14 Maret 2008

PADA AKHIRNYA KITA HARUS PERCAYA

"Pada akhirnya kita harus percaya kepada orang lain, jika kita tak ingin susah....." Bapak tua itu berkata kepadaku sambil tersenyum, didampingi istrinya yang sedang menyulam sesuatu. "Sering saya merasa heran melihat para pengusaha itu memandang pegawainya sebagai beban atas usahanya. Padahal, tanpa pegawainya, mereka tak akan seberhasil sekarang. Tanpa pegawainya, mereka akan hidup setengah mati mengelola usahanya. Dan mungkin hasilnya tidak akan seberhasil saat ini. Ya nak, pada akhirnya, jika kita tak mau susah dalam menjalankan usaha dan menikmati hidup itu sendiri, kita harus percaya kepada orang-orang lain yang telah membantu kita. Pegawai kita sesungguhnya harta kita, dan bukan hanya beban kita...."

Menarik. Aku kenal keluarga ini cukup baik. Mereka memiliki sebuah toko yang cukup besar, maju dan ramai. Mereka juga memounyai dua putra, yang sulung saat ini telah menetap di luar negeri, sedang yang bungsu masih kuliah di Manado. Sedang mereka sendiri, suami istri yang cukup sibuk membantu dan aktip dalam kegiatan sosial, sering meninggalkan tokonya dibawa pengelolaan para pegawainya saja. Bahkan beberapa kali mereka pergi berlibur sementara tokonya tetap berjalan sebagaimana mestinya tanpa hambatan. "Itu karena aku percaya kepada para pekerjaku, nak......"

Percaya. Betapa sulitnya menemukan kata itu saat ini. Mampukah kita mempercayai orang lain? Bahkan terkadang kepada Tuhan pun kita tidak lagi percaya. Kita hidup dalam dunia kita yang diliputi serba kecurigaan terhadap sesama. Kita hidup bersama kesusahan karena ketakutan bahwa kita akan tertipu, kekhawatiran kita bahwa nanti harta kita akan tercuri, kita hidup selalu dalam rasa was-was setiap hari. Tetapi patutkah kita memang percaya kepada orang lain?

"Jika pegawai kami akhirnya mungkin akan menipu kami, akan mencuri harta kami, apa boleh buat nak. Itu bukan salah mereka, tetapi salah kamilah yang telah memilih mereka menjadi pegawai kami. Hidup ini sudah sulit, jadi untuk apa lebih membebani hidup kami dengan rasa curiga terus menerus? Coba bayangkan, karena kepercayaan itulah maka kami dapat menikmati hidup ini. Kami punya banyak waktu untuk menikmati hidup kami, sekaligus bisa membantu orang lain. Tanpa mereka kami tak bisa berbuat apa-apa selain harus duduk setiap hari menjaga usaha kami. Dari pagi hingga malam. Lagipula, seseorang yang selalu menebarkan rasa curiga, suatu saat akan menemukan bahwa kecurigaan itu akan terbukti, karena mereka merasa jika saya selalu dicurigai, ya lakukan saja. Tetapi seseorang yang selalu menaburkan kepercayaan terhadap orang lain, akan mendapatkan kepercayaan penuh juga karena mereka merasa malu untuk melanggar kepercayaan itu. Mungkin satu dua orang akan melakukan kesalahan, namun patutkah kita membebankan kesalahan itu kepada semua orang? Saya rasa tidak, nak. Kita tak boleh melakukan hal itu. Sebab tak ada orang yang persis sama. Ya, dengan kepercayaan yang kita berikan maka mungkin akan ada satu dua orang yang berpikir untuk melakukan pelanggaran, tetapi pasti akan ada pula yang berusaha membela usaha kami. Dan itu sudah beberapa kali terbukti, nak. Jadi perlukah kita selalu mencurigai orang lain?"

Sungguh, aku terpesona dengan ucapan bapak tua yang bijaksana itu. Berapa banyakkah diantara kita yang dapat mempercayai orang lain dengan tulus? Berapa banyakkah diantara kita yang mampu menerima kelemahan orang lain tanpa mempersalahkan mereka? Aku merenungkan hal itu saat meninggalkan toko yang cukup besar itu. Aku membayangkan suami istri tua itu, beberapa waktu lalu, sibuk bersama beberapa anggota tim ikut membagikan sembako di sudut suatu daerah kumuh di kotaku, sembari meninggalkan usahanya yang tetap berjalan maju. Dan kian maju saja. Itu karena kepercayaannya terhadap orang lain membuat mereka pada akhirnya dipercaya juga oleh orang lain. Hidup, akan menjadi berkah bagi mereka, dan bukan beban sebagaimana sebagian diantara kita saat ini. Maka mengapa kita tak mulai mencoba mempercayai orang lain mulai dari saat ini?

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...