08 Juli 2013

PENGAKUAN SEORANG KORUPTOR

Sebuah kisah karangan Anton Chekov yang diterjemahkan secara amat bebas.

Aku orang biasa. Telah diangkat menjadi bendahara. Aku senang, bukan karena boleh korupsi. Kala itu aku belum menjadi korup. Dan aku akan membenci orang-orang yang mengatakan bahwa kelak aku akan menilap juga. Tidak! Aku senang karena soal lain. Kenaikan uang dinas dan sedikit tambahan pada upah. Hanya itu.

Namun, jujur saja, aku senang karena situasi yang lain. Setelah diangkat menjadi bendahara, saat itu aku merasa memakai kacamata pink. Tiba-tiba saja orang-orang di sekitarku berubah. Benar! Semuanya seakan jadi lebih ramah. Yang jelek menjadi tampan, yang jahat menjadi baik hati, yang sombong menjadi hormat, yang membenci aku menjadi pencinta yang kelihatan tulus. Mendadak aku merasa dicerahkan. Sekarang aku rasakan sifat-sifat manusia yang unggul, yang tidak pernah kusangka. “Busyeet” batinku, “Adakah sesuatu yang terjadi dengan mereka? Atau karena dulu aku bodoh dan naif hingga tidak melihat sifat-sifat baik mereka? Sungguh baik mereka sekarang”.

Pada hari pelantikanku, Z.N. Kazusov pun berubah. Dia salah seorang pimpinan kami, seorang yang sombong, angkuh dan selalu menganggap enteng pegawai kecil. Dia mendekatiku dan.. (ada apa dengan dia?) sambil tersenyum, menepuk bahuku. “Benar sombong anda ini” katanya, “Tidak baik itu. Kenapa tak pernah mampir di rumah kami? Dosa itu, nak! Anak-anak biasa kumpul dan bersuka ria di tempatku. Anak-anak gadisku terus menanyakan, ‘Kenapa ayah tak pernah mengundang Gregory? Dia amat baik!’ “Memangnya mudah mengundang dia”, kataku kepada mereka. “Ayolah, jangan jual mahal, nak. Mampir saja ya...”

Ajaib. Apa yang telah terjadi dengannya? Apa dia tidak aneh? Tadinya dia suka menendang orang, tetapi mendadak....!

Setibaku di rumah, aku kaget. Untuk santap siang, ibu tidak menyiapkan dua macam lauk seperti biasa, tetapi empat macam. Di malam hari, sebagai teman minum teh, ibu menyediakan snack dan roti daging. Demikian pula hari-hari selanjutnya. Tamu-tamu yang datang dihidangkan coklat susu dan berbagai jenis biskuit manis.

Ibu” seruku, “ada apa dengan ibu? Mengapa ibu demikian boros? Upahku tidak naik dua kali lipat. Kenaikannya tidak ada artinya sama sekali” Ibu menoleh padaku, “Hendak kau kemanakan semua uang itu?” tanyanya. “Apa mau kau simpan?”

Apa-apan ini? Ayah memesan mantel bulu, membeli topi baru dan mulai minum wine. Lima hari kemudian, kakak laki-lakiku mengirim surat kepadaku. Sebelumnya, kakakku ini amat membenci aku. Kami bentrok karena alasan ide, dia menganggap saya egois, serta tidak mau membantu keluarga. Dalam suratnya, dia menulis, “Adikku yang baik (hmm), aku sayang padamu. Sungguh tersiksa jiwaku setelah pertengkaran kita dulu. Sekarang marilah berdamai. Kuulurkan tanganku dan mohon maaf atas segala kesalahanku dulu. Balas ya. Dari kakakmu yang selalu sayang padamu” Oh, kakakku yang baik, suratnya segera saya jawab sambil mengirmkan cium jauh dengan perasaan amat bahagia. Seminggu kemudian, datang telegram dari dia, “Terima kasih. Aku senang kau tidak membenciku. Kirimkan seratus rubel. Aku amat memerlukannya. Pelukku selalu”. Maka saya kirimkan padanya seratus rubel.

