17 Agustus 2013

TARGET

Mereka diberi target pembelian sebesar Rp. 120 juta perbulan untuk mendapatkan harga murah sehingga dapat bersaing di pasar...” demikian kata seorang temanku, seorang kepala bagian penjualan sebuah perusahaan barang konsumen. Kami sedang bercerita tentang betapa cepatnya sebuah usaha berkembang dan membuka cabangnya dimana-mana. “Dengan membuka cabang, terutama dimana sebuah daerah mulai berkembang, mereka memastikan penjualannya akan meningkat sehingga target yang diberikan oleh distributor dapat dipenuhi. Dan keuntungan yang diterima pun dapat lebih tinggi...”

Saya teringat seorang teman yang bekerja di bagian kredit sebuah Bank. Dia mendapat target untuk mencapai jumlah tertentu peminjaman sehingga dia berusaha untuk mendapatkan orang-orang yang mau menerima pinjaman dari Bank itu. Kadang dengan membujuk orang yang sebenarnya tidak atau belum membutuhkan dana tunai untuk mengembangkan usahanya. Demikian juga mereka yang bekerja di bagian deposito mendapat target untuk mengumpulkan sejumlah tertentu pula orang-orang yang mau menyimpan dananya di Bank itu. Agar dapat dipinjamkan kembali. Keuntungan pun mengalir dari masuk dan keluarnya dana tersebut. Makin banyak dana diterima, makin banyak yang dapat dipinjamkan, makin tinggi pula keuntungan yang diperoleh. Demikianlah para pegawai diberi target untuk meraih bagiannya masing-masing.

Demikianlah, para pegawai punya target untuk mendapatkan bonus dan mempertahankan jabatannya. Para pengusaha punya target agar dapat menaikkan laba dan mengembangkan usahanya. Semua punya sasaran yang ingin dicapai. Tujuan yang mau diraih. Maka setiap saat kita berupaya, bahkan sering dengan segala cara, agar target yang kita inginkan dapat dicapai. Itulah mengapa kita sering menerima sms, telpon atau surat atau juga surat elektronik yang isinya penawaran kepada kita. Kadang dengan iming-iming yang sangat menggoda agar kita tertarik untuk menerima atau membeli sesuatu yang barangkali sama sekali tidak kita butuhkan. Karena mereka harus bekerja. Karena mereka harus hidup. Dengan memenuhi target yang diberikan kepada kita, bonus pun mengalir. Dompet makin penuh. Dan kita dapat tersenyum gembira.

Target. Memang, kita semua pasti memiliki target dalam hidup ini. Bukan hanya selama kita hidup tetapi terutama setelah kita hidup di dunia ini. Maka target paling utama sesungguhnya adalah bagaimana kelak kita meraih kekekalan bersama Sang Pencipta. Bagaimana kelak kita mendapatkan kebahagiaan setelah semua upaya dan kerja keras kita di dunia ini berakhir. Dan kita menuju kepada-Nya. Setiap hari atau bahkan setiap saat kita berharap, kita berdoa agar kita dapat mencapai sasaran itu. Tetapi apakah sungguh perjuangan kita untuk meraih kehidupan kekal itu sekeras dan seulet upaya kita untuk meraih keberhasilan duniawi? Apakah sungguh kita lebih mengutamakan target menuju kepada Sang Pencipta daripada target yang diberikan kepada kita demi keuntungan duniawi?

Maka menjadi suatu pertanyaan, jika terjadi pertentangan antara target kehidupan duniawi dengan target kehidupan kekal kelak, manakah yang kita pilih? Tidakkah sering kita lebih menyerah pada keinginan duniawi daripada apa yang ingin kita raih setelah hidup ini usai? Tidakkah kita lebih memilih untuk menipu, untuk korupsi, untuk menghalalkan segala cara demi memenuhi target-target pribadi kehidupan kita di dunia ini daripada berbuat jujur, adil dan tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan orang lain? Tidakkah ternyata sering target yang diberikan oleh pekerjaan dan usaha kita jauh lebih utama daripada target utama kita sendiri agar kelak dapat bersatu dengan Sang Pencipta? Bukankah lebih sering kita melanggar perintah-Nya daripada melanggar perintah pimpinan, daripada melanggar kepentingan diri kita yang hanya sesaat di dunia ini?

Hidup ini singkat. Tetapi sering kita tak sadar akan hal itu. Setiap hari, setiap saat kita mengalami peristiwa yang saling bertentangan antara kenikmatan duniawi yang nyata dapat kita rasakan sekarang dengan tujuan utama kehidupan yang terasa jauh dan seolah tak berujung sehingga kita lalaikan begitu saja. Kita tak sadar bahwa, setiap saat, hidup ini dapat segera usai dan kita menuju kepada-Nya. Pada saat itu terjadi, semoga kita semua mampu mempertanggung-jawabkan segala apa yang telah kita lakukan selama berada di dunia ini. Semoga kita semua dapat berkata dengan sejujur-jujurnya bahwa, kita telah berbuat yang terbaik bagi Sang Pencipta daripada berbuat sebaik-baiknya hanya bagi diri dan kepentingan kita sendiri. Semoga kita semua dapat mencapai target utama kehidupan kita, bukan hanya sekedar target hidup sehari-hari yang fana di dunia. Semoga demikian adanya. Tuhan memberkati. Amin.


Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...