19 Juni 2011

Pondok Hati Pondok Hidup: GADIS-GADIS PENJUAL KUE

Pondok Hati Pondok Hidup: GADIS-GADIS PENJUAL KUE: "Setiap pagi, kala sang surya belum lagi muncul, mereka telah berdiri menanti pintu toko terbuka sambil memegang nampan yang berisi kue untuk..."

14 Juni 2011

HIDUP BUKANLAH DONGENG

Pada suatu waktu....”, demikianlah awal sebuah dongeng dimulai. Dongeng tentang kehidupan yang seringkali berakhir dengan “..........mereka hidup bahagia selamanya”. Tetapi dalam kenyataan, hidup bukanlah dongeng. Dan kita tahu itu. Seringkali kita menemukan hidup yang berat, suram dan bahkan mengecewakan dan membuat kita ingin segera melarikan diri darinya. Beban hidup, keputusan-keputusan sulit, masalah tanpa solusi, pertanyaan tak terjawab hingga penderitaan dan kepahitan seringkali mengusik perasaan dan pemikiran kita. Terlebih jika kita membandingkan keadaan kita dengan kenyataan pada apa yang nampak pada mereka yang seakan selalu tersenyum bahagia dan tanpa kesulitan sama sekali dalam hidupnya.

Hidup bukanlah dongeng, memang. Setiap kisah indah yang kita baca, dapat membuai kita dalam lautan mimpi sehingga kita seakan-akan merasa larut dalamnya tetapi sering pula membuat kita membandingkan dengan apa yang kita alami dan rasakan sekarang. Saat ini. Tetapi sama seperti kesadaran kita terhadap pengalaman hidup ini, setiap manusia juga memiliki kesadaran yang sama dengan apa yang dia alami sendiri. Dan sama seperti kita mampu mengembangkan senyum dengan hati yang pedih, mereka pun dapat berbuat hal yang sama. Sebab, apakah yang membuat kita berbeda selain dari bagaimana cara kita berpikir dan memandang kehidupan yang kita alami sendiri? Dan ketika kita berbuat sesuatu, sadarkah kita bahwa perbuatan itu dapat membuat pengaruh juga kepada sesama kita?

Hidup bukanlah dongeng. Namun kita sering hidup bagaikan dalam dongeng yang kita miliki sendiri. Kita hidup dengan dan bersama perasaan dan keinginan kita sendiri. Sambil terkadang berbuat seakan-akan kita dapat menyenangkan dan membahagiakan dunia ini. Padahal, senyatanya kita hidup terkungkung dalam kepentingan diri sendiri. Kita melihat kegembiraan orang lain dengan perasaan iri dan berpikir betapa minimnya kebahagiaan kita sendiri. Kita menyaksikan kesusahan orang lain dengan tak peduli, karena kita berpikir bahwa kita pun memiliki kesulitan yang sama atau bahkan lebih berat. Sebab siapakah kita selain dari apa yang kita pikirkan? Pernahkah kita mencoba untuk memikirkan apa yang dipikirkan orang lain, bukan hanya terhadap diri kita tetapi juga dan terutama terhadap diri mereka sendiri? Pernahkah?

Hidup bukanlah dongeng. Dan betapa seringnya semua berakhir tanpa kebahagiaan sama sekali. Tetapi yakinlah, bahwa kita tidak sendirian mengalami hal yang sama. Yakinlah bahwa semua insan di dunia ini memiliki kesenangan dan kepahitannya sendiri-sendiri. Hidup memang bukan dongeng yang indah. Setiap hari, setiap saat kita harus berjuang melawan perasaan dan pemikiran kita yang terasa sebagai beban tak tertahankan. Namun, kita tak memiliki keistimewaan sehingga dapat berpikir bahwa hanya kita yang mengalami penderitaan hidup. Sebab ada banyak, ya bahkan semua manusia yang hidup berada di dunia dengan rasa yang sama dengan apa yang kita alami ini. Kita tidaklah istimewa sehingga dapat mengatakan bahwa kita dan hanya kita pemilik kenyataan di dunia ini. Sebab kita tahu bahwa, hidup bukanlah dongeng yang indah. Bukan. Bahkan, bukankah terkadang ada juga dongeng yang berakhir tragis dan menyedihkan?

Pada suatu waktu....”, kita pun hadir di dunia ini. Lalu mengalami, memikirkan serta merasakan segala sesuatu yang ada. Kita masing-masing istimewa dengan pemikiran dan perasaan yang unik dan khas. Namun kita bukan satu-satunya yang hidup dan hadir di dunia ini. Kita bukan hanya satu-satunya yang memiliki pikiran, perasaan dan pengalaman terhadap dunia ini. Maka kita harus menyadari bahwa keberadaan kita sendiri bukan suatu hal yang istimewa. Dan sebab itulah, hidup manusia seringkali memang tidak seindah dongeng. Sebab dongeng toh terkadang tidak berakhir dengan “.....lalu mereka hidup bahagia selamanya”. Yang dapat kita lakukan hanya mengalami dan menikmati pengalaman itu. Sambil memikirkan apa makna keberadaan kita di dunia yang tak terbatas ini dengan keterbatasan kita sendiri. Sekarang. Saat ini.

Tonny Sutedja

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...