21 November 2013

TUJUAN MENGHALALKAN CARA?

Dapatkah dibenarkan bahwa demi suatu tujuan yang baik dan mulia, kita melakukan perbuatan yang salah? Dapatkah dibenarkan bahwa demi suatu penolakan terhadap keputusan kenaikan BBM yang merugikan orang banyak, para mahasiswa/i melakukan pemblokiran jalan sehingga membuat kemacetan yang menyiksa juga banyak orang dan bahkan lebih memboroskan BBM itu sendiri? Dapatkah dibenarkan bahwa demi mendukung seorang yang diperlakukan tidak adil akibat perlakuan terhadap seorang pasien, maka para dokter melakukan pemogokan yang kemungkinan dapat membahayakan jiwa-jiwa orang lain yang harus dirawatnya? Dapatkah dibenarkan bahwa, demi melaksanakan apa yang dipikirkan sebagai keinginan yang Ilahi, maka orang-orang melakukan kekerasan bahkan pembunuhan sekalipun terhadap ciptaan-Nya sendiri? Dan sekali lagi, dapatkah dibenarkan jika demi apa yang dinamakan tujuan yang baik dan mulia, kita menghalalkan segala cara untuk mencapainya?

Demikianlah akhir-akhir ini yang demikian terasa di tengah masyarakat kita. Segala cara ditempuh demi menegakkan apa yang kita sebut kebenaran dan keadilan, segala cara sekalipun kita harus melakukan ketidak-benaran dan ketidak-adilan. Dan anehnya, mereka yang melakukan hal yang sama dapat saling mempersalahkan terhadap pihak lainnya. Padahal, bukankah esensinya sama saja? Baik pemblokiran jalan, pemogokan maupun tindakan kekerasan, sama-sama mungkin bisa merugikan siapa saja yang tidak terkait sama sekali dengan tujuan yang ingin kita perjuangkan tersebut. Kita tidak dapat menolak perbuatan yang satu sementara menerima perbuatan yang lain hanya karena kita merasa ikut terlibat di dalam persoalan tersebut. Logika kebenaran adalah, jika kita menolak sikap pemaksaan dengan kekerasan dan pelanggaran terhadap kepentingan orang lain, seharusnya kita juga menolak melakukan hal yang sama jika persoalan itu melibatkan diri kita, atau kelompok kita sendiri.

Tetapi nampaknya virus egosime dan individualisme telah kian menggerogoti masyarakat yang membuat masing-masing kelompok hanya bisa membenarkan dirinya sendiri sementara menolak jika hal yang sama dilakukan oleh kelompok lain. Semakin luas jaringan, semakin berkembang cakupan komunikasi, semakin mudah pula terjadi saling keterpengaruhan sehingga setiap peristiwa lokal yang terjadi di pelosok terpencil tiba-tiba menjadi problem bersama dalam kelompok yang sama, sering tanpa ingin mencari tahu apa latar belakang dari peristiwa tersebut. Kita ingin mencari cara yang mudah, mendukung dan melawan, tanpa ingin mencoba memahami dan mencari-tahu latar belakang kejadian tersebut. Lawan ketidak-adilan! Sebuah seruan yang demikian gagah terdengar, padahal bagaimana jika ketidak-adilan itu disebabkan oleh ketidak-adilan lain? Bagaimana jika mempertahankan subsidi BBM dapat membuat ekonomi negeri ini menjadi minus sehingga banyak orang yang harus dikorbankan? Bagaimana dengan para pasien yang ditelantarkan atau ditolak padahal dia dalam kondisi yang demikian gawat hanya karena mereka tidak punya dana? Bagaimana jika orang-orang yang didakwakan hidupnya bertentangan dengan keinginan Ilahi terpaksa melakukan demi untuk mempertahankan keberadaannya agar tidak mati kelaparan? Bagaimana? Apakah mereka-mereka yang kecil, tidak berdaya, miskin papa dan tidak punya kekuasaan-kekuatan-kekayaan harus disisihkan? Kemanakah mereka harus mengadu jika kebenaran bahkan Sang Pencipta sendiri seakan-akan telah dan hanya dimiliki oleh yang merasa dirinya bersih, suci dan benar?

Sudah saatnya kita semua merenungkan segala pemikiran dan perbuatan kita sendiri, dan tidak hanya menjadi manusia-manusia yang enggan untuk mempergunakan satu anugerah terbesar dari Sang Pencipta kepada kita. Kita semua. Berpikir dan merenungi segala kemungkinan yang terjadi. Mencari-tahu penyebab peristiwa tersebut dan mencoba untuk memahami apa yang sesungguhnya telah terjadi. Lalu bertindak dengan lebih bijaksana tanpa terikat dengan kepentingan individu atau kelompok yang seringkali bias dan hanya mementingkan diri dan kelompoknya masing-masing. Dan, jika pun nyata tujuan kita benar dan adil, janganlah melawan dengan berbuat sesat dan tidak adil, terlebih kepada mereka yang sama sekali tidak ada sangkut paut dengan persoalan tersebut. Tujuan tidak layak menghalalkan segala cara. Tidak layak sama sekali.


Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...