Bahkan gadisku pun berubah. Sebelumnya dia tidak mencintai aku. Saat aku mengatakan bahwa aku menyukainya, dia menyebut aku kurang ajar lalu memalingkan wajahnya dariku. Tetapi saat aku bertemu dia, beberapa hari setelah pelantikanku, dia TERSENYUM, membuat aku salah tingkah. “Ada apa denganmu?” tanyanya sambil menatapku. “Kamu tambah gagah saja. Kapan kau mengajakku berdansa...?”

Oh, nasib! Sebulan kemudian, ibunya menjadi mertuaku. Yah, kini karena aku bertambah tampan. Untuk pernikahan perlu dana, maka aku pun mengambil 3000 rubel dari kas. Mengapa tidak? Aku akan mengembalikannya saat gajian nanti. Sekalian kuambil 1000 rubel untuk Z.N. Kazusov. Dia minta kredit. Bagaimana bisa menolaknya? Dia kan kepala? Salah-salah aku dipecatnya.

Demikianlah, hari demi hari lewat. Dan dari kas yang kupegang, uang mengalir deras, bukan hanya untuk kepentinganku, tetapi jauh lebih banyak untuk kepentingan mereka-mereka yang tak bisa kutolak.

Seminggu sebelum penangkapanku, aku mengadakan acara atas permintaan mereka. Peduli setan. Biar mereka makan dan meledak, kalau itu memang harus terjadi. Banyak orang yang datang ke pestaku. Aku tidak tahu berapa banyak, namun ruangan rumahku penuh dengan para sahabat, kerabat dan orang-orang yang menganggapku demikian. Bahkan ada juga atasan dari atasanku, Z.N. Kazusov. Mereka semua mengenakan busana yang indah dan mahal. Lebih dari 1000 rubel kukeluarkan untuk acara itu. Musik mendengung. Anggur dan Sampanye mengalir. Makanan memenuhi meja panjang. Lalu, ada pidato-pidato dan kata-kata sambutan yang panjang, ajakan untuk toast, lalu doa-doa dialirkan dengan beribu harapan. Seorang wartawan menyanyikan sebuah lagu indah tentang kebaikan hati, seorang pengusaha bertutur tentang lancarnya dana untuk proyek yang sedang dikerjakannya. “Di negara ini, tak ada orang yang bisa menghargai orang lain seperti Gregory....” Aku disanjung. Aku tersanjung.

Namun, semua yang ikut berseru-seru, bernyanyi dan membawa persembahan untukku, kemudian berbisik-bisik dan menyalahkan aku di belakang, saat tim audit datang dari pusat dan menuduhku melakukan korupsi. “Koruptor, Bangsat tengik...!” seru mereka sambil menyeringai ketus. Bahkan istriku pun, yang senang mengenakan pakaian indah berkilauan berharga mahal itu, berkata kepadaku, “Orang-orang pada berkata bahwa kamu korup. Awas, kalau itu benar. Aku tak sudi hidup bersama seorang koruptor...” Kakak tercintaku, pun mulai mengancam aku, “Awas ya, aku tak mau menjadi kakak seorang koruptor!” Dan bahkan Z.N. Kazusov, pimpinanku yang baik hati itu, kini memandangku sinis sambil berkata bahwa aku sungguh seorang yang tak tahu diri. Aku.

Bapak dan ibu yang baik. Aku telah jatuh. Telah jatuh lebur. Dengan kata lain, “kemarin aku orang baik-baik, jujur, terhormat di mata orang banyak, tetapi kini aku menjadi pencuri, pembohong, penipu..... Ayo, berteriaklah sekarang. Maki-makilah aku. Desas-desuskanlah aku. Kecamlah aku. Buanglah aku. Tulislah tajuk rencana tentang kebobrokanku. Lemparkanlah batu kepada diriku. Hanya satu yang kuminta, ya hanya satu saja yang kuminta, jangan semua orang. Jangan semua orang.......


Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...