01 Februari 2008

HARAPAN

Malam tahun baru. Langit mendung tanpa hujan. Di luar suasana hening. Amat hening. Dari layar TV aku melihat suasana kekalutan di Aceh. Ombak besar yang menggulung kehidupan. Ribuan mayat bergeletakan. Ribuan wajah yang tak dikenal. Tetapi tak asing lagi. Wajah-wajah kematian. Wajah-wajah bencana. Kapankah ini berakhir?

Hidup semakin memanjang. Dalam kelam. Kita semua menjadi satu. Tanpa batas. Dan seakan kekekalan adalah sahabat sejati yang setia menemani harapan-harapan kita yang lewat. Harapan-harapan yang tersisih oleh gerak alam. Dan kita pun menangis. Walau hanya dalam diam. Walau hanya dalam bisu.

Maka merenungi derita dan kesedihan yang telah terjadi, aku hanya mampu mengguman. Seakan hilang seluruh daya. Mungkin ada gugatan dalam hati. Tetapi lebih nyaring lagi suara yang menggemakan betapa terbatasnya daya kita. Manusia. Betapa lemahnya kekuatan tubuh ini. Dan betapa rapuhnya kehidupan yang saat ini kita genggam. Amat rapuh.

Memang, kita ini bagaikan bejana dari tanah liat. Bejana yang nampak anggun, indah tetapi amat mudah retak. Tetapi bagaimana pun juga, kita tahu, bahwa Dia yang telah membentuk kita, Dia yang telah mengukir kita, tak punya arti lain selain untuk dipergunakan sebagaimana yang dikehendaki olehNya. Dan manakala dianggapNya cukup, kita pun akan dikembalikan kepada bentuk semula. Dari tanah kembali ke tanah. Dari bumi kembali ke bumi. Tetapi apakah ada yang sia-sia disana?

Tidak. Hidup tak pernah akan menjadi sia-sia. Hidup, sesingkat apa pun juga, punya makna bahwa kita selalu berguna di mataNya. Sebab waktu hanya singkat, tetapi Dia abadi. Dan kita yang dibentuk dari keabadianNya, akan selalu abadi pula. Maka jika pun waktu melintas. Dan tubuh kita berlalu. Roh kita abadi dalam kemahNya. Karena Sang Pencipta tak akan pernah melupakan hasil karyaNya sendiri. Sang Pencipta tidak akan menyia-nyiakan hasil karyaNya.

Ombak menggulung kehidupan. Gelombang menyeret harapan. Tetapi jiwa-jiwa yang dibawanya takkan lenyap. Mereka bahkan akan bertutur banyak. Tentang harapan baru. Tentang kesetia-kawanan. Tentang solidaritas. Dan kita semua dapat berharap semoga dari balik gelombang ini akan lahir suatu kesadaran baru tentang betapa rapuhnya kehidupan. Dan betapa kuatnya cinta kasih. Kuatnya cinta kasih.

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...