Setiap kali memandang bayi kecil ini,
setiap kali pula aku merasa takjub. Takjub betapa kehidupan bertumbuh
setiap saat. Dari ketak-berdayaan menuju ke tak-terdugaan. Dari
keringkihan menuju ke kekuatan yang penuh daya gerak. Betapa ajaibnya
kehidupan yang telah diberikan kepada kita. Dan kurenungkan, saat
memegang jemarinya yang mungil ini, sebuah daya untuk mengubah dan
berubah. Sebuah daya untuk terus menerus menyerap dari alam apa yang
tak dikenalnya menjadi miliknya sendiri. Hidup ini sungguh sebuah
mukjizat yang menakjubkan. Seandainya kita mau belajar darinya.
Belajar darinya.
Seorang bayi yang kini berkembang
menjadi anak kecil yang dengan lincah meraih apa saja yang ada di
sekitarnya. Dan merangkak menuju kemana saja yang dia inginkan.
Tersenyum, tertawa, berkata-kata dalam kalimat tanpa makna dan
sesekali menangis dalam suara yang teramat nyaring. Sungguh, inilah
kita pada awalnya. Kita semua. Dan sementara memikirkan tentang diri
ini sekarang, aku membayangkan apa saja yang telah kujalani di
masa-masa yang silam. Kini. Saat ini. Disini. Betapa mengherankannya
hidup yang telah dan sedang kita jalani ini. Dan demikianlah, ketika
aku memandang wajah kecil dengan mata yang berbinar-binar, aku pun
bertanya-tanya pula apa yang kelak akan dijalaninya.
Memang kita tak pernah dan tak mungkin
dapat meramalkan apa kemungkinan yang akan terjadi nanti. Tetapi aku
percaya bahwa semua kehidupan pada akhirnya akan belajar untuk hidup.
Untuk ada. Dan sementara kita jalani hidup kita sendiri, kehidupan
baru akan dan selalu akan berkembang pula. Segala sesuatu akan
berubah. Segala sesuatu pasti berubah. Dan kita sendiri tak punya
kemampuan untuk menahan perubahan itu. Terutama jika tidak menyangkut
hidup kita sendiri. Maka yang dapat kita lakukan hanya menjalaninya
sesuai cara kita masing-masing tanpa perlu berupaya untuk memaksakan
kehendak kita pada dunia. Sebab, kitalah yang akan belajar dari alam,
dan bukan alam yang belajar dari kita.
Setiap kali memandang bayi kecil ini,
setiap kali pula aku merasa betapa tak berdayanya aku untuk
menentukan suatu kepastian. Sesekali ada rasa khawatir. Sesekali
timbul rasa gentar. Tetapi toh, aku tak mungkin mampu untuk
menghentikan perubahan yang terjadi. Bahkan pasti aku mengharapkan
perubahan-perubahan itu. Karena setiap perjalanan kehidupan ini
selalu akan menemui pengalaman yang berbeda. Tak pernah sama. Dan
terpikirlah, dimanakah kekhawatiran-kekhawatiranku di masa lampau
sekarang? Bukankah pada akhirnya semua akan menguap lepas ke udara
yang demikian luas dan demikian riang menyerapnya? Tidak,
kekhawatiran itu belum tentu lenyap, tetapi kehawatiran itu pasti
berubah. Terus menerus berubah.
Maka aku mengharapkan agar kehidupan
yang baru yang akan ditempuh bayi kecilku ini berjalanan sesuai apa
yang diinginkannya sendiri. Sebab seorang manusia pasti memiliki ciri
khas masing-masing. Siapa pun dia. Setiap manusia pasti merindukan
harapan dan pemikirannya sendiri. Dan kita tak bisa memaksakan
sesuatu yang tidak alamiah. Kita hanya bisa mendidik, mengajar dan
membagikan pengalaman kita tetapi bukan keinginan kita. Kita hanya
bisa memberi teladan. Bukan membentuk dia menjadi sama dengan kita.
Sebab kita bukan dia. Bukan.
Ah lihat, dia tersenyum padaku. Pada
kita. Pada dunia. Sebuah mukjizat. Dapatkah kita membenci kehidupan
yang indah ini? Dapatkah?
Tonny Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar