14 November 2013

TUA

Apa yang tersisa dari hidupku sekarang hanyalah kenangan kemarin. Dan hari-hari sekarang dilalui seperti sebuah penantian. Penantian pada akhir yang akan tiba besok...” Wajah ibu tua itu, wajah yang telah dipenuhi keriput dan kuperkirakan usianya telah melewati 70-an, tetap berseri. Tetap dengan menyunggingkan sebuah senyuman di bibirnya. “Saya sudah melewati banyak peristiwa, telah berjalan jauh menelusuri tempat-tempat yang dapat kukunjungi, dan susah senang sekarang menjadi bahan cerita yang menyenangkan. Tetapi begitulah hidup, nak. Begitulah hidup. Saat kita mengalami masa susah, masa dimana seakan-akan semua ingin kita akhiri dengan jalan pintas, yang ternyata mampu kita lewati dengan baik walau masih tersisa luka dalam hati, kita sadar bahwa hidup yang kita jalani ini bukannya tanpa guna sama sekali. Sebagai pengalaman, peristiwa demi peristiwa mengajar kita untuk selalu mawas diri, selalu sadar pada keterbatasan hidup kita masing-masing...”

Demikianlah, aku selalu mengenang kalimat-kalimat yang diucapkan oleh ibu tua itu saat sedang mengalami kejadian yang sulit, dan selalu membuatku untuk tidak kehilangan harapan, bahwa pada akhirnya di ujung semua itu pasti akan ada akhir yang baik. Hidup ini memang melelahkan, penuh dengan kesulitan yang tidak kita inginkan, namun kita selalu dapat belajar darinya. Dengan memahaminya. Dengan menerima apa yang ada. Sebab tanpa tantangan kita tidak akan berjuang, tanpa penderitaan kita tidak memiliki harapan. Menjalani hidup ini sebagai suatu pengalaman dalam perjalanan yang tidak selalu menyenangkan, tidak selalu lurus dan lancar, akan membuat kita semua belajar untuk menerima kenyataan. Dan kenyataan, sepahit apapun, haruslah diterima sebagai akibat hidup.

Musim hujan tidak pernah tanpa akhir. Demikian pula musim panas tidak pernah abadi. Segala hal berputar, datang silih berganti. Masa panen. Masa paceklik. Berputar seperti roda dalam waktu yang terus berlalu. Sedih dan gembira. Tawa dan tangis. Kita harus mengalami semua hal untuk dapat memahami bahwa ada sesuatu yang lebih besar, jauh lebih besar daripada hanya sekedar ambisi, hasrat dan nafsu kita sendiri. Ada yang tak mungkin kita cegah dan tak mungkin kita hindari. Yang dapat kita lakukan hanya melewatinya, belajar darinya dan menerima apa adanya. Maka tak perlulah rasa sedih, sesal dan kekecewaan itu kita biarkan merusak keseluruhan hidup kita.

Memang, ada pengalaman-pengalaman pahit yang telah terjadi, yang telah menimpa kita. Pengalaman yang membuat kita terluka, bahkan sangat terluka. Tetapi tubuh ini hanya sekedar daging yang suatu saat akan binasa. Dan kata-kata menyakitkan yang terlontar pun suatu saat akan menguap dalam waktu. Maka yang perlu kita lakukan hanya menjalaninya, berbuat sesuatu yang lebih baik, berjuang untuk mengubah hidup kita sendiri. Sebab pada akhirnya, itulah yang akan membuktikan keberadaan kita. Setiap perjuangan yang kita lalui tidak akan lewat tanpa arti. Bahkan kekalahan di dunia ini pun, bukanlah sebuah tanda bahwa kita tidak memiliki harapan. Bukan. Kekalahan di dunia ini bahkan bisa menjadi kemenangan kita kelak. Sebab, siapa tahu apa yang akan kita temui di alam sana? Siapa yang tahu apa yang menjadi kehendak Sang Pencipta? Tidak seorang pun tahu. Bahkan tidak juga kitab suci. Sebab kitab suci hanya tonggak pematok yang diharapkan oleh Sang Pencipta tetapi bukan Sang Pencipta kita sendiri.

Maka saat di suatu waktu, di suatu masa kelak, jika semua telah kita lalui, jika usia kian meninggi, kita semua dapat merenungkan segala pengalaman hidup kita. Mungkin sedikit sesal, tetapi pasti yang pasti kita akan sadar bahwa segala pengalaman hidup kita, tidaklah sepahit yang kita sangka saat pengalaman itu kita hadapi. Tidak seperih seperti saat kejadian itu kita alami. Dan di momen seperti inilah, kita semua bisa tetap tersenyum saat menengok masa lalu kita. Sambil mengharapkan yang terbaik di masa depan nanti. Saat kita telah beristirahat dalam kekal. Saat jasad kita telah kalah, jiwa kita, roh kita akan melayang dengan kemenangan mutlak. Pengharapan mutlak. Raihlah itu dengan sukacita. Genggamlah itu dengan kegembiraan abadi. Sebab kita telah bersama Sang Pencipta sendiri....


Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...