01 Januari 2009

PAGI SAAT HUJAN MENDERAS

Aku ingin bernyanyi kepada pepohonan dan jalan yang basah

Aku ingin menyanyikan lagu tentang dingin dan sepiku

Dengan musik yang mengalun jauh hingga ke ujung dunia

Aku ingin mempersembahkan kepada dunia yang sedang menggigil


 

Perdengarkanlah kepadaku, wahai hati yang sedang merindu

Perdengarkanlah kepadaku suara rintik dan desau anginmu

Dimana kata tak perlu dan makna tak berarti apa-apa

Saat hidup berjalan ke depan sebagaimana mestinya


 

"Tik..tik...tik..bunyi hujan di atas genteng.."


 

Aku ingin berbaur bersama mendung dan langit yang kelabu

Aku ingin menghilang ke dalam kabut tebal yang menyelubungiku

Sebab tak ada kalimat berwujud di musim yang basah ini

Aku lelap dalam nyanyian alam yang demikian sendu di hatiku


 

Kunyanyikan lagu tentang suka dan dukaku di dunia

Kulantunkan nada bersama percikan air yang jatuh ke genangan di tanah

Dimanakah lagi 'kan kutemukan keindahanmu yang dulu pernah menakjubkanku

Dalam hatiku, dalam hatiku yang terus meminta kejernihan dari gejolaknya


 

"Tik..tik..bunyi hujan di atas genteng.."


 

Lirih aku bernyanyi. Lirih kau bernyanyi. Lirih kita bernyanyi. Bersama.

Dedaunan bergoyang diterpa angin. Kelopak bunga menggigil menunduk.

Datanglah padaku, wahai, datanglah padaku dunia yang bisu

Kita akan menyanyikan bersama sebuah lagu rindu tentang damai


 

Langit mendung. Hujan menderas. Angin bertiup. Aku tertunduk.

Dengan takwa kusandarkan kesenyapan ini ke dalam jiwaku

Sebab telah menghilang bayangku bersama turunnya kabut

Laguku. Lagumu. Lagu kita. Lagu dunia. Lagu yang tanpa kata


 

Kini kupersembahkan ke dalam tanganmu yang tak berwujud

Bersama dingin dan sepi. Bersama bisik dan rindu. Kaulah aku.

Padamu, alam, kita menjadi satu dan berbaur menghilang

Bersama suara tetesan air dan desauan angin lenyap menyatu


 

Tonny Sutedja


 

 

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...