25 Oktober 2013

DOSA PEMBIARAN

Mereka yang mengetahui suatu kejahatan, walau tidak membantu tetapi juga tidak berbuat sesuatu untuk mencegahnya, tetaplah bersalah. Itu karena mereka membiarkan terjadinya kejahatan tersebut. Bahkan sikap tersebut lebih berbahaya karena membuat mereka yang berbuat terlena dan menganggap dirinya tidak bersalah. Karena dibiarkan dan tidak pernah dipersalahkan. Maka mereka yang membiarkan justru menjadikan sikapnya itu sebagai pupuk bagi kejahatan tersebut. Jangan-jangan justru lebih bersalah daripada sang pelaku itu sendiri.

Maka sikap lepas tangan, pembiaran dan ketidak-pedulian, walau dirinya merasa tidak bersalah karena bukan pelaku, tidak dapat membenarkan dirinya. Sebab hidup ini saling terkait, saling mempengaruhi, saling berbaur satu sama lain. Memang, kita hidup di dunia yang tidak sempurna. Namun ketidak-sempurnaan itu tidak bisa dijadikan alasan pembenaran atas ketidak-beranian, apalagi jika hanya keengganan kita, untuk menolak sesuatu hal yang salah. Terlebih jika kita justru hanya selalu mempersalahkan orang lain, mempersalahkan sang pelaku, sementara titik persoalan justru terletak pada sikap kita sendiri yang membiarkan sang pelaku melakukan perbuatannya dengan bebas.

Tidak mudah memang menentang kebiasaan salah yang sudah terbiasa dilakukan. Tidak mudah memang melawan sesuatu perbuatan yang justru dapat melukai diri kita sendiri. Dengan kata lain, tidak mudah untuk mengurbankan diri kita demi kebaikan apalagi jika hal itu dapat merugikan kenikmatan hidup kita sendiri sehingga jauh lebih sering kita bersikap membiarkan kesalahan itu sambil berkata dalam hati bahwa karena kita tidak terlibat maka kita tidak bersalah. Tetapi bukankah sikap kita tersebut bahkan lebih menyuburkan kejahatan tersebut? Tidakkah sikap pembiaran itu menjadi semacam pupuk karena sang pelaku dapat membenarkan diri karena tidak pernah dipersalahkan?

Jadi dosa terbesar kita bukanlah karena kita telah melakukan suatu perbuatan yang jahat. Dosa terbesar kita adalah karena sikap kita sendiri yang membiarkan perbuatan itu terjadi, masa bodoh dan lepas tangan, apalagi jika hal itu tidak merugikan kita atau bahkan mungkin justru menguntungkan kita sehingga kita enggan mempersalahkan. Maka ketika sang pelaku kebetulan tertangkap tangan, dan kita ramai-ramai mempersalahkan dia, mungkin sudah saatnya kita mengambil cermin dan berkaca diri. Darimanakah asal mula kejahatan yang dilakukan sang pelaku? Mengapa dia melakukan kejahatan itu? Jangan-jangan justru karena kita tidak pernah mencegah dia melakukan perbuatan itu sebab kita berharap bahwa apa yang dilakukannya tidak akan terungkap. Karena sudah kebiasaan. Karena sudah lumrah. Karena begitulah adanya. Begitulah semestinya.....

Jika sudah demikian, siapakah yang salah? Siapa?


Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...