Sabtu petang. Aku sedang menunggu pesanan nasi goreng di
sebuah warung makan. Saat itu langit sedang mendung sangat tebal. Kilat
berseliweran. Guntur menderu. Dengan rasa khawatir akan kemungkinan bahwa
beberapa saat lagi hujan deras akan turun, aku menatap pada ibu tua yang sedang
memasak pesananku. “Cepat bu, cepat....” seruku. Tetapi cuma dalam hati saja.
Kulihat ibu itu dengan sabar dan tenang, mengerjakan tugasnya, sementara aku
berdiri memandang antara dia dan udara yang semakin kelam. Dengan was-was.
Dengan penuh kekhawatiran. Bahwa sebentar lagi hujan deras pasti akan datang.
Namun pada akhirnya, selesai juga pesananku itu. Gerimis perlahan mulai turun
saat aku pulang ke rumah.
Namun, di depan pasar Anduonohu, aku terjebak kemacetan.
Nampaknya karena ada mobil pengangkut sampah yang sedang berhenti dan dua orang
pekerja dengan tenang sedang membersihkan tumpukan sampah di tepi jalan yang
sempit itu. Antrian kendaraan mengular karena ada dua buah truk besar yang juga
menutup akses jalan di jalur yang berlawanan. Sementara itu, langit kian gelap
dan kekhawatiran pada hujan deras akan segera turun semakin nampak nyata. Tetapi
toh, pada akhirnya, aku lolos juga dari rangkaian panjang antrian kendaraan
tersebut dan sampai di rumah dengan aman. Sementara itu mendung tebal masih
menutup langit, tetapi hujan deras belum turun.
Dan pada akhirnya, tidak turun. Hanya gerimis kecil yang lembut menyapa
bumi.....
Demikianlah, kekhawatiran kita sering jauh lebih menakutkan
daripada kenyataan yang terjadi kemudian. Sebab, ternyata, walau ada situasi
dan kondisi dimana seakan harus dan pasti terjadi, pada akhirnya lewat tanpa
suatu kejadian yang berarti. Maka ketika menghadapi masalah yang besar, dan
seakan-akan tidak dapat dicegah, yang dapat kita lakukan hanya bersabar untuk
menerima apa saja yang bisa terjadi. Ada banyak kemungkinan yang tidak dapat
kita antispasi semua selain hanya dengan menerima apa adanya. Sabar
menghadapinya. Waktu selalu akan memberikan jawaban terbaik dari segala
kekhawatiran kita itu.
Memang, ada banyak hal yang membuat kita khawatir. Hukuman
atas kesalahan yang telah kita lakukan. Jatuh tempo pinjaman yang telah kita
terima. Situasi dan kondisi yang seakan-akan tanpa harapan sama sekali. Segala kemungkinan
yang membuat kita berada di sebuah jalan buntu. Dan segala sesuatu yang seakan-akan
tak mungkin kita selesaikan dengan baik. Tetapi, pada akhirnya kita semua harus
menerima dan menjalaninya. Tidak semua dapat berjalan sesuai dengan keinginan
kita. Namun bagaimana pun juga pengalaman telah mengajarkan bahwa banyak dari
kekhawatiran itu ternyata kemudian tidak terjadi. Atau jika pun terjadi, tidak
semenakutkan dari apa yang sebelumnya kita pikirkan. Ternyata kekhawatiran itu
jauh lebih mengusik pikiran kita daripada kenyataan yang kemudian kita alami.
Maka menghadapi segala kemungkinan terburuk yang bisa kita
alami, tak perlu membuat kita putus asa. Sebab waktu ke depan mustahil dapat
kita ramalkan. Bahkan walau seakan-akan itu pasti akan terjadi. Percayalah,
bahwa ada yang jauh lebih menentukan jalannya peristiwa daripada apa yang ada
dalam pikiran kita. Memang, kita tidak mesti berpasrah diri. Kita harus
berjuang untuk menghindari segala kemungkinan buruk yang mungkin kita alami.
Tetapi pada akhirnya, segala sesuatu harus kita terima apa adanya. Waktu itu
untuk dijalani hingga akhir. Bukan untuk dikeluhkan atau dikhawatirkan terus
menerus.
Tonny Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar