26 Mei 2011

GADIS-GADIS PENJUAL KUE

Setiap pagi, kala sang surya belum lagi muncul, mereka telah berdiri menanti pintu toko terbuka sambil memegang nampan yang berisi kue untuk dijual. Setiap pagi, saat sebagian besar dari antara kita masih lelap dalam selimut mimpi, mereka telah menyiapkan sarapan bagi kita yang sebentar lagi akan bangkit dari ranjang untuk menuju ke tempat kegiatan kita masing-masing. Setiap pagi, mereka berkumpul, saling bertukar kata dan berseloroh, menunggu dan berharap agar hari ini kue-kue mereka dapat laris manis. Setiap pagi, dan tiba-tiba aku berpikir, jam berapakah mereka harus bangun setiap hari agar kita semua dapat menikmati sarapan enak bersama segelas kopi atau teh?

Gadis-gadis penjual kue. Dengan wajah-wajah ceria. Dengan harapan yang membuncah. Dan aku terkenang pada gadis-gadis lain yang sebaya mereka, yang hidup dengan penuh keluhan karena tak mampu menikmati kesenangan hidup yang dibayangkan. Yang setiap hari bergerombol di Mal dan Pusat Pertokoan, yang setiap hari memimpikan barang-barang indah yang terpajang sambil mengeluhkan ketidak-mampuan mereka untuk memilikinya. Dan tiba-tiba aku menyadari bahwa sesungguhnya kegembiraan terletak justru pada kesederhanaan hidup, bukan pada impian dan harapan yang semu. Kebahagiaan ada dalam kerja, bukan dalam angan dan nafsu untuk memiliki semata.

Hidup ini adalah sebuah perjalanan yang harus diperjuangkan dengan tindakan, dengan kerja dan melakukan. Hidup mungkin tak mudah, atau bahkan teramat sulit dan berpeluh, namun toh, selalu ada tawa kegembiraan dan suka ria dalam kesukaran apapun juga. Semua tergantung dalam pikiran dan perasaan kita. Memang tak mudah, mengingat betapa kuatnya daya tarik kesenangan duniawi yang setiap hari memanggil kita untuk lelap bersamanya. Namun, kesadaran bahwa ada yang perlu dilakukan setiap saat agar kita tidak merasa sia. Agar kita tidak merasa hanya mengejar angin surga yang mustahil kita raih tanpa harus mengorbankan kejujuran, nurani dan kebanggaan kita sebagai manusia.

Gadis-gadis penjual kue itu memunculkan satu harapan, bahwa hidup ini sesungguhnya tidak mesti diawali dengan kecemasan terhadap masa depan. Gadis-gadis penjual kue itu membangkitkan satu semangat bahwa selalu ada yang berguna dalam kerja keras dan pengorbanan. Dan bagaimanapun derita, kebuntuan dan rasa frustrasi yang mendera, selalu ada jawab dalam kerja. Dalam mencipta. Dalam mengalirkan talenta-talenta kita demi mengisi kehidupan kita sendiri. Sebab yakinlah, bahwa kita ada dan hadir di dunia ini, tidak pernah tidak berguna. Kita selalu memiliki kemampuan yang unik, kemampuan yang takkan dimiliki oleh orang lain selain diri kita sendiri. Bahkan jika pun, kemampuan kita sama, kita selalu mempunyai kekhasan nuansa yang tak dapat ditiru. Sebab kita adalah kita. Bukan dia. Bukan mereka.

Setiap pagi, saat langit belum lagi terang, aku menyadari kehadiran gadis-gadis penjual kue yang berkumpul sambil bersenda gurau dengan tawa riang. Setiap pagi, aku merasakan harapan bangkit dari diri mereka, dari diri yang tak pernah mau menyerah pada kehidupan yang hanya mampu meminta. Kehidupan yang hanya mau mengharap. Kehidupan yang hanya menghasratkan jalan pintas menuju keinginan yang tak terbatas tanpa pernah mau bersusah payah untuk meraihnya. Ah, hidup itu ternyata indah justru dalam kesederhanaannya. Bukan dalam kemegahan yang ternyata hampa. Maka mari bekerja dan membagikan kemampuan kita kepada sesama sambil meraih harapan kita sendiri. Semangat!

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...