07 Agustus 2009

PURNAMA

Sia-siakah hidup di dunia ini? Ada yang hidup dengan berpikir dan merenung. Ada hidup dengan berbuat dan melakukan. Ada yang berpikir dan berbuat. Tetapi tahukah siapa sebenarnya diri kita ini? Kenalkah kita padanya? Mengapa terkadang kita merasa kesepian dan terpencil seorang diri? Mengapa terkadang kita merasa sulit untuk dipahami? Merasa sulit untuk berbaur dan mengikuti pikiran dan perbuatan orang-orang lain? Tersesatkah kita seorang diri di jalan hidup yang sunyi ini, tanpa seorang pun mampu untuk mengenal diri kita? Siapakah kita? Dimanakah kita? Mengapa kita harus ada?

Malam ini purnama bersinar dengan indahnya di langit. Cahayanya yang jernih nampak bening berpendar menerpa alam. Dedaunan pohon-pohon nampak diam membeku. Tak ada angin. Suasana jalan sepi seakan turut menikmati keindahan cahaya yang dipancarkan oleh sang dewi malam. Aku memandang ke langit, memandang ke bulatan yang bercahaya tersebut sambil berusaha untuk menyerap keindahannya ke dalam jiwaku. Dan betapa mustahilnya menuliskan di sini pengalaman yang kurasakan saat itu dengan kata-kata dan kalimat bahasa. Pengalaman hidup memang sering tidak untuk dituturkan. Hanya untuk dirasakan. Secara pribadi. Secara amat pribadi.

Maka siapakah kita, selain dari insan yang amat pribadi, dengan perasaan dan pemikiran sendiri. Dengan memandang purnama yang menerangi langit malam itu, aku memandang diriku yang hadir di dunia ini, bukan hanya sebagai bagian dari dunia, tetapi bahkan adalah dunia yang kurasakan seorang diri. Tanpa aku, tanpa kehadiranku di dunia ini, dapatkah aku mengatakan bahwa dunia ini ada? Dapatkah kukatakan bahwa engkau ada? Dapatkah kupastikan bahwa dia ada? Tidak, tentu tidak. Kesadaran kitalah yang membuat keberadaan kita menjadi pasti. Dan tanpa kehadiran kita di sini, saat ini, kita semua hanyalah kemustahilan belaka.

Cahaya rembulan bersinar dengan kecemerlangan yang menghanyutkan diriku. Purnama di langit yang jernih tanpa mega secuil pun. Dan di bumi, pepohonan diam membeku, seakan turut larut dalam suasana syahdu yang dipancarkan oleh bumi saat menyambut keindahan alam ini. Ah, hidup tidaklah sia saat kupandang langit malam ini. Tidak sia. Ada banyak hal yang telah, sedang dan akan kita alami, tak mungkin dapat kita tuliskan atau tuturkan dalam kata-kata untuk dipahami. Hidup ada untuk dinikmati, untuk direnungkan, untuk dipahami. Tetapi bukan untuk dituliskan di sini. Hidup kita seakan menjadi rembulan yang terkadang bercahaya purnama, namun terkadang pula tenggelam dalam kegelapan malam. Segala sesuatu punya masa masing-masing. Segala sesuatu punya kesempatan sendiri-sendiri. Dan kita adalah pribadi yang telah, sedang dan akan mengalami kesempatan-kesempatan indah ini. Kesempatan yang indah. Sampai akhir tiba. Bukankah demikian?

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...