09 Mei 2009

HIDUP ITU PERJUANGAN

Berapa lamakah kehidupan yang telah kita lampaui? Dan masih berapa lamakah yang akan kita susuri? Siapakah yang dapat memastikannya? Tentu, kita dapat, jika mau, untuk memastikan saat-saat akhir kita, tetapi itu bukanlah akhir yang normal. Bukan sesuatu yang alami. Dan lebih berarti bahwa kita takut untuk menerima anugerah kehidupan. Kita tidak berani menghadapi kesedihan, kesakitan dan kesengsaraan kita. Kita menjadi seorang pengecut yang hanya mau menikmati hidup yang mudah tanpa menyadari bahwa sesungