18 Februari 2013

INDAH DALAM KATA


Hanya debulah aku,
di alas kaki-MU, Tuhan

Demikian sebuah lagu indah yang dinyanyikan oleh umat Katolik setiap memasuki masa PraPaskah. Setiap mencoba untuk mengenang kembali sengsara Yesus demi keselamatan manusia. Sebuah lagu yang dapat membuat kita tertunduk dalam kepasrahan. Tetapi sungguhkah kita merasa hanya sebagai debu di alas kaki Tuhan?

Sebuah lagu terkadang dapat membuat kita terlena sejenak dan melupakan kenyataan sesungguhnya yang perlu kita sadari. Sebab, jika kita sungguh merasa sebagai debu yang dapat dengan tiba-tiba lenyap tertiup angin, seharusnya kita pun mampu menyadari kelemahan-kelemahan kita sebagai manusia yang tak berdaya bahkan dalam menginginkan hasrat kita.

Tetapi kenyataannya, kita lebih sering merasa sebagai gunung yang kokoh. Sebagai pusat kekuatan di bumi ini. Kita sering menganggap Tuhan sebagai Tuhan yang lemah dan tak berdaya sehingga perlu kita lindungi dan membela-NYA mati-matian. Bahkan jika perlu dengan memakai kekerasan. Dan saat kita meminta permohonan kepada-NYA, kita menjadi insan yang menakutkan karena sebenarnya kita tidak memohon tetapi memaksa DIA untuk meluluskan semua keinginan kita.

“Hanya debulah aku, di alas kaki-MU, Tuhan” membuat kita tertunduk tetapi mungkin hanya sejenak saja. Indah dalam nada. Indah dalam kata. Tetapi sejujurnya kita luput menyadari kenyataan yang sesungguhnya kita lakoni dalam hidup ini. Kelemahan kita bisa mendadak menjadi kekuatan penekan. Kelemahan kita kita pakai sebagai alat pembenaran agar Tuhan mengabulkan semua keinginan kita. Dan mungkin, inilah ironi yang dimiliki setiap manusia yang percaya kepada-NYA.

Maka di saat mengenang kembali derita Yesus, kita perlu merenung sejenak. Sungguhkah kita merasa hanya sebagai debu? Sungguhkah kita menganggap Tuhan sebagai kekuasaan yang tak terbatas? Sungguhkah kita meyakini bahwa Tuhan sungguh adalah Sang Maha Pencipta? Sungguhkah kita menyadari kelemahan manusiawi kita? Sungguhkah?

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...