09 Januari 2013

USIA


Hidup ini seperti mimpi. Dan waktu, seperti angin yang berhembus. Terasa tetapi tak nyata. Berapakah usia kita sekarang? Tiga puluh? Empat puluh? Lima puluh? Atau enam puluh tahun? Atau bahkan lebih? Coba renungkan apa makna waktu yang telah kita lewati? Kadang kita menyadari betapa tubuh ini mulai melemah. Dan langkah kaki kita tidak lagi segesit dulu. Tetapi sejujurnya, kita tidak merasa perubahan yang berarti dalam pikiran kita. Tubuh kita menua tetapi pikiran kita tidak. Mungkin kita telah menjalani banyak pengalaman, banyak petualangan, banyak peristiwa namun jarang kita menyadari betapa semua itu menjadi sejarah yang berarti dalam kenangan kita.

Hidup ini seperti mimpi. Dan ketika kita berada di masa ini, ketika kita sedang membaca tulisan ini, apakah kita pernah merenungkan panjang jalan yang telah kita susuri dan merasakan betapa waktu yang telah lewat sungguh punya arti yang penting bagi kita? Ataukah kita hanya memjalani hidup sama seperti hari-hari lalu, semua sama dan semua tetap, sambil menolak untuk mengubah atau melupakan bahwa kesempatan untuk berubah selalu ada setiap saat? Kita merasa senang dalam ketenangan dan bahkan sering tidak menyadari bahwa dunia di luar kita telah berubah, telah banyak berubah dan sungguh berbeda dengan saat usia kita masih kanak-kanak, saat kita masih remaja bahkan beberapa waktu sebelumnya.

Memang, terkadang menyedihkan mengenang betapa banyak waktu yang telah lewat dengan sia-sia, dan kita ternyata tidak melakukan apa yang sepantasnya kita lakukan untuk mengisi hidup ini. Tetapi toh, apa yang telah lewat takkan dapat kita ulangi. Apa yang telah silam takkan mungkin kita kembalikan. Karena nyatanya, kita hidup sekarang, hari ini, dan sebab itu kesadaran kita hanya untuk saat ini. Tidakkah itu yang sering kita alami? Dan walau kita sesekali merasa gamang terhadap waktu, kita jauh lebih menyukai untuk melupakan dan hidup seperti apa adanya sekarang. Maka esok akan datang sama seperti hari ini segera usai. Waktu seolah angin yang berhembus, terasa namun tak terlihat. Demikian pula dengan usia. Hidup memang seperti mimpi saja.

Sekarang, saat ini, kita semua hidup dengan kenangan, tetapi tak semua kenangan dapat kita ingat. Atau dapat kita tuturkan. Pada akhirnya, memang, kita hidup dengan dan bersama hari ini. Bergelut dengan kenyataan sekarang. Dan, walau terkadang kita tahu bahwa ada hal-hal yang tidak benar, ada hal-hal yang tidak seharusnya kita lakukan, kita telah kehilangan keberanian dan semangat untuk mengubah diri. Hidup pun kita jalani apa adanya. Sebagaimana adanya, bukan sebagaimana mestinya. Sebab kemestian pun, bagi kita, selalu meragukan. Kita tidak tahu. Kita tidak sadar. Kita menikmati hari-hari kita sendiri dalam lingkaran kenyamanan kita. Sendiri.

Tetapi salahkah itu? Entahlah. Aku tak tahu. Sebab itu tergantung pada kehidupan masing-masing dari kita. Kehidupan yang hanya bisa dijalani sendiri. Dialami sendiri. Dan dirasakan sendiri. Sebab itu, apa yang baik bagiku, belum tentu baik bagimu. Dan apa yang benar bagi kita, belum tentu benar bagi mereka. Kebenaran hanya ada dalam diri masing-masing orang dan selama kita hidup di dunia yang tidak kekal ini, selama kita masing-masing memiliki pikiran dan perasaan sendiri, kita harus menyadari bahwa tak seorang pun bisa memonopoli kebenaran itu. Kita bukan Tuhan. Dan kita tidak dapat bertindak seakan kita adalah penguasa kehidupan ini.

Hidup ini seperti mimpi. Sesaat saja dia ada tetapi kelak akhirnya kita akan menghadapi suatu kenyataan yang abadi. Sebuah kebenaran yang mutlak. Pada saat itulah, kita masing-masing akan menemukan apa itu kebenaran yang sesungguhnya. Maka kita bisa salah. Bisa juga benar. Biarlah masa depan yang memastikannya. Masa depan yang kelak akan menghakimi kita. Masing-masing. Sendirian. Mari menjalani kehidupan ini dengan penuh kesadaran bahwa kita ada. Mari menerima hidup ini dengan tanpa ragu untuk mengubah diri kita sendiri. Kepastian hanya ada dalam diri kita. Sungguh, hanya pada kita saja: kau, aku dan dia. Tidak pernah jamak. Tidak mungkin massal.

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...