30 Desember 2008

FAJAR TERAKHIR DI TAHUN 2008

Pagi ini aku menikmati cahaya fajar yang semburat di antara awan mendung yang kelabu. Fajar terakhir di tahun 2008. Waktu yang sekali lewat, takkan kembali lagi. Namun esok, fajar yang sama akan terbit, dalam waktu yang berbeda: 2009. Kudengarkan suara tetesan air dari sisa hujan yang turun sebelum fajar. Suara kokokan ayam di kejauhan mengisi alam ini bagai nyanyian rindu pada sang surya yang segera akan terbit. Dan aku menunggu dan menikmatinya dengan segala kesunyian diri.

Larut dalam renungan, aku merasa mengalir bersama waktu yang berjalan. Dari detik ke detik. Dari menit ke menit. Dari jam ke jam. Aku ada dan mengisi sebuah kehidupan di dunia ini. Aku masih ada untuk dapat merasakan denyut jantungku. Kehidupanku. Ketak-pastian dan keragu-raguanku. Kebimbanganku dalam merasakan keberadaanku sendiri. Siapakah aku? Untuk apakah aku ada dan hadir di sini? Dan bagaimanakah aku memaknai segala apa yang sedang kualami dan kurasakan saat ini?

Langit belang dengan pancaran cahaya jingga di antara awan mendung. Suara detak jantungku berirama di antara suara kokokan ayam yang menyambut datangnya sang surya. Pagi ini, pagi terakhir di tahun 2008 segera tiba. Esok, pagi yang sama dalam waktu yang berbeda, akan dimanakah aku berada? Lembaran kalender lama akan segera kuturunkan untuk ditukar dengan lembaran baru yang terpajang di dinding rumahku. Tapi apakah aku akan berbeda pula? Ataukah pergantian ini hanya sebuah rutinitas biasa dalam kehidupan yang berjalan seakan tak peduli pada sang waktu?

Aku menatap tulisan ini kembali. Yang hanya terdiri atas huruf, kata dan kalimat-kalimat yang kususun secara tertata dalam makna. Bisakah aku menata hidupku dengan cara yang sama? Namun, ah, seringkali aku sadar bahwa aku dapat memiliki keinginan untuk menata kehidupanku dengan rapi, tetapi yang hadir seringkali adalah ketak-pastian yang tak bisa ditata sesuai dengan apa yang kuinginkan. Kehidupan ini, seperti juga sang waktu, akan terus berubah dalam kondisi yang mungkin sama. Atau mirip.

Besok, fajar yang sama akan menyingsing kembali. Fajar yang sama dalam waktu yang berbeda. Waktu sekarang takkan pernah kembali lagi. Seperti juga kehidupan ini. Aku tahu bahwa besok aku mungkin masih akan dapat menikmati fajar ini kembali. Mungkin. Namun aku sadar bahwa fajar esok, dalam situasi apapun, takkan pernah sama dengan hari ini. Dan tulisan yang kutata hari ini, bisa jauh berbeda dengan tulisanku di hari esok. Siapakah aku kini? Siapakah aku nanti? Bukankah aku hanya sang pengembara dalam waktu yang terus menerus mencari dan mengalami perubahan dalam memahami makna keberadaanku di dunia ini?

Pagi ini aku menikmati fajar sambil memikirkan segala macam kemungkinan yang dapat kualami dan kunikmati saat fajar esok tiba. Persamaan dan perbedaan yang mungkin terjadi. Namun aku tahu bahwa aku takkan pernah dapat memastikan hari esok sepasti aku menikmati hari ini. Maka sambil menyerap seluruh keindahan hari ini, aku tahu bahwa, aku akan membiarkan hidupku mengalir bersama sang waktu, dengan kepastian yang samar-samar untuk mengubah diriku di masa mendatang. Kuucapkan salam kepada dunia. Kusampaikan rinduku pada alam. Dan kutahu bahwa kesunyianku adalah kesunyian alami sesosok mahluk yang masih mampu untuk hidup, merasa dan berpikir, dan kepastian bahwa apapun yang akan terjadi, hidup selalu akan berjalan dalam waktu yang terus berubah.

Selamat mengakhiri tahun 2008. Dan selamat memasuki tahun 2009. Dengan segala harapan. Dengan segala impian. Namun tetap dalam keraguan dan kebimbangan mengenai kebenaran dan kepastian yang tak pasti. Selalu. Bersama itulah kita hidup. Bersama itulah kita menata keping-keping sang waktu. Kita mutlak sendirian. Sendirian. Tetapi tak pernah bisa menyendiri di tengah kemaha-luasan alam semesta ini. Fajar telah tiba.....

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...