02 Agustus 2009

DUNIA KANAK YANG HILANG

Anak-anak itu bermain, melompat dan saling bertepuk tangan. Anak-anak itu menari, memutarkan tubuh mereka yang mungil sambil mengangkat tangan tinggi-tinggi. Dan di dalam ruangan yang tak terlalu besar ini, mereka seakan menjadi penguasa dan penghuni satu-satunya yang ada. Suara canda dan tawa mereka memenuhi udara, dari sudut ke sudut. Anak-anak selalu memiliki semangat, impian dan harapan yang tak pernah tuntas. Mereka memiliki berjuta pertanyaan, keingin-tahuan dan bermain bersamanya. Mereka mempunyai banyak hasrat dan keinginan tanpa perasaan untuk memiliki dan menguasai. Anak-anak. Lihatlah tubuh-tubuh mungil yang dengan lincahnya bergerak itu. Tak pernah bisa diam. Tak pernah bisa tenang. Bagi mereka, hidup adalah suatu permainan. Hidup adalah suatu kegembiraan.

Demikianlah aku memandang ke arah kumpulan anak-anak yang sedang bermain dalam aula itu. Sejak kapan kita meninggalkan masa-masa itu? Sejak kapan kita lalu menjadi sedemikian serius dan rakus, dan menginginkan untuk dapat menguasai dan menaklukkan? Untuk membuat orang-orang lain menjadi serupa dalam pikiran kita? Sejak kapan kita menghasratkan satu keseragaman dalam segala hal dan saling menyalahkan satu sama lain bila ada yang terasa berbeda dari kita? Sejak kapan kita demikian berambisi untuk menguasai dan menaklukkan seluruh dunia atas nama Yang Satu demi hasrat dan gairah pribadi kita? Sejak kapan itu berawal? Dan mengapa? Bukankah masa-masa kecil kita, yang terasa sedemikian jauh di belakang, tak pernah menawarkan kepada kita hal-hal itu? Sebab, hidup hanyalah sebuah permainan. Hidup seharusnya menjadi suatu kegembiraan.

Sebuah bom meletus. Kurban pun berjatuhan. Bersalahkah mereka? Mengapa harus saling memusnahkan? Mengapa harus saling menghancurkan? Demi apakah? Demi rasa ketidak-adilan? Demi hasrat untuk membangun kebersamaan dan keseragaman? Demi ambisi-ambisi pribadi? Rasa dendam dan sakit hati? Demi kekuasaan atau bahkan agama? Menyusun suatu rencana yang rinci dan pelik, membuat satu paket bom dengan ketelitian yang tinggi, lalu menautkan pada tubuh hidup yang dengan rela siap mati sambil menyeret sesamanya yang kebetulan berada bersamanya. Mereka-mereka yang tidak saling mengenal. Lalu siapakah yang menjadi kurban selain dari kemanusiaan kita? Mengapa harus? Mengapa? Pada siapa pertanyaaan ini akan diajukan? Pada diri kita sendiri?

Aku memandang ke belasan anak yang sedang bermain itu, sambil memikirkan betapa banyaknya orang-orang yang telah kehilangan dunia kanak-kanak mereka. Dunia menjadi terlalu serius, menjadi terlalu keras, menjadi terlalu angkuh, menjadi terlalu dingin. Dunia yang menolak mata-mata indah dan tubuh-tubuh yang bergerak dengan lincah dalam permainan-permainan kanak-kanak kita. Dunia yang menolak kebersamaan dalam perbedaan. Dunia yang menolak ketidak-seragaman dalam permainan yang sering nampak kacau tetapi tetap indah dan bisa saling dinikmati dengan aturan tak tertulis. Jiwa, pada hakekatnya menolak kekerasan dan hanya menghasratkan bermain dengan nada gembira dan saling bertepuk tangan dengan riang. Namun, saat satu pihak memaksakan keinginan dan membangun kekuasaan untuk menguasai, pihak lainnya akan mulai melawan dan melancarkan serangan balik. Maka segala cara pun ditempuh. Kekerasan. Bom. Korban-korban berjatuhan. Sampai kapan ini harus terjadi? Sampai kapan? Dan akan berujung dimanakah semua ini?

Ah, anak-anakku, dunia semakin kehilangan kalian. Dunia pun semakin kehilangan masa kanak-kanak mereka. Dunia, ya dunia ini menjadi makin dewasa, tua, angkuh tetapi sekaligus menakutkan bagi kalian. Kemanakah kalian harus bermain sekarang? Mungkin hanya dalam mimpi-mimpi kalian. Ya, mungkin hanya dalam mimpi-mimpi kalian, tawa riang dan canda gurau dapat bergema, tanpa takut diancam kemarahan para orang tua dan dewasa lainnya. Padahal hidup adalah suatu permainan. Hidup adalah suatu kegembiraan. Hidup adalah kalian.

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...