Sebuah pintu menyiratkan
sebuah harapan. Juga kekhawatiran. Karena sebuah pintu menjadi batas
antara diri kita dengan dunia luas yang membentang dan penuh
ketidak-pastian. Ada yang ingin agar pintu tersebut terbuka namun tak
sering mampu untuk membukanya. Ada pula yang tidak pernah mau membuka
pintu itu karena dia tak pernah tahu apa yang bakal ditemukan di
baliknya. Namun, bagaimana pun, sebuah pintu yang tak pernah terbuka
bukanlah sebuah pintu. Tetapi dinding. Dan apabila kita hidup hanya
dalam ruang yang tanpa memiliki pintu, sesungguhnya kita tak memiliki
hidup itu sendiri. Karena kita hanya hidup untuk diri kita sendiri
tanpa pernah menikmati keindahan dunia luas yang, walaupun penuh
dengan ketidak-pastian, juga keaneka-ragaman yang pantas kita hadapi
sebagai sebuah pengalaman. Karena untuk itulah dunia ini diciptakan
bagi kita. Untuk itulah kita hidup.
Tetapi sayangnya,
seringkali kita lebih suka untuk menutup rapat pintu hidup ini karena
ketidak-nyamanan kita akan kemungkinan apa yang akan kita hadapi di
luar. Tanpa pernah menyadari bahwa pintu yang tertutup dalam ruang
hati kita juga berarti menutup kesempatan bagi mereka yang berada di
balik pintu itu untuk menikmati keindahan kita sendiri. Dan selama
kita berada dalam dinding-dinding sempit kita, kita akan terkucil
satu sama lain. Enggan untuk saling membuka diri. Enggan untuk saling
mengenal. Enggan untuk saling membagikan diri. Enggan untuk
mengetahui keberadaan dunia luar dan hanya hidup demi keberadaan kita
saja. Kita lebih senang untuk hidup dalam lingkungan empat tembok
tebal, dengan pintu yang tertutup rapat karena di dalamnya kita
merasa aman dari perubahan yang mungkin mengganggu kenyamanan diri
kita.
Pintu. Sesungguhnya
setiap kehidupan memiliki pintunya masing-masing. Tak ada hidup yang
tanpa pintu karena kita memiliki tubuh, rasa dan pikiran yang dapat
kita kunci rapat-rapat dari dunia luar. Dan tak seorang pun dapat
memasuki pintu kehidupan kita jika saja kita tidak mau membukanya
bagi sesama. Tetapi jelas bahwa setiap pintu pasti dapat dibuka dan
ditutup sekehendak kita, sebab jika tidak begitu, dia bukan pintu
melainkan dinding. Hanya saja, seringkali kita mengubah pintu hidup
ini menjadi dinding tebal dengan gembok raksasa yang semakin hari
semakin berkarat karena tak pernah kita buka. Dan ketika itu terjadi,
hidup kita pun menjadi terkucil satu sama lain karena kita tak pernah
membiarkan apapun untuk masuk mengusik kenyamanan kita. Bahkan Tuhan
pun tidak. Dan secara otomatis, kita tidak akan juga keluar untuk
menyaksikan kenyataan lain yang membentang di alam lepas.
Padahal, pintu selalu
punya makna kemungkinan. Dan harapan. Walau juga mengandung bahaya.
Tetapi bukankah harus kita sadari bahwa hidup memang penuh
kemungkinan agar bisa jadi indah dan bermakna? Bukankah justru dalam
ketak-terdugaan itulah sering membuat kita jadi menikmati keindahan
hidup ini? Sebab apabila kita mengharapkan kepastian selama kita
hidup di dunia ini, sesungguhnya kita tidak lagi mampu untuk
berbahagia. Dan jika itu yang menjadi keinginan kita, untuk apa lagi
kita hidup? Ketidak-terdugaan. Kemustahilan yang terjadi. Mungkin
sebuah mukjizat. Mungkin sebuah kejutan. Itulah yang membuat hidup
ini tidak membosankan. Tidak pernah membosankan.
Tonny Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar