31 Desember 2008

2009

Hari baru telah tiba. Fajar baru telah menyingsing. Tahun 2009 hadir dengan kegembiraan dan kecemasannya sendiri. Siapakah yang dapat meramalkan apa yang akan terjadi besok secara pasti? Kita hadir bersama perubahan-perubahan yang tak mampu kita tebak. Dan waktu berjalan, menyeret kita secara nyata, tertatih-tatih atau meluncur cepat, bersama situasi dan kondisi yang sering tak mampu kita kuasai. Dan pahami. Sebab apakah kita itu selain dari hanya mengalami. Pengalaman sehari-hari takkan mampu kita sadari bila kita hanya dan terus larut dalam kebiasaan dan menerima apa yang ada saat ini tanpa pernah mau belajar untuk menikmati dan memahaminya.

Hari baru telah tiba. Fajar baru telah menyingsing. Hari ini, kita akan mengganti kalender lama yang telah usang, dan kehilangan fungsinya lagi sebagai penunjuk waktu. Namun mampukah kita mengganti dan mengubah kebiasaan lama yang telah kita jalani selama tahun-tahun lewat? Mampukah kita untuk mengenali kegagalan-kegagalan kita dalam menjalani hidup, terutama bila kita sendiri tak tahu pasti apakah yang kita jalani ini adalah sebuah kegagalan? Hari ini langit sedang mendung, tetapi cahaya fajar masih menerobos di antara sela-sela awan mendung yang kelabu. Aku melihat itu, dan menyadari bahwa, dalam keadaan mendung bagaimana pun hidup kita, selalu ada cahaya yang mampu membuat hidup kita nyata. Bahkan dalam badai pun, cahaya tidak pernah lenyap. Hanya sering tak kita pahami. Sering tak kita kenali.

Namun selalu ada harapan. Selalu ada pilihan bagi kita. Bahkan walau itu hanya antara ya atau tidak. Menyerah atau tetap berjuang, biarpun kita sering meragukan kemungkinan akan berhasil. Kita telah diberikan kebebasan untuk memilih. Memilih cara kita hidup. Memilih cara kita sendiri untuk menjalani kehidupan pribadi kita. Sebab kita adalah manusia yang mampu untuk berpikir dan membuat keputusan-keputusan sendiri. Kita, manusia yang telah sekian abad berjuang untuk memperbaiki dan terus memperbaiki kapasitas kehidupan ini. Pantaskah kita gagal hanya karena ambisi dan hasrat pribadi kita sendiri? Pantaskah kita takluk pada perasaan dan ketegaran pemikiran kita sendiri? Sementara waktu berjalan terus dalam perubahannya, apakah kita dengan keras hati tetap ingin mempertahankan segala keinginan dan pendapat kita saja?

Hari baru telah tiba. Fajar baru telah menyingsing. Almanak baru telah terpasang rapi. Apakah hidup lama masih tetap kita pertahankan dengan segala macam cara? Marilah mulai menikmati hidup ini. Marilah mulai menerima kenyataan-kenyataan yang ada. Dan marilah merubah diri kita, ambisi kita, hasrat diri kita, keinginan kita dengan tidak hanya terpaku pada apa yang kita anggap kebenaran sendiri tanpa pernah mau menerima kebenaran orang lain. Kebenaran. Kebenaran itu apakah, selain kebenaran yang terus menerus merubah diri dari masa ke masa? Maka bukankah ini saatnya bagi kita untuk mulai mendengarkan kebenaran yang lain selain dari kebenaran yang kita genggam dengan erat, dan bahkan terkadang kita perjuangkan dengan mengurbankan kebenaran sesama kita yang kita anggap sesat?

Tuhan maha pengasih dan penyayang. Tapi mengapa sering kita tidak mampu mengasihi dan menyayangi sesama kita? Tidak mampu mengasihi dan menyayangi lingkungan kita? Tidak mampu mengasihi dan menyayangi diri kita sendiri? Mengapa? Padahal kita sering mengatakan bahwa kita ini adalah umat-Nya. Ya, bahkan kita sering ngotot mengatakan bahwa keselamatan kita ada pada Dia yang sang maha pengasih dan penyayang. Tetapi ternyata kita gagal untuk mengikuti teladan-Nya. Kita, manusia biasa dengan segala kelebihan dan kelemahannya, sering tak mampu untuk menerima kelemahan saudara yang lain. Kita ingin, kita berambisi untuk membuat orang lain sekuat kita. Ah, sungguh kuatkah kita? Atau jangan-jangan kita menyembunyikan segala kelemahan kita di balik segala kengototan dan ketegaran kita.

Hari baru telah tiba. Fajar baru telah menyingsing. Maka marilah kita menyambutnya dengan lebih memahami kenyataan hidup. Lebih menyadari kelebihan dan kelemahan kita, bukan hanya untuk diri kita sendiri tetapi juga dan terutama untuk sesama dan lingkungan hidup kita. Tuhan menyayangi dan mengasihi kita semua. Maka hari ini, saat hari baru tiba dan fajar telah berganti pagi, aku mengucapkan pada kalian semua: SELAMAT TAHUN BARU 2009. Marilah kita masuki tahun ini dengan penuh semangat, dengan penuh kesadaran, dengan penuh kasih sayang, dengan penuh pemahaman dalam waktu yang berjalan. Bahwa waktu mengalir terus dan abadi dalam perubahannya. Salam dariku dan semoga Tuhan memberkati kita semua.

Makassar, 1 Januari 2009

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...