02 Maret 2011

KUCING

Seekor kucing tertidur sambil menggelung tubuhnya di trotoar. Seekor kucing sedang lelap dan melupakan segala apa yang sedang berlangsung di seputarnya. Dan tak seorang pun memperhatikannya. Tak seorang pun memperdulikannya. Sebab bagi dunia, hidup berjalanan sebagaimana adanya. Sebagaimana yang dipikirkannya. Sebagaimana yang dirasakannya. Sebagaimana yang dialaminya. Tertuju pada dirinya sendiri. Dirinya sendiri.

Nyenyakkah tidur kita semalam? Mimpi apakah kita semalam? Apakah kita menikmati lelap yang menenangkan tubuh dan jiwa kita? Ataukah kita terus merasa gelisah, khawatir dan gundah sehingga kita tak mampu lagi menikmati tidur yang menyenangkan sebagaimana kucing itu? Tetapi bukankah apa yang telah terjadi tak mungkin lagi kita ubah? Yang telah terjadi toh telah lewat. Dan waktu masih panjang di depan. Menantang. Dan menanti kita. Kita semua.

Seekor kucing tertidur dengan lelap. Tak peduli lalu lalang dan keramaian yang meriuh di seputarnya. Tak peduli apakah hari masih akan panjang atau sudah semakin singkat. Dan kita tak tahu dan tak akan pernah tahu, apa yang sedang dirasakannya. Betapa menakjubkan. Betapa menyenangkan. Dan menenangkan, kita yang mau menengok sejenak kepadanya. Biarkan waktu mengalir. Biarkan keperihan menguap. Biarkan kekecewaan pergi. Kita toh tak hidup sepanjang waktu. Maka kesusahan sehari, cukuplah untuk sehari. Besok ada hari lain pula, yang mungkin memiliki kesusahan lain pula. Tetapi boleh jadi kesenangan lain juga. Siapa yang tahu? Siapa yang dapat memastikannya?

Maka pagi ini, saat kita terbangun dengan perasaan yang khawatir. Dan merasa tidak puas dengan hidup ini. Serta terkantuk-kantuk akibat kegelisahan kita semalaman yang membuat kita gagal untuk lelap dalam istirahat yang menenangkan. Percayalah bahwa kita, ya kita sendiri, tidak dapat mengetahui secara pasti dan yakin apa yang akan terjadi sesaat nanti. Yang dapat kita lakukan hanyalah berbuat, bekerja dan melakukan apa yang baik bagi siapa pun yang membutuhkan kita. Kita ada maka sudah sepantasnya kita berguna, bukan hanya untuk diri dan kepentingan kita, melainkan terutama bagi sesama dan dunia itu sendiri. Dengan begitu, kita dapat menikmati hidup ini. Hidup yang indah ini.

Seekor kucing tertidur dengan lelap di trotoar di sisi lalu lintas dan keramaian dunia. Betapa menenangkan kita. Betapa membuat kita merenungi makna keberadaan kita. Betapa kita seharusnya merasa bahwa kekecewaan, sakit hati, kesusahan dan kesulitan kita adalah sesuatu yang wajar dan harus dihadapi. Bukannya dihindari atau malah dikeluh-kesahkan senantiasa. Kita dapat berbuat. Kita perlu berbuat. Kita harus berbuat. Sebab kita hidup justru untuk itu. Apa yang telah terjadi tak perlu kita sesali. Apa yang akan terjadi tergantung pada kekuatan, kemampuan dan kemauan kita. Kita sendiri. Maka bersyukurlah karena kita telah ada. Bersyukurlah karena kita mampu berbuat. Bersyukur dan nikmatilah apa yang sedang dan akan kita lakukan saat ini. Dan setelah malam tiba, kita akan beristirahat sambil menikmati indahnya perasaan lelap itu. Indahnya.......

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...