27 April 2020

COVID19: SEMESTA DAN MANUSIA


Beberapa hari lalu, seorang teman bertanya padaku: Kapankah pandemi Covid19 ini akan berakhir? Saat itu saya hanya diam. Dan kemudian memikirkan hal itu secara dalam, saya pun menulis ini. Memang, mulai di akhir tahun 2019 hingga tahun 2020 ini, dunia seakan diobrak-abrik oleh virus Corona atau Covid19. Dan hingga hari ini, bulan April 2020, perjuangan belum berakhir. Namun, menurut saya, kehadiran Covid19 dapat dilihat dari dua sisi: alam semesta dan kita, manusia yang mendiaminya.

Semesta. Selama ini, sebagai manusia yang menghuni bumi kecil ini, telah berlaku sewenang-wenang demi untuk memuaskan ego kita. Bumi kita perlakukan sebagai budak. Demi untuk keuntungan dan kepentingan diri sendiri. Polusi, penebangan hutan, pembuangan sampah. Kita telah memeras semua isi bumi tanpa pernah atau nyaris tak ada usaha untuk memperbaikinya. Kita hanya tahu mengambil, membuang dan merusak tanpa upaya untuk memberi dan memperbaikinya. Munculnya virus Corvid19 seakan menjadi jawaban bumi untuk memulihkan dirinya. Dengan membuat kita tidak melakukan kegiatan yang berlebihan, dengan merumahkan manusia, semesta perlahan mulai memulihkan dirinya. Langit yang selama ini selalu tertutup dengan asap polusi kini mulai menampakkan warna aslinya: biru dan indah. Sampah yang selama ini tak pernah kita pedulikan jumlahnya mulai menyusut. Dan udara pun perlahan menjadi segar kembali. Lingkungan pun memulihkan dirinya sendiri.

Manusia. Kemunculan Covid19 ini telah menampakkan sifat-sifat kita yang selalu ingin menang, selalu tak peduli dengan kepentingan lain selain kepentingan kita sendiri. Walaupun ada himbauan bahkan perintah untuk berkumpul dan sementara berdiam di rumah saja, sebagian dari kita malah tetap melanjutkan hidup seperti biasa. Seakan-akan tak ada yang perlu dikhawatirkan. Ini terutama karena virus corona itu adalah musuh yang tak terlihat. Hanya saat kita atau keluarga atau orang terdekat kita sendiri yang mengalaminya, kita terhenyak lalu melakukan protes. Tetapi tak banyak yang menyesal dan mempersalahkan diri sendiri. Selalu ada kambing hitam untuk dipersalahkan. Selalu.

Jadi kapankah Pandemi Covid19 ini kan berakhir.  Walau pun saya berusaha untuk bersikap positip, jawaban dalam hatiku selalu ini: Virus ini baru akan usai setelah obatnya ditemukan. Setelah vaksinnya didapat. Saya percaya, bahwa dengan kemampuan akal kita, ilmu pengetahuan akan mampu untuk mengatasinya. Tetapi kapan? Besok. Lusa? Sebulan atau setahun dua tahun kemudian. Pemunahnya pasti akan ditemukan. Sayangnya, bukan oleh mereka yang saat ini bersikap tidak peduli, tetap berkeliaran walaupun ada larangan untuk tinggal di rumah. Untuk memutus alur perkembangan virus tersebut. Melainkan oleh mereka yang saat ini berjuang, bahkan mengorbankan jiwanya sendiri untuk melawan dan mengatasi virus tersebut. Sementara mereka yang masa bodoh dan tetap menjalani hidupnya seakan tak terjadi apa-apa, Bahkan seakan tak punya akal sama sekali.

Tetapi bagaimana pun, saya tetap berharap, ya kita semua harus punya harapan pada masa depan, bahwa kehadiran Covid19 ini, dapat menyadarkan kita – kita semua – tentang perlunya bumi kita beristirahat. Tentang kewajiban dan tanggung jawab kita sebagai manusia untuk menjaga dan merawat bumi kita, bukan hanya sekedar memanfaatkannya lalu membiarkan aus, rusak kemudian ditinggalkan. Ingatlah, hanya ada SATU BUMI, tempat dimana saat ini kita menetap. Dan bahwa kehidupan bukan hanya ada saat ini saja, tetapi masih ada generasi selanjutnya, anak dan cucu dan cicit kita, yang membutuhkannnya. Kita punya TANGGUNG JAWAB untuk mereka. Jangan bersikap egois, mementingkan hanya hari ini saja, tanpa peduli hari esok. Bahkan, dosa terbesar adalah jika kita tahu tetapi tidak berbuat apa-apa sama sekali karena akan menjadi beban bagi kenikmatan hidup kita saat ini.

Maka marilah berubah sejak sekarang. Sejak hari ini. Mulai sekarang. Demi kebaikan bersama. Demi masa depan seluruh umat manusia. Jika kita menolak untuk mengubah tingkah dan perilaku kita, itu sama artinya dengan kita membunuh diri dan orang lain. Merusak bumi ini. Dan menghancurkan alam kehidupan yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada kita semua untuk dijaga, dirawat dan dipelihara. Menjadi kewajiban dan tanggung jawab seluruh umat manusia sekarang dan saat ini juga. Dan itu harus segera dimulai. Harus!

Tonny Sutedja


HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...