yang masih tersisa saat ini? Harapan apa yang masih menggantung dalam hati? Kehidupan datang dan pergi. Silih berganti. Ada yang lahir. Ada yang mati. Ada yang tertawa. Ada yang menangis. Bukankah hidup selayaknya memang demikian adanya? Beragam kejadian serentak terjadi di atas bumi ini. Namun hanya satu dua yang mampu menarik minat kita, dan karena itu diberitakan pada koran-koran yang terbit setiap hari. Berjuta, bahkan bermilyar peristiwa dialami oleh masing-masing individu yang hidup dan mampu merasakan dan berpikir. Namun hanya beberapa yang kemudian kita tahu. Tetapi yang pasti, apa yang telah kita alami, apa yang telah kita rasakan, apa yang telah kita pikirkan, adalah hak milik kita pribadi. Dan itu tak mungkin kita sangkal dan hindari. Kita ada. Kita hidup. Kita merasakan. Kita berpikir. Kita sendiri.

Terkadang kita merasa letih. Terkadang kita merasa tak berdaya dan tak berguna sama sekali. Terkadang kita bahkan merasa terkucil jauh dari kehidupan yang nyata di luar sana. Kita merasa pecah berkeping-keping, jatuh berhamburan, tanpa mampu menghindari hantaman kejadian yang tak kita inginkan saat tiba menerpa kehidupan kita. Terkadang kita bahkan merasa putus asa dan ingin mengakhiri semuanya itu. Kita ingin berseru dengan suara nyaring: "Cukup, cukup sudah semua ini....." Berapa banyak diantara kita yang tak pernah mengalami saat-saat kelam itu? Berapa banyak diantara kita yang mampu untuk terus hidup dalam aura kemenangan dan keceriaan sebuah pesta kehidupan yang nyata terasa? Berapa banyak? Ah, mungkin tak seorang pun yang tak pernah merasakan perasaan kekecewaan, ketakberdayaan dan keterkucilan dalam hidupnya. Dan kita bukan kekecualian. Bukan.

Pesta telah usai. Tirai telah turun. Dan lampu-lampu ruang pun telah dimatikan. Suasana kelam. Sayup-sayup aku mendengarkan nyanyian indah dari Scorpion: "..... Just when you make your way back home. I find some time to be alone. I go to see the place once more......" Ya, saat pesta telah usai, terkadang kita ingin balik kembali. Mengulang masa yang telah silam. Mencoba menemukan kebahagiaan dulu. Atau mencoba memperbaiki kesalahan dulu. "..... I climb the stage again this night. 'Cause the place seems still alive. When the smoke is going down....." Tetapi mampukah kita mengulang masa lalu? Bisakah kita kembali ke saat-saat lampau? Ah, semuanya hanya ada di kisah-kisah fiksi yang bisa kita tonton sambil mengunyah snack depan layar bioskop atau Monitor kita. Yang lewat takkan kembali lagi. Takkan.

Namun waktu belum usai. Kita pun belum berakhir. Ada, dan selalu ada harapan yang menggantung di depan kita. Kesalahan yang telah terjadi di masa lalu memang tak mungkin diperbaiki lagi, tetapi kita masih mungkin untuk merubah kesalahan itu sebagai pelajaran lalu mengubahnya menjadi kebahagiaan. Mengapa tidak? Tak ada sesuatu yang abadi. Kesalahan pun takkan abadi. Dan kebahagiaan yang dulu menghinggapi kita, mengapa tak mungkin kita temukan kembali di masa depan? Semuanya bisa. Semuanya mungkin. Dan semuanya tergantung pada pikiran dan tindakan kita saja. Tergantung pada diri kita. Bukan pada orang lain. Atau lingkungan lain. Kita adalah mahluk yang diberkati. Kita adalah mahluk pilihan, yang diciptakan oleh Sang Empunya Kehidupan dengan semangat dan Roh-Nya sendiri. Kita memiliki daya. Kita memiliki pikiran. Kita memiliki talenta. Pergunakanlah itu demi Dia, bagi kita juga.

Pesta telah usai. Tirai panggung kini tertutup rapat. Lampu-lampu pun telah dipadamkan. Suasana menjadi hening. Jauh dari riuh gelak tawa kegembiraan dan sorak sorai kesenangan. Tetapi besok, ya masih ada dan masih akan tiba hari esok, dimana tirai kembali diangkat, lampu-lampu akan dinyalakan dan pesta dimulai dengan segala kemeriahan dan keceriaannya. Kita perlahan akan menaiki satu persatu anak tangga, menuju pentas yang gegap gempita, dan menyanyikan lagu-lagu indah dan riang. Sebab kita mahluk yang pantang menyerah. Kita mahluk dan cermin dari Sang Pencipta sendiri. "... This is the place where I belong. I really love to turn you on. I've got your sound still in my ears. While your traces dissapear....." Biarkanlah bayang-bayang masa lalumu lenyap, berganti dengan kegemilangan masa depanmu. Hidup! Hidupilah hidupmu! Waktu belum usai.....

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...