18 Januari 2013

DINIHARI


Pukul 4 dinihari. Dari jendela kamarku, aku menatap keluar. Gerimis. Jalan lengang. Pantulan lampu pada genangan air. Tak ada yang melintas. Hanya bunyi tetesan air yang terdengar sayup. Kehidupan masih lelap dalam tidurnya. Sambil menikmati udara yang sejuk, aku meresapkan kesendirianku ini. Dengan rasa damai. Dengan penuh damai.

Sungguh, sesekali menikmati kesendirian akan membuat kita larut dalam perenungan tentang keberadaan diri. Tanpa suara, kita dapat mencari dan menemukan hati kita dengan lebih jujur dan jernih. Dan memang, seringkali kata-kata takkan mampu menaklukkan keheningan. Takkan pernah mampu. Setiap kali kita merasa kehilangan diri, setiap kali kita merasa ditinggalkan dan tersisih dari kehidupan, masukilah kesendirian. Dan nikmatilah tubuh dan jiwamu. Hanya dengan demikian, kita akan dan dapat menemukan keberadaan kita secara nyata. Bahwa kita ada. Bahwa kita hidup. Disini dan sekarang.

Pukul 4 dinihari. Jalan yang lengang merefleksikan kesepian kita. Dan saat kita menangkap suara gerimis, kita pun menangkap perasaan kita. Sebagai tetesan air yang berputar dalam siklus kehidupan ini. Dari bumi kembali ke bumi. Dari asal kembali ke asal. Berputar bagai lingkaran tanpa ujung. Dan jiwa ini kekal. Dan rasa ini nyata.

Maka siapapun kita, bagaimanapun kita, percayalah, bahwa hanya dalam hening kita dapat menemukan makna diri sendiri. Hanya dalam sepi kita akan menemukan kehidupan kita yang murni. Dan jujur. Kita hanya bisa mengenal kehidupan ini jika berada di dalam dan bersamanya. Dari luar, kita hanya mampu menebak dan memperkirakan serta mungkin membuat kesimpulan yang belum tentu benar. Belum pasti benar. Apa yang nampak dari luar seringkali hanya topeng indah yang menyembunyikan duka dalam jiwa. Dan apa yang kelihatan riang dalam keramaian mungkin saja menyembunyikan kesedihan yang pahit dalam kesendirian. Sebab hanya mereka yang mengalami dapat dan mampu mengenal diri sendiri. Bukan orang lain. Bahkan yang terdekat dengan hidup kita pun takkan mampu. Takkan pernah mampu.

Pukul 4 dinihari. Germis. Suara tetesan air. Jalan yang lengang. Cahaya lampu yang berpendaran. Tak seorang pun lewat. Tak seorang pun nampak. Dan disini hanya ada diriku. Hanya aku. Dalam kesendirian perasaan yang jelas dan nyata. Bahwa aku ada karena merasakan. Bahwa aku ada karena merenungkan. Ada dan selalu ada. Hingga entah kapan....

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...