09 Juli 2009

USIA

Lahir dan mati adalah suatu kepastian. Menjalani hidup adalah kemungkinan-kemungkinan. Kita hidup bersama kemungkinan-kemungkinan itu. Dengan berbagai pilihan, kita melangkah memasuki keberadaan kita di dunia ini. Setiap perencanaan, setiap pilihan atas kemungkinan yang ada, walau hasilnya terkadang kita anggap bisa kita tentukan, selalu ada ketak-pastian bersamanya. Berapa banyakkah di antara kita yang bisa mengatakan bahwa segala yang telah dipilih dan direncanakannya, bisa dengan tuntas diselesaikannya sesuai yang diinginkannya? Menjalani hidup, pada akhirnya, memang berarti menjalani berbagai kemungkinan yang harus kita pilih. Dan setiap pilihan kita, setiap keputusan yang kita ambil, setiap langkah yang sudah kita tentukan, pasti mengandung ketidak-pastian bersamanya. Seberapa yakin pun kita saat memilih kemungkinan tersebut.

Waktu telah membawa kita ke titik ini. Dan bersama waktu, kita belajar, betapa dari semua kemungkinan yang telah kita pilih, seberapa banyakkah yang bisa disebut keberhasilan? Usia berjalan, dan mengikuti jalan sang waktu. Pada akhirnya kita menyadari betapa samarnya makna keberhasilan itu. Namun, harapan tetap ada dan tak bisa dimatikan. Sebab dengan harapan, kita berharap, kita akan sanggup untuk bertahan menghadapi apapun hasil yang akan kita hadapi. Kelak. Usia ini bagaikan anak panah, sekali dia tertarik lepas, akan bergerak menuju saat perhentiannya. Dan sesaat setelah terlepas dari sang busur, dia akan terus meluncur hingga akhir. Atau hingga ada sesuatu yang menghentikannya. Demikianlah hidup ini kita jalani.

Saat merayakan ulang tahun kita, saat menjalani waktu kehidupan kita, setelah kelahiran yang sedemikian pastinya dalam kesadaran kita, kita akan akan berjalan sambil mengalami peristiwa demi peristiwa sepanjang tonggak-tonggak keberadaan yang kita patok sendiri. Dan dalam setiap saat itu, kita menghadapi banyak pilihan, lalu memutuskan yang terbaik bagi kita sendiri. Namun, keputusan yang saat itu kita anggap terbaik bagi kita, belum pasti akan menghasilkan sesuatu yang baik untuk kehidupan dan kebahagiaan kita. Itulah resiko hidup. Tak perlu kita sesali. Apa yang telah kita tempuh, apa yang telah kita jalani, mutlak harus kita terima dengan sadar dan lapang. Tak ada yang salah atas semua pilihan itu. Karena hidup memang mengandung banak sekali kemungkinan yang tak bisa pastikan. Seberapa hebatpun kemampuan kita untuk meramalkan dan merencanakannya.

Kita sering merasa tahu akan kemampuan kita. Kita sering merasa sadar akan kekuatan kita. Tetapi perlahan-lahan, kita mulai menua, sering tanpa pernah kita sadari. Waktu berjalan, usia menanjak, dan apakah pernah kita menatap wajah kita pada cermin? Kian bertambah usia, sering kian membuat kita enggan untuk bercermin lagi. Kekuatan dan kesadaran kita seringkali demikian menguasai kita, sehingga kita luput untuk menyadari keterbatasan fisik kita. Padahal, setiap saat, setiap waktu, sering bahkan tak kita duga sama sekali, usia kita bisa berhenti secara mendadak. Dan itulah suatu kepastian lain di ujung kelahiran kita. Maka saat menghadapi ulang tahun kita, sepantasnya kita bersyukur karena telah menjalani kehidupan sepanjang ini, walau kadang penuh dengan pilihan-pilihan yang salah, tanpa perlu menyesalinya. Siapakah yang merasa tak pernah membuat keputusan yang salah? Kita semua hanyalah manusia fana. Kita semua akan lenyap kembali, lenyap secara fisik dalam waktu kesadaran dunia, menjadi kenangan yang perlahan akan meredup dalam ingatan sejarah. Tetapi bagaimana pun, kita ada dan telah ada semenjak kita lahir. Bukankah demikian adanya kita?

Maka menjalani kehidupan ini, sambil menjalani beragam kemungkinan yang harus kita pilih dan putuskan sendiri, di saat-saat mengenang hari kelahiran kita, sepantasnya kita memanjatkan doa, dan bersyukur karena kita telah ada. Tak perlu penyesalan itu. Tak perlu rasa sesal dan sakit hati itu. Semua kelak akan lenyap setelah kita kembali ke asal kita. Marilah kita berbuat sesuatu yang membuat Sang Pencipta kita merasa bangga karena telah menghadirkan kita di dunia ini. Dan kini, saat ini, kita telah menikmati usia kita sepanjang waktu keberadaan kita, dan masih entah berapa panjang lagi kita akan ada. Kita bersyukur dan menyisihkan rasa putus asa dan ketak-berdayaan kita yang sering hanya ada di dalam pikiran kita sendiri. Kita bangkit dari renungan panjang sambil bertekad untuk memungut kembali keping-keping waktu yang selama ini telah kita buang percuma. Waktu masih ada. Harapan masih ada. Hiduplah selagi usia masih memungkinkan. Nikmatilah dan bergeraklah. Hingga usia kita usai nanti. Hingga kita selesaikan tugas keberadaan kita kelak.

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...