04 September 2012

PINTU


Sebuah pintu menyiratkan sebuah harapan. Juga kekhawatiran. Karena sebuah pintu menjadi batas antara diri kita dengan dunia luas yang membentang dan penuh ketidak-pastian. Ada yang ingin agar pintu tersebut terbuka namun tak sering mampu untuk membukanya. Ada pula yang tidak pernah mau membuka pintu itu karena dia tak pernah tahu apa yang bakal ditemukan di baliknya. Namun, bagaimana pun, sebuah pintu yang tak pernah terbuka bukanlah sebuah pintu. Tetapi dinding. Dan apabila kita hidup hanya dalam ruang yang tanpa memiliki pintu, sesungguhnya kita tak memiliki hidup itu sendiri. Karena kita hanya hidup untuk diri kita sendiri tanpa pernah menikmati keindahan dunia luas yang, walaupun penuh dengan ketidak-pastian, juga keaneka-ragaman yang pantas kita hadapi sebagai sebuah pengalaman. Karena untuk itulah dunia ini diciptakan bagi kita. Untuk itulah kita hidup.

Tetapi sayangnya, seringkali kita lebih suka untuk menutup rapat pintu hidup ini karena ketidak-nyamanan kita akan kemungkinan apa yang akan kita hadapi di luar. Tanpa pernah menyadari bahwa pintu yang tertutup dalam ruang hati kita juga berarti menutup kesempatan bagi mereka yang berada di balik pintu itu untuk menikmati keindahan kita sendiri. Dan selama kita berada dalam dinding-dinding sempit kita, kita akan terkucil satu sama lain. Enggan untuk saling membuka diri. Enggan untuk saling mengenal. Enggan untuk saling membagikan diri. Enggan untuk mengetahui keberadaan dunia luar dan hanya hidup demi keberadaan kita saja. Kita lebih senang untuk hidup dalam lingkungan empat tembok tebal, dengan pintu yang tertutup rapat karena di dalamnya kita merasa aman dari perubahan yang mungkin mengganggu kenyamanan diri kita.

Pintu. Sesungguhnya setiap kehidupan memiliki pintunya masing-masing. Tak ada hidup yang tanpa pintu karena kita memiliki tubuh, rasa dan pikiran yang dapat kita kunci rapat-rapat dari dunia luar. Dan tak seorang pun dapat memasuki pintu kehidupan kita jika saja kita tidak mau membukanya bagi sesama. Tetapi jelas bahwa setiap pintu pasti dapat dibuka dan ditutup sekehendak kita, sebab jika tidak begitu, dia bukan pintu melainkan dinding. Hanya saja, seringkali kita mengubah pintu hidup ini menjadi dinding tebal dengan gembok raksasa yang semakin hari semakin berkarat karena tak pernah kita buka. Dan ketika itu terjadi, hidup kita pun menjadi terkucil satu sama lain karena kita tak pernah membiarkan apapun untuk masuk mengusik kenyamanan kita. Bahkan Tuhan pun tidak. Dan secara otomatis, kita tidak akan juga keluar untuk menyaksikan kenyataan lain yang membentang di alam lepas.

Padahal, pintu selalu punya makna kemungkinan. Dan harapan. Walau juga mengandung bahaya. Tetapi bukankah harus kita sadari bahwa hidup memang penuh kemungkinan agar bisa jadi indah dan bermakna? Bukankah justru dalam ketak-terdugaan itulah sering membuat kita jadi menikmati keindahan hidup ini? Sebab apabila kita mengharapkan kepastian selama kita hidup di dunia ini, sesungguhnya kita tidak lagi mampu untuk berbahagia. Dan jika itu yang menjadi keinginan kita, untuk apa lagi kita hidup? Ketidak-terdugaan. Kemustahilan yang terjadi. Mungkin sebuah mukjizat. Mungkin sebuah kejutan. Itulah yang membuat hidup ini tidak membosankan. Tidak pernah membosankan.

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...