24 Oktober 2008

JALAN


 

"Aku kecewa terhadap diriku. Aku merasa salah atas pilihan yang telah kulakukan. Dan bagiku saat ini, tak ada jalan untuk kembali lagi. Tak ada. Namun untuk meneruskan pilihan yang telah kuambil pun aku tak mampu. Jadi, haruskah aku berhenti sampai di sini? Sekarang? Aku ingin tetapi aku takut salah lagi. Aku takut...."

Bagaimanakah seseorang harus hidup? Siapakah yang mampu memastikan bahwa hidup yang dijalaninya adalah sungguh suatu kebenaran yang sempurna? Siapakah yang bisa menebak apa pikiran Sang Pencipta? Ah, bisa jadi ada yang memastikan dirinya bahwa jalan yang ditempuhnya saat ini adalah jalan kebenaran. Adalah jalan Tuhan. Tetapi bagaimana kita bisa memastikan kebenaran itu? Tidakkah pada akhirnya, kita sebagai manusia, hanyalah mahluk-mahluk lemah yang penuh keraguan dan sering merasa bimbang untuk menentukan sebuah kepastian? Sebab tak seorang pun mampu untuk menebak masa depannya. Tak seorang pun mampu untuk memutuskan masa kininya. Dan tak seorangpun mampu mengelak apa yang telah dilakukannya di masa kemarin.

Kita hidup dan berjalan ke depan dalam waktu. Kita hidup dan melangkah menuju apa yang kita harapkan. Di depan kita ada banyak persimpangan yang harus kita pilih. Dan setelah sebuah keputusan kita ambil, lalu kita melangkah maju, tak ada jalan mundur lagi. Waktu menyeret kita untuk mengikuti alur yang telah kita putuskan sebelumnya. Namun, tetap saja, dalam perjalanan kita, tetap akan ada persimpangan-persimpangan lain dimana kita kembali bisa memilih. Maka walau tujuan kita nampak jelas di depan, persimpangan yang kita ambil akan tetap menjadi tanggung jawab. Dan tak seorang pun bisa dipersalahkan saat kita memutuskan untuk mengambil arah itu. Pun tak seorang pun bisa mempersalahkan dirinya. Sebab kita harus sadar, bahwa kita tetap harus melangkah maju. Dan apapun yang telah kita pilih, dapatkah kita meramalkan ujungnya? Maka jika tidak dapat, mengapa kita harus merasa salah?

Demikianlah, kadang-kadang kita terperangkap pada perasaan sesaat saja. Sama seperti Yudas yang memutuskan untuk menghentikan hidupnya karena merasa bersalah, tetapi bukankah penjahat di samping Yesus pun diampuni dan dijanjikan tempat baginya di surga? Dan tidakkah, bahkan Yudas sendiri pun mungkin tak menyangka, bahwa akibat dari tindakannya, maka Yesus pun akan dipermuliakan dalam sejarah? Lalu, apakah pilihan kita saat ini salah? Apakah kita lalu kecewa dengan keputusan yang telah kita ambil? Siapa yang tahu apa yang ada di masa depan kelak? Maka tak ada jalan lain selain kita harus tetap melangkah maju ke depan. Untuk hidup dan berjuang untuk mengatasi kesulitan-kesulitan kita. Untuk memperbaiki dan mengubah akibat dari keputusan yang telah kita buat. Tak seorang pun layak dipersalahkan. Dan tak seorang pun layak mempersalahkan dirinya. Hiduplah dalam waktu, bertahanlah selagi waktumu belum tiba, dan kelak di depan Sang pencipta, berdirilah dengan khidmat namun bangga. Karena kau telah mampu untuk hidup. Kau telah mampu untuk berjuang sampai akhir. Pertandingan hidup belum usai. Usia belum berakhir. Tuhan memberkatimu selalu.

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...