28 Mei 2011

N

Satu kesalahan mengakibatkan kesalahan yang lain
(Frederick and Catherine – dongeng Grimm Bersaudara)

Dimanakah kebenaran dan kejujuran saat ini? Mengapa kadang kita merasa betapa kata-kata terdengar jujur dan benar tetapi kenyataan serba salah dan bohong? Sesungguhnya, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa semua serba buram, samar dan penuh dengan tanda tanya? Dimanakah adanya Tuhan, jika kita setiap saat menyerukan nama-NYA tetapi tidak melakukan sesuai amanat-NYA? Betapa kita menolak mengakui kesalahan yang terjadi dengan cara melakukan kesalahan lain yang malah lebih buruk lagi. Kita menampik sebuah kebohongan dengan cara melakukan kebohongan lain yang lebih fatal lagi? Sampai kapankah ini harus terjadi? Dimanakah akan berujung segala kerancuan ini? Mengapa kita seakan tak mampu untuk menghentikan segala kemuskilan ini? Apakah memang kita tak mampu atau hanya sekedar tak mau? Sungguh ada banyak pertanyaan tak terjawab, bukan karena sulit tetapi karena kita enggan untuk menjawabnya. Karena ternyata kita semua salah. Karena ternyata kita semua tak jujur. Dan karena itu, kita semua tidak lagi mementingkan kebenaran.

Satu kesalahan akan mengakibatkan kesalahan lain. Satu kebohongan akan menumbuhkan kebohongan lain. Demikianlah kita telah terbelit dalam lingkaran setan karena kita tidak memiliki lagi kemauan untuk berkurban. Karena kita enggan untuk tersalib. Karena kita telah menjadi pengecut, takut untuk jujur, bahkan terhadap diri sendiri pun. Maka kita lalu bermain dalam kata-kata pembelaan diri. Kita bermain dalam acuan-acuan semu yang benar tetapi hanya untuk menyelubungi kebohongan diri. Kita pun, pada akhirnya kan menemui jalan buntu yang tak mungkin lagi terjawab. Dan jika saat itu tiba, mampukah kita menerima hasilnya tanpa harus mencari kambing hitam? Tanpa harus mengurbankan orang lain? Sementara kita mungkin menyembunyikan diri dalam selubung kekuasaan-kekuatan-kekayaan yang kita miliki. Maka, sekali lagi, mengapa kebenaran dan kejujuran terasa seperti bayang-bayang yang mengambang tak tentu arah sekarang? Mengapa?

Entahlah. Mungkin karena kita hidup hanya untuk diri kita sendiri. Atau kelompok kita. Atau golongan kita. Sementara yang lain hanya menjadi sosok-sosok asing yang serasa tidak memiliki daya rasa dan pikir yang sama dengan kita. Sebab kita ternyata terasing atau mengasingkan diri dari dunia di luar tetapi sambil menyamakan dunia luar itu dengan diri kita. Padahal bukan. Padahal tidak. Siapakah kita? Siapa? Bukankah kita ini sosok-sosok yang sama dalam dunia yang sama? Bukankah kita ini percaya pada Sang Pencipta yang Satu, dan karena itu pun seharusnya kita yakin bahwa mereka yang ada di luar kita tetap satu dan sama dengan kita sendiri, sebagai satu ciptaan asali. Sebagai satu hasil karya dari Yang Maha Kuasa? Tetapi mengapa seakan ada yang beda antara kita dengan mereka? Mengapa ada yang terasa pahit saat ini ketika kita berbicara tentang kejujuran? Ketika kita berbicara tentang kebenaran? Mengapa semua terasa benar sekaligus salah? Mengapa semua terasa jujur sekaligus bohong? Mengapa?

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...