07 Januari 2009

PENYAKIT

Rasa dingin menjalar dari punggung ke seluruh tubuhnya. Bagaikan mengawang, dia merasa seperti terhempas dari sebuah tebing curam ke sebuah jurang yang lebar menganga dan tak berdasar. Rasa hampa, takut, khawatir membuatnya tak mampu untuk berkata sepatah kata pun. Demikianlah perasaannya saat mendengarkan hasil diagnosa dokter setelah menjalani biopsi pada benjolan kecil di payudaranya. Ganas! Itu tumor ganas! Ya, Tuhan, mengapa hal ini menimpa diriku? Mengapa harus aku? Apakah yang telah kulakukan sehingga harus mengalami hal ini? Apakah salahku? Apa? Mengapa aku mesti mengalami penyakit yang menakutkan ini? Mengapa? Mengapa?

Wanita berusia 41 tahun itu nyaris tak sanggup untuk mendengarkan kabar tersebut dengan tabah. Wajahnya memucat. Perasaannya menjadi kosong dan tak berdaya. Dunia seakan runtuh baginya. Dengan lunglai, dia meninggalkan ruang praktik dokter spesialis tersebut hampir seperti merayap. Dan aku yang membayangkan kejadian tersebut, merasa sedih. Sedih! Dan membayangkan saat-saat yang akan dijalaninya, waktu yang akan dilewatinya, aku pun tak sanggup untuk berkata-kata juga. Ada suatu rahasia yang sering tak kita lihat dalam kehidupan ini. Bahwa dalam sekejap, ya hanya dalam sekejap, kegembiraan hidup yang sedang kita nikmati dapat berubah menjadi bayang-bayang kelam tanpa dapat kita kendalikan. Tak dapat kita kendalikan.

Apakah artinya penyakit yang datang menyerbu ke dalam tubuh kita? Apakah artinya sel-sel yang tadinya nampak normal, tiba-tiba dapat berkembang biak tak terkontrol dan merusak keseluruhan tubuh? Ada banyak teori. Ada banyak fakta yang menjadi dasar teori. Tetapi mengapa hal itu bisa terjadi? Terutama, mengapa itu bisa terjadi pada diri kita sendiri? Ya, mengapa kita harus mengalaminya? Dapatkah kita menjawabnya tanpa rasa tak berdaya menghadapi tubuh kita ini? Tubuh yang tadinya menjadi anugerah bagi kita, tiba-tiba menjadi bencana buat kita. Dan kian kita memikirkannya, kian terpuruk pula kita ke dalam lingkaran tanpa jawaban pasti. Ya, ada suatu rahasia yang sering tersembunyi dari pandangan kita. Rahasia yang pelan-pelan menggerogoti tubuh kita, perlahan namun pasti, akan merusak keseluruhan sistim kehidupan yang ada dalam daging ini, dan pada akhirnya akan menghentikan semuanya. Semuanya.

Bagaimana kita akan menyikapi diri kita sendiri, saat kita diberikan kepastian tentang apa yang sedang berlangsung dalam sel-sel tubuh kita? Dapatkah kita merasa tetap tabah dan bersikap kuat dalam menerima kenyataan yang pasti itu? Untukku sendiri, aku ragu. Akhir memang suatu kepastian yang akan tiba juga. Namun saat kita menerima kepastian itu, sikap kita akan menentukan apakah kita dapat dengan tabah menerima dan kuat menghadapinya atau kita melarikan diri dari kenyataan itu dan tenggelam dalam kepasrahan diri. Hidup kita singkat. Kita tahu itu. Tetapi bukan berarti kita menyerah dan pasrah lalu terbenam dalam keputus-asaan yang akan makin menyeret kita ke liang tak berdasar. Hidup kita singkat, namun bukannya tak berguna suatu perlawanan untuk tetap bersikap positip. Kita bisa menjadi teladan. Kita mampu menjadi teladan bagi mereka-mereka yang saat ini mengalami situasi yang sama.

Hujan deras sedang turun membasahi bumi. Dan wanita itu, dengan tegar mempersiapkan segala sesuatunya untuk memulai perjalanan panjang perjuangannya untuk menghadapi penyakitnya. Dengan tabah namun tidak pasrah. Dengan sedih namun tegar. Dengan kekuatan yang dimilikinya sekarang namun tetap bersandar pada doanya kepada Tuhan. Dengan itulah kita akan mampu menghadapi kehidupan ini. Sebab kita tahu bahwa ada Dia yang jauh lebih menentukan daripada segala upaya dan keinginan kita sendiri. Dan jika kita mampu untuk memahami semua itu, kita pasti akan menerima cahaya pengharapan dari-Nya. Cahaya pengharapan dari-Nya.

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...