Beberapa hari lalu, seorang teman bertanya padaku: Kapankah pandemi Covid19 ini akan berakhir?
Saat itu saya hanya diam. Dan kemudian memikirkan hal itu secara dalam, saya
pun menulis ini. Memang, mulai di akhir tahun 2019 hingga tahun 2020 ini, dunia
seakan diobrak-abrik oleh virus Corona atau Covid19. Dan hingga hari ini, bulan
April 2020, perjuangan belum berakhir. Namun, menurut saya, kehadiran Covid19
dapat dilihat dari dua sisi: alam semesta dan kita, manusia yang mendiaminya.
Semesta. Selama
ini, sebagai manusia yang menghuni bumi kecil ini, telah berlaku
sewenang-wenang demi untuk memuaskan ego kita. Bumi kita perlakukan sebagai
budak. Demi untuk keuntungan dan kepentingan diri sendiri. Polusi, penebangan
hutan, pembuangan sampah. Kita telah memeras semua isi bumi tanpa pernah atau
nyaris tak ada usaha untuk memperbaikinya. Kita hanya tahu mengambil, membuang
dan merusak tanpa upaya untuk memberi dan memperbaikinya. Munculnya virus
Corvid19 seakan menjadi jawaban bumi untuk memulihkan dirinya. Dengan membuat
kita tidak melakukan kegiatan yang berlebihan, dengan merumahkan manusia,
semesta perlahan mulai memulihkan dirinya. Langit yang selama ini selalu
tertutup dengan asap polusi kini mulai menampakkan warna aslinya: biru dan
indah. Sampah yang selama ini tak pernah kita pedulikan jumlahnya mulai
menyusut. Dan udara pun perlahan menjadi segar kembali. Lingkungan pun
memulihkan dirinya sendiri.
Manusia.
Kemunculan Covid19 ini telah menampakkan sifat-sifat kita yang selalu ingin
menang, selalu tak peduli dengan kepentingan lain selain kepentingan kita
sendiri. Walaupun ada himbauan bahkan perintah untuk berkumpul dan sementara
berdiam di rumah saja, sebagian dari kita malah tetap melanjutkan hidup seperti
biasa. Seakan-akan tak ada yang perlu dikhawatirkan. Ini terutama karena virus
corona itu adalah musuh yang tak terlihat. Hanya saat kita atau keluarga atau
orang terdekat kita sendiri yang mengalaminya, kita terhenyak lalu melakukan
protes. Tetapi tak banyak yang menyesal dan mempersalahkan diri sendiri. Selalu
ada kambing hitam untuk dipersalahkan. Selalu.
Jadi kapankah Pandemi
Covid19 ini kan berakhir. Walau pun
saya berusaha untuk bersikap positip, jawaban dalam hatiku selalu ini: Virus ini baru akan usai setelah obatnya
ditemukan. Setelah vaksinnya didapat. Saya percaya, bahwa dengan kemampuan
akal kita, ilmu pengetahuan akan mampu untuk mengatasinya. Tetapi kapan? Besok. Lusa? Sebulan atau setahun dua tahun kemudian.
Pemunahnya pasti akan ditemukan. Sayangnya, bukan oleh mereka yang saat ini
bersikap tidak peduli, tetap berkeliaran walaupun ada larangan untuk tinggal di
rumah. Untuk memutus alur perkembangan virus tersebut. Melainkan oleh mereka
yang saat ini berjuang, bahkan mengorbankan jiwanya sendiri untuk melawan dan
mengatasi virus tersebut. Sementara mereka yang masa bodoh dan tetap menjalani
hidupnya seakan tak terjadi apa-apa, Bahkan seakan tak punya akal sama sekali.
Tetapi bagaimana pun, saya tetap berharap, ya kita semua
harus punya harapan pada masa depan, bahwa kehadiran Covid19 ini, dapat
menyadarkan kita – kita semua – tentang perlunya bumi kita beristirahat. Tentang
kewajiban dan tanggung jawab kita sebagai manusia untuk menjaga dan merawat
bumi kita, bukan hanya sekedar memanfaatkannya lalu membiarkan aus, rusak
kemudian ditinggalkan. Ingatlah, hanya ada SATU BUMI, tempat dimana saat ini
kita menetap. Dan bahwa kehidupan bukan hanya ada saat ini saja, tetapi masih
ada generasi selanjutnya, anak dan cucu dan cicit kita, yang membutuhkannnya.
Kita punya TANGGUNG JAWAB untuk mereka. Jangan bersikap egois, mementingkan hanya
hari ini saja, tanpa peduli hari esok. Bahkan, dosa terbesar adalah jika kita
tahu tetapi tidak berbuat apa-apa sama sekali karena akan menjadi beban bagi
kenikmatan hidup kita saat ini.
Maka marilah berubah sejak sekarang. Sejak hari ini. Mulai
sekarang. Demi kebaikan bersama. Demi masa depan seluruh umat manusia. Jika
kita menolak untuk mengubah tingkah dan perilaku kita, itu sama artinya dengan
kita membunuh diri dan orang lain. Merusak bumi ini. Dan menghancurkan alam
kehidupan yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada kita semua untuk dijaga,
dirawat dan dipelihara. Menjadi kewajiban dan tanggung jawab seluruh umat
manusia sekarang dan saat ini juga. Dan itu harus segera dimulai. Harus!
Tonny Sutedja