Bayang-bayang kelam mulai turun di langit kota. Pendaran lampu jalan, kendaraan dan dari bangunan yang berjejer di sepanjang pantai mulai berkelap-kelip. Keramaian menyambut akhir pekan seakan timbul langsung dari dalam bumi, dan membanjiri daratan dengan para remaja dan para penjaja kaki lima yang mencari hidup mereka. Aku selalu terpesona pada panorama itu. Insan-insan yang berjalan tanpa arah, hanya untuk menikmati kebersamaan di malam panjang itu. Pasangan-pasangan yang duduk sambil bercengkerama di tepi pantai dan memandang keramaian lalu lintas. Deretan panjang kendaraan terparkir di sisi jalan, sebagai saksi bisu keberadaan mereka yang ingin menghabiskan waktunya dalam suasana yang menyenangkan.
Mungkin, di sinilah aku mengaca diri. Saat memandang ke keramaian yang terbentang di depanku, kutemukan diriku menjauh dan menarik diri dari segala keriuhan itu. Berupaya memahami apa yang terjadi, kutemukan jejak-jejak yang telah lampau dan kini seakan menghilang perlahan. Barangkali memang bukan masanya lagi untuk hanyut dalam keriuhan itu. Barangkali juga hanya perasaanku sendiri yang merasa jauh dan terasing dari segala gegap gempita itu. Aku senang duduk sambil memandang dari kejauhan segala ledakan kegembiraan para remaja sambil berusaha untuk mengenang kembali masa laluku sendiri. Suatu kecengengan paruh baya.
Dan di langit yang perlahan mulai menghitam kelam, bintik bintang dan cahaya rembulan redup diterpa oleh cahaya gemerlap kota yang sedang bergembira. Di sini, aku duduk sambil mendengarkan lagu-lagu generasiku sendiri. Jauh, terpencil jauh dari keramaian lalu lintas yang mulai memadat, aku menemukan kegamanganku sendiri saat menyadari betapa jarak membentang lebar antara kami yang duduk jauh di atas teras bangunan megah ini dan mereka-mereka yang sedang mengalir di jalan. Padahal kami sama ada. Kami sama hidup. Tetapi tak mungkin dipungkiri, jarak membentang antara kami. Dan kami hidup di dunia masing-masing. Dengan batas masing-masing.
Di tengah keramaian, dari ketinggian yang jauh, aku melihat dua orang anak lelaki kecil sedang mengatur parkiran sepeda motor sambil berdiri di tengah jalan yang ramai, tanpa memeperhatikan keselamatan mereka sendiri. Mereka sedang mencari hidupnya. Dan jauh, jauh di tengah kegelapan selat makassar, aku melihat beberapa lampu-lampu berkedap-kedip. Lampu-lampu dari perahu nelayan yang sedang bertarung mencari kehidupan mereka sendiri pula. Dan jauh, jauh di atas, langit yang kelam seakan menyambut kegembiraan dunia dengan diam. Teramat diam.
Tonny Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar