05 September 2012

DEO (2)


Setiap kali memandang bayi kecil ini, setiap kali pula aku merasa takjub. Takjub betapa kehidupan bertumbuh setiap saat. Dari ketak-berdayaan menuju ke tak-terdugaan. Dari keringkihan menuju ke kekuatan yang penuh daya gerak. Betapa ajaibnya kehidupan yang telah diberikan kepada kita. Dan kurenungkan, saat memegang jemarinya yang mungil ini, sebuah daya untuk mengubah dan berubah. Sebuah daya untuk terus menerus menyerap dari alam apa yang tak dikenalnya menjadi miliknya sendiri. Hidup ini sungguh sebuah mukjizat yang menakjubkan. Seandainya kita mau belajar darinya. Belajar darinya.

Seorang bayi yang kini berkembang menjadi anak kecil yang dengan lincah meraih apa saja yang ada di sekitarnya. Dan merangkak menuju kemana saja yang dia inginkan. Tersenyum, tertawa, berkata-kata dalam kalimat tanpa makna dan sesekali menangis dalam suara yang teramat nyaring. Sungguh, inilah kita pada awalnya. Kita semua. Dan sementara memikirkan tentang diri ini sekarang, aku membayangkan apa saja yang telah kujalani di masa-masa yang silam. Kini. Saat ini. Disini. Betapa mengherankannya hidup yang telah dan sedang kita jalani ini. Dan demikianlah, ketika aku memandang wajah kecil dengan mata yang berbinar-binar, aku pun bertanya-tanya pula apa yang kelak akan dijalaninya.

Memang kita tak pernah dan tak mungkin dapat meramalkan apa kemungkinan yang akan terjadi nanti. Tetapi aku percaya bahwa semua kehidupan pada akhirnya akan belajar untuk hidup. Untuk ada. Dan sementara kita jalani hidup kita sendiri, kehidupan baru akan dan selalu akan berkembang pula. Segala sesuatu akan berubah. Segala sesuatu pasti berubah. Dan kita sendiri tak punya kemampuan untuk menahan perubahan itu. Terutama jika tidak menyangkut hidup kita sendiri. Maka yang dapat kita lakukan hanya menjalaninya sesuai cara kita masing-masing tanpa perlu berupaya untuk memaksakan kehendak kita pada dunia. Sebab, kitalah yang akan belajar dari alam, dan bukan alam yang belajar dari kita.

Setiap kali memandang bayi kecil ini, setiap kali pula aku merasa betapa tak berdayanya aku untuk menentukan suatu kepastian. Sesekali ada rasa khawatir. Sesekali timbul rasa gentar. Tetapi toh, aku tak mungkin mampu untuk menghentikan perubahan yang terjadi. Bahkan pasti aku mengharapkan perubahan-perubahan itu. Karena setiap perjalanan kehidupan ini selalu akan menemui pengalaman yang berbeda. Tak pernah sama. Dan terpikirlah, dimanakah kekhawatiran-kekhawatiranku di masa lampau sekarang? Bukankah pada akhirnya semua akan menguap lepas ke udara yang demikian luas dan demikian riang menyerapnya? Tidak, kekhawatiran itu belum tentu lenyap, tetapi kehawatiran itu pasti berubah. Terus menerus berubah.

Maka aku mengharapkan agar kehidupan yang baru yang akan ditempuh bayi kecilku ini berjalanan sesuai apa yang diinginkannya sendiri. Sebab seorang manusia pasti memiliki ciri khas masing-masing. Siapa pun dia. Setiap manusia pasti merindukan harapan dan pemikirannya sendiri. Dan kita tak bisa memaksakan sesuatu yang tidak alamiah. Kita hanya bisa mendidik, mengajar dan membagikan pengalaman kita tetapi bukan keinginan kita. Kita hanya bisa memberi teladan. Bukan membentuk dia menjadi sama dengan kita. Sebab kita bukan dia. Bukan.

Ah lihat, dia tersenyum padaku. Pada kita. Pada dunia. Sebuah mukjizat. Dapatkah kita membenci kehidupan yang indah ini? Dapatkah?

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...