Angie,
Angie
When
will those clouds all disappear?
(Angie –
The Rolling Stones)
Hidup
adalah pilihan. Pilihan adalah kesempatan. Tetapi kesempatan punya
banyak wajah. Kadang mirip. Kadang bertentangan. Dan kita, ya kita,
tak pernah tahu akan kemana ujung kehidupan yang telah kita ambil
akan menuju kemana. Namun sekali keputusan kita buat, sekali tindakan
kita lakukan, kita tak punya kesempatan lagi untuk mundur. Kita tak
punya pilihan lagi selain dari menjalaninya. Dan sungguh, betapa
akhirnya kita sering harus, terpaksa atau tidak, kita akhirnya jalani
kehidupan ini dengan topeng. Untuk menyembunyikan kegentaran kita.
Untuk menyembunyikan luka-luka kita. Untuk menyembunyikan kepahitan
kita. Dan kapankah mendung kelam ini akan lewat? Dapatkah dia
berlalu? Sanggupkah kita menghadapi dan menerimanya?
Pilihan
selalu punya resikonya sendiri. Dan setiap resiko haruslah kita
hadapi dengan tegar. Haruslah berani kita hadapii. Tanpa putus asa.
Bersama pertanggung-jawaban pribadi. Bersama keberanian untuk
menerima segala resiko. Kita toh sadar, mampu atau tidak, jalan yang
kita tempuh saat ini adalah jalan yang punya awal. Sebab, segala
sesuatu mempunyai awal, dimana kita hidup bersama keputusan yang
sudah kita ambil sendiri. Jalan yang kita pilih sendiri. Sesal?
Kecewa? Sakit hati? Menumpahkan kepahitan yang ada kepada orang lain
bukanlah solusi. Tetapi mempersalahkan diri sendiri juga bukanlah
sebuah obat penyembuh yang ampuh. Karena kita sadar, bahwa
sesungguhnya, apa yang telah terjadi saat ini merupakan akibat dari
apa yang telah kita putuskan kemarin.
Hidup
memang adalah pilihan. Namun kita juga tak bisa menghakimi pilihan
yang dijalani orang lain. Sebab kita bukanlah dia. Kita bukanlah
mereka. Seandainya kita adalah dia. Seandainya kita adalah mereka.
Dengan situasi dan kondisi yang sama. Apakah pilihan yang kita ambil
bisa lain? Apakah bisa berbeda? Belum tentu. Setiap manusia, pada
akhirnya, akan mengambil pilihan yang sesuai dengan dirinya sendiri.
Dan saat itu, banyak hal yang yang mengharuskan kita untuk bertindak
dengan memperhitungkan perasaan dan pemikiran yang tidak mungkin sama
dengan situasi dan kondisi kita saat ini. Setiap pilihan tidak dapat
dinilai sebagai baik atau buruk. Setiap pilihan hanya bisa berarti
benar atau salah. Dan apapun juga, akibat-akibatnya menjadi tanggung
jawab pribadi bagi kita semua. Dan itu harus dijalani. Harus
dijalani.
Hidup
tidaklah sederhana. Memang. Karena hidup selalu memiliki banyak
pilihan dengan kesempatan-kesempatan yang tak pernah dapat kita
pastikan akan menuju kemana akhirnya. Mempersalahkan orang lain atau
mempersalahkan diri sendiri hanya berarti kita enggan untuk
menanggung beban dari keputusan yang kita ambil. Kebenaran yang
sesungguhnya adalah bagaimana kita bisa memperbaiki apa yang salah
dan berjalan kembali menuju ke arah yang benar. Bukan hanya berdiri
terpaku sambil menyesali segala yang telah terjadi. Sebab kita hidup
dengan waktu yang melaju. Dan berhenti hanya akan membuat kita
tertinggal atau ditinggalkan oleh sang waktu. Membuat kita tak
kemana-mana kecuali kehilangan kehidupan di saat kita sendiri masih
memilikinya.Sesungguhnya itu jauh lebih menyedihkan. Jauh lebih
menyakitkan.
Maka
memang, walau kita tak pernah tahu kapan mendung kelam ini berlalu,
kita semestinya juga sadar bahwa di balik mendung kelam ini, matahari
selalu ada. Dia hanya menunggu kesempatan untuk bersinar kembali. Dan
selayaknya kita masih memiliki harapan untuk melihat cahayanya yang
indah. Kehangatannya yang menyenangkan. Kita hanya perlu kesabaran
untuk menunggunya. Kesabaran untuk menanggung semua akibat dari
pilihan yang salah, Dan meraih kembali kesempatan untuk berubah.
Sebab hidup adalah pilihan. Dan pilihan selalu ada di setiap jalan,
salah atau benar, untuk memperbaiki arah kita. Maka jika kita salah
dalam memilih, ubahlah arahmu. Hidup tidaklah buruk. Hanya perlu
dirubah. Dan kita tetap punya kesempatan untuk itu. Selama kita
hidup. Selama kita masih hidup.
Tonny
Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar