05 April 2013

DUA SEJOLI


Pernahkah kau menyaksikan panorama ini: Saat langit diliputi awan tebal dan gelap, matahari muncul dari sela-selanya sambil menyinarkan cahayanya yang demikian indah dan luar biasa menakjubkan. Dengan langit dipenuhi warna kelabu dan jingga keemasan, keduanya nampak bagaikan dua sejoli yang demikian akrab, saling isi mengisi dan tak terpisahkan. Dan sesekali, awan bergerak menutupinya, tetapi sejenak kemudian dia muncul kembali dengan sinar yang sama tetapi dengan warna putih cemerlang menusuk mata seakan hanya berkedip pada bumi yang merindukannya. Merindukannya.

Dan cobalah menikmati ini: Saat malam lewat dan fajar tiba, berdirilah merasakan kehangatan cahayanya sambil menghirup kesegaran udara yang belum dipenuhi asap knalpot kendaraan dan polusi dari industri yang masih tertidur lelap. Betapa kehangatannya masuk ke dalam tubuhmu, menyusup ke dalam rasamu dan mengalir ke seluruh ragamu seakan sebuah aliran yang membuat semangatmu bangkit dan menikmati indahnya hidup ini. Indahnya hidup ini.

Demikianlah, setiap saat hidup selalu punya momen yang demikian menakjubkan sepahit atau sekeras apapun hidup ini. Saat setiap pagi, kita terbangun, lalu membaca koran pagi dimana dunia nampak demikian suram dan tak punya harapan, dimana kekerasan, ketidak-adilan, kemiskinan, kelaparan, penderitaan, pemerkosaan, pembunuhan, perkelahian dan segala macam berita buruk lainnya memenuhi halaman berita pagi itu, dan hati kita diliputi keprihatian mendalam, alam semesta tetap membagikan semangatnya kepada dunia ini. Kepada kita.

Dunia tak pernah bosan kepada kita, sama seperti Tuhan tak pernah meninggalkan kita. Tetapi jika kita merasa bahwa Tuhan telah meninggalkan kita, janganlah salahkan Dia. Manusia mengubah dunia ini sesuai dengan kehendaknya sendiri, semua dibuatnya kacau, bahkan sering atas nama-Nya. Padahal yang sesungguhnya adalah demi untuk kepentingan dirinya sendiri. Tuhan tak pernah meninggalkan kita, tetapi justru kitalah yang meninggalkan-Nya, tetapi anehnya atau malah lucunya, kita merasa bahwa Tuhan telah meninggalkan kita. Sungguh ironi.

Kebaikan dan kejahatan. Sungguh semua itu tidak tergantung pada Tuhan tetapi justru pada manusia itu sendiri. Yang diberikan-Nya setiap hari adalah kesempatan untuk hidup, kesempatan untuk berbuat baik, kesempatan untuk saling membagikan berkat dan karunia yang kita miliki, bukannya saling memaksakan kehendak, bukannya untuk saling menghancurkan agar ada yang menjadi pemenang, bukannya untuk saling meniadakan satu sama lain. Tidak. Kebaikan dan kejahatan, dua sejoli yang berjalan seiring bagaikan awan mendung dan cahaya matahari dengan pilihan sepenuhnya ada di tangan kita. Sepenuhnya ada di tangan kita. Tuhan telah memberikan kita kesempatan untuk memilih maka pilihan itulah yang akan menentukan hidup kita kelak. Tuhan menyayangi manusia, sayang manusia tidak saling menyayangi satu sama lain, dan karena itu pun tidak menyayangi Tuhan yang menciptakannya. Sayang sekali.

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...