10 April 2017

KEKHAWATIRAN

Sabtu petang. Aku sedang menunggu pesanan nasi goreng di sebuah warung makan. Saat itu langit sedang mendung sangat tebal. Kilat berseliweran. Guntur menderu. Dengan rasa khawatir akan kemungkinan bahwa beberapa saat lagi hujan deras akan turun, aku menatap pada ibu tua yang sedang memasak pesananku. “Cepat bu, cepat....” seruku. Tetapi cuma dalam hati saja. Kulihat ibu itu dengan sabar dan tenang, mengerjakan tugasnya, sementara aku berdiri memandang antara dia dan udara yang semakin kelam. Dengan was-was. Dengan penuh kekhawatiran. Bahwa sebentar lagi hujan deras pasti akan datang. Namun pada akhirnya, selesai juga pesananku itu. Gerimis perlahan mulai turun saat aku pulang ke rumah.

Namun, di depan pasar Anduonohu, aku terjebak kemacetan. Nampaknya karena ada mobil pengangkut sampah yang sedang berhenti dan dua orang pekerja dengan tenang sedang membersihkan tumpukan sampah di tepi jalan yang sempit itu. Antrian kendaraan mengular karena ada dua buah truk besar yang juga menutup akses jalan di jalur yang berlawanan. Sementara itu, langit kian gelap dan kekhawatiran pada hujan deras akan segera turun semakin nampak nyata. Tetapi toh, pada akhirnya, aku lolos juga dari rangkaian panjang antrian kendaraan tersebut dan sampai di rumah dengan aman. Sementara itu mendung tebal masih menutup langit, tetapi hujan deras belum turun.  Dan pada akhirnya, tidak turun. Hanya gerimis kecil yang lembut menyapa bumi.....

Demikianlah, kekhawatiran kita sering jauh lebih menakutkan daripada kenyataan yang terjadi kemudian. Sebab, ternyata, walau ada situasi dan kondisi dimana seakan harus dan pasti terjadi, pada akhirnya lewat tanpa suatu kejadian yang berarti. Maka ketika menghadapi masalah yang besar, dan seakan-akan tidak dapat dicegah, yang dapat kita lakukan hanya bersabar untuk menerima apa saja yang bisa terjadi. Ada banyak kemungkinan yang tidak dapat kita antispasi semua selain hanya dengan menerima apa adanya. Sabar menghadapinya. Waktu selalu akan memberikan jawaban terbaik dari segala kekhawatiran kita itu.

Memang, ada banyak hal yang membuat kita khawatir. Hukuman atas kesalahan yang telah kita lakukan. Jatuh tempo pinjaman yang telah kita terima. Situasi dan kondisi yang seakan-akan tanpa harapan sama sekali. Segala kemungkinan yang membuat kita berada di sebuah jalan buntu. Dan segala sesuatu yang seakan-akan tak mungkin kita selesaikan dengan baik. Tetapi, pada akhirnya kita semua harus menerima dan menjalaninya. Tidak semua dapat berjalan sesuai dengan keinginan kita. Namun bagaimana pun juga pengalaman telah mengajarkan bahwa banyak dari kekhawatiran itu ternyata kemudian tidak terjadi. Atau jika pun terjadi, tidak semenakutkan dari apa yang sebelumnya kita pikirkan. Ternyata kekhawatiran itu jauh lebih mengusik pikiran kita daripada kenyataan yang kemudian kita alami.

Maka menghadapi segala kemungkinan terburuk yang bisa kita alami, tak perlu membuat kita putus asa. Sebab waktu ke depan mustahil dapat kita ramalkan. Bahkan walau seakan-akan itu pasti akan terjadi. Percayalah, bahwa ada yang jauh lebih menentukan jalannya peristiwa daripada apa yang ada dalam pikiran kita. Memang, kita tidak mesti berpasrah diri. Kita harus berjuang untuk menghindari segala kemungkinan buruk yang mungkin kita alami. Tetapi pada akhirnya, segala sesuatu harus kita terima apa adanya. Waktu itu untuk dijalani hingga akhir. Bukan untuk dikeluhkan atau dikhawatirkan terus menerus.


Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

WAKTU

  Sering, saat malam kelam, aku menatap puluhan, ratusan bahkan ribuan bintang yang kelap-kelip di langit di atas kepalaku. Panorama yang ha...