26 Februari 2013

IMAN DAN COBAAN


Bagaimanakah kepercayaan kita dapat bertahan? Bagaimanakah keyakinan kita bisa tetap teguh? Di tengah gelombang perubahan, di tengah keserakahan dan godaan kenikmatan duniawi mampukah kita untuk tetap berdiri kukuh dengan iman kita? Seandainya kita bekerja dalam satu biro yang hampir keseluruhan kolega kita menganggap bahwa korupsi dan suap adalah sebuah hal yang lumrah, tidakkah kita nampak menjadi aneh? Seandainya kita seorang guru yang melihat rekan kita dengan ringan meraup pendapatan dari menjual buku dan menerima uang sekedar untuk menaikkan nilai murid, bukankah kita yang kukuh pada kejujuran akan menjadi terasing? Dan bilamana ada seseorang yang kemudian tertangkap tangan karena korup dan suap, dapat dengan mudah lolos dari hukuman berat karena mampu membayar dari hasil yang telah diperolehnya, dan bahkan masih dipuja dan dihormati masyarakat karena sumbangannya yang besar, tidakkah semua itu menjadi satu iming-iming yang luar biasa terhadap idealisme kita?

Ternyata hidup tidak gampang. Sebab itu, menuduh seseorang pun tidaklah mudah juga. Sungguh, ada banyak hal terkait dengan keadaan seseorang sehingga dia kehilangan kepercayaan, kehilangan keyakinan bahkan iman di tengah segala gejolak kondisi dan situasi yang dialaminya. Maka siapa pun yang sadar akan kenyataan sekarang, patut memaklumi hebatnya guncangan dan tantangan yang dialami di tengah masyarakat jaman ini. Kita mungkin merasa sedih karena hal itu. Kita bahkan bisa menjadi pahit dan pedih mengalami situasi itu. Tetapi jika kita mau untuk merenung sedikit dalam hati kita, mungkin kita sanggup untuk memahami apa yang telah terjadi. Mungkin bahkan kita sendiri pun dapat memikirkan hal yang sama jika kita berada dalam situasi dan kondisi yang sama. Jadi bagaimana kita dapat dengan mudah menuduh dan mendakwa seseorang yang telah terperangkap dalam kondisi demikian? Jika kita mau jujur, kita mungkin akan merasa betapa munafiknya kita. Betapa seringnya kita punya dualisme ini: salah jika orang lain melakukan, tetapi benar jika kita atau sahabat atau kelompok kita melakukan hal yang sama. Suatu kecenderungan yang tidak asing lagi sekarang. Saat ini.

Bagaimana kepercayaan kita dapat bertahan? Bagaimana keyakinan kita bisa tetap teguh? Dan iman kita tidak bergeming sedikit pun di tengah segala perubahan ini? Bagaimana kita harus hidup dan menghadapi kenyataan ini? Bagaimana? Kejujuran, walau terasa telah luntur di tengah kehidupan yang makin mengutamakan materi ini, toh seharusnya masih kita miliki dalam hati kita sendiri. Jadi mari bertanya kepada diri sendiri dan menjawab dengan jujur pertanyaan-pertanyaan itu. Dengan demikian, kita akan menemukan diri kita dan menyadari kenyataan kita sendiri. Sulit? Tidak. Asal tidak kita nyatakan secara terbuka. Asal jawaban itu hanya tinggal di dalam pikiran kita saja. Namun jika jawaban-jawaban itu dapat mengubah sikap kita terhadap hidup ini, bersyukurlah. Ya, bersyukurlah. Sebab perubahan hanya dapat dimulai dari diri sendiri. Dari kita. Dari saya.

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...