Aku ingin bernyanyi kepada pepohonan dan jalan yang basah
Aku ingin menyanyikan lagu tentang dingin dan sepiku
Dengan musik yang mengalun jauh hingga ke ujung dunia
Aku ingin mempersembahkan kepada dunia yang sedang menggigil
Perdengarkanlah kepadaku, wahai hati yang sedang merindu
Perdengarkanlah kepadaku suara rintik dan desau anginmu
Dimana kata tak perlu dan makna tak berarti apa-apa
Saat hidup berjalan ke depan sebagaimana mestinya
"Tik..tik...tik..bunyi hujan di atas genteng.."
Aku ingin berbaur bersama mendung dan langit yang kelabu
Aku ingin menghilang ke dalam kabut tebal yang menyelubungiku
Sebab tak ada kalimat berwujud di musim yang basah ini
Aku lelap dalam nyanyian alam yang demikian sendu di hatiku
Kunyanyikan lagu tentang suka dan dukaku di dunia
Kulantunkan nada bersama percikan air yang jatuh ke genangan di tanah
Dimanakah lagi 'kan kutemukan keindahanmu yang dulu pernah menakjubkanku
Dalam hatiku, dalam hatiku yang terus meminta kejernihan dari gejolaknya
"Tik..tik..bunyi hujan di atas genteng.."
Lirih aku bernyanyi. Lirih kau bernyanyi. Lirih kita bernyanyi. Bersama.
Dedaunan bergoyang diterpa angin. Kelopak bunga menggigil menunduk.
Datanglah padaku, wahai, datanglah padaku dunia yang bisu
Kita akan menyanyikan bersama sebuah lagu rindu tentang damai
Langit mendung. Hujan menderas. Angin bertiup. Aku tertunduk.
Dengan takwa kusandarkan kesenyapan ini ke dalam jiwaku
Sebab telah menghilang bayangku bersama turunnya kabut
Laguku. Lagumu. Lagu kita. Lagu dunia. Lagu yang tanpa kata
Kini kupersembahkan ke dalam tanganmu yang tak berwujud
Bersama dingin dan sepi. Bersama bisik dan rindu. Kaulah aku.
Padamu, alam, kita menjadi satu dan berbaur menghilang
Bersama suara tetesan air dan desauan angin lenyap menyatu
Tonny Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar