Sering, saat malam
kelam, aku menatap puluhan, ratusan bahkan ribuan bintang yang kelap-kelip di
langit di atas kepalaku. Panorama yang hanya bisa kusaksikan saat listrik padam
dan langit cerah, seperti malam ini. Kelap kelip bintang yang berasal dari masa
lalu yang jauh, jauh sekali. Mungkin puluhan, ratusan bahkan ribuah tahun
perjalanan panjang menuju ke mataku. Masih adakah bintang itu sekarang? Masih
bersinarkah dia? Aku tak tahu. Aku hanya bisa menyaksikan masa lalunya
sekarang. Sementara bagaimana kondisinya sekarang akan tetap menjadi misteri
bagiku.
Sering, saat berada di
tengah kerumunan massa, aku melihat puluhan, ratusan atau bahkan ribuan wajah
yang, mungkin beberapa kukenali, tetapi sebagian besar asing bagiku.Wajah-wajah
yang ada sekarang dengan berbagai ekspresi namun menyimpan misteri tentang masa
lalu mereka. Peristiwa apakah yang telah dilaluinya? Perasaan apakah yang kini
dipikirkan mereka? Rasa suka, duka, rindu, dendam, cinta atau benci? Dan, tentu
saja, aku tak mungkin dapat mengetahui apa yang tersembunyi di balik rasa
wajah-wajah itu. Tak mungkin.
Waktu sesungguhnya
adalah sebuah proses perjalanan menuju kini dan akan melaju terus menuju esok
yang mungkin tak terbatas tetapi bagi kita, siapa pun kita, bahkan
bintang-bintang di langit yang kelihatan indah itu, selalu punya batas
keberadaan. Kita, mahluk yang fana ini, terkadang mencoba untuk melupakan
keterbatasan kita tetapi dalam hati kecil kita, tak mungkin untuk tidak
menyadarinya. Malam ini aku berada disini, menyaksikan semua hal yang terjadi
di sekelilingku, tetapi bagaimana dengan besok? Bagaimana dengan sejam ke
depan? Kita tak tahu dan tak mungkin bisa memastikan semuanya. Bagi kita, waktu
adalah sebuah misteri, tanya tanpa jawab.
Berapa pun kekuatan – kekayaan – kekuasaan yang
kita miliki saat ini, ada waktunya akan kita tinggalkan semua. Kita akan pergi.
Kita akan menghilang. Dilupakan dan terlupakan. Tetapi kehidupan akan tetap
berjalan lurus ke depan walau kita tidak lagi ada di dalamnya. Segala nafsu,
ambisi, harapan maupun kemarahan dan kebencian kita akan menguap hilang begitu
saja. Dan saat titik itu tiba, masih dapatkah kita merasakannya? Masih dapatkah
kita memikirkannya? Masih adakah kita? Kita takkan pernah tahu, sebelum kita
sendiri mengalaminya. Kita mustahil mengetahuinya dengan pasti. Mustahil.
Demikianlah, kita hanya
dapat memastikan hari ini, saat ini, sekarang. Kita hanya dapat memastikan apa
yang telah kita alami dari awal sejak kita dapat mengingat tetapi sedetik ke
depan sungguh sebuah tanda tanya besar. Demikian pula, kita hanya dapat
memastikan perasaan apa yang kita pikirkan sendiri sekarang, tetapi bagaimana
kita dapat memastikan perasaan orang lain? Sebuah peristiwa dapat menghasilkan
banyak sudut pandang yang kadang bertentangan satu sama lain. Tak usah heran.
Begitulah kehidupan ini berjalan dalam waktu yang terbatas bagi kita semua.
Seperti cahaya bintang
yang dapat kita saksikan di malam yang gelap, bercahaya dengan indah, tetapi
kita tahu bahwa cahaya itu sesungguhnya berasal dari masa lalunya. Sementara
bagaimana dan dimana dia sekarang, tetap akan menjadi sebuah misteri. Sampai
suatu saat kita dapat pergi, melaju lebih cepat, jauh lebih cepat dari cahaya
itu. Di saat yang mustahil itulah, kita mungkin akan berseru, dengan takjub dan
terpesona: “Oh, ternyata begitu.....
“
Atau, siapa tahu, yang terjadi sebaliknya.
Kita akan pergi memasuki kegelapan abadi dan lenyap begitu saja. Waktu
menghilang dan kita menjadi debu yang terbang tersapu angin semesta. Lenyap
begitu saja. Tak ada lagi waktu. Tak ada lagi apa-apa. Tak ada....
Siapa yang dapat memastikannya?
Tonny Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar