10 Januari 2009

11 JANUARI 2009

Wahai, hujan dengan segala kekuatannya mengguyur dari langit yang merah sesaat sebelum fajar tiba. Dan angin, petir dan guruh mengiringinya dalam satu simponi yang berpadu sebagai suatu daya alam. Aku memandang pada genangan air yang memenuhi jalan depan rumahku. Beberapa lembar daun nampak melayang terbang, meliuk-liuk terbawa angin, lalu hinggap di atas genangan air dan terbawa pergi. Aku duduk dan menikmati semua itu sambil mendengarkan irama lagu dari Enya yang sayup-sayup dari hifiku. Suasana terasa lembut dan syahdu. Terasa dingin dan damai. Hatiku ingin bernyanyi....

Bagiku, bangun sesaat sebelum fajar tiba, adalah suatu kenikmatan yang paling murni. Merasakan kesegaran udara yang dingin, mendengarkan suara-suara yang datang dari alam, menikmati panorama langit yang perlahan berubah warna selalu membuatku terpana. Ah, betapa indahnya alam ini. Betapa indahnya hidup ini. Bukankah dalam keadaan apapun kita, alam selalu menyapa kita dengan kemolekannya? Dan jika hati kita peka, kita selalu dapat memahami isyarat yang diberikannya. Bahwa, kesedihan dan kesepian kita hanya ada dalam hati dan pikiran kita saja. Bahwa, jika kita berusaha untuk tidak hanya terpaku pada kesedihan dan kesepian kita, kita dapat menikmati panorama yang telah diberikannya kepada kita semua. Dimana pun kita berada. Apapun keadaan kita. Dan suara-suara yang dapat kita resapkan ke dalam jiwa kita, selalu akan membuat kita ingin bernyanyi....

Nyanyikanlah sebuah lagu. Nyanyikanlah sebuah lagu tentang suasana yang sedang bermain di depan kita. Nyanyikanlah sebuah lagu tentang rasa hatimu. Nyanyikanlah sebuah lagu yang membuat hatimu bergetar dalam kerinduan dan harapan. Lagu tentang alam. Lagu tentang cinta. Lagu tentang rasa damai yang mengendap dalam jiwamu. Maka alam pun ikut bernyanyi bersamamu. Dalam hujan. Dalam angin. Dalam petir dan guruh. Dalam dedaunan yang terbang melayang dan hinggap di atas genangan air. Dalam air yang mengalir entah kemana. Dalam derita dan kesunyian kita. Dalam kesedihan dan kesepian kita. Dalam apapun kita, marik kita nikmati sejenak alam yang ingin bernyanyi bersamamu ini....

Tuhan. Tuhan bersembunyi dalam alam. Tuhan bersembunyi dalam waktu. Tuhan bersembunyi dalam apapun yang nampak dan tak nampak. Tuhan bersembunyi dalam diri kita. Tuhan yang selalu kita cari tetapi sering gagal kita temukan, hanya karena kita tak sadar bahwa Dia tak kita temukan hanya karena Dia ada dalam segala sesuatu yang kita lihat. Dan karena itu kita pangling dan tak mengenalnya. Apa yang paling dekat dengan kita, seringkali menjadi apa yang paling tak kita sadari keberadaannya. Maka aku menemukan Dia turun bersama guyuran hujan. Ikut berhembus bersama kencangnya angin. Nampak bercahaya dalam kilatan petir. Dan bersuara dalam bunyi guruh yang bergelombang tiba. Ah, aku ingin bernyanyi padaMu....

Lagu. Lagu indah tentang cinta dan derita. Lagu syahdu tentang suka dan duka. Lagu lembut tentang damai dan perang. Lagu tentang rindu dan dendam. Lagu tentang rasa ini. Bersamamu, aku ingin bernyanyi. Bersamamu, aku ingin bertutur. Bersamamu, aku ingin menulis sebuah sajak. Sajak yang mengalir dan terbenam dalam segenap perasaan yang memenuhi hatiku pagi ini. Ada hujan. Ada petir. Ada guruh. Ada angin. Ada genangan air. Ada nyanyian Enya. Ada aku. Ada Kau. Ada segala-galanya yang kuimpikan ada. Lagu. Laguku. Ah, aku ingin bernyanyi bersamamu sekarang....

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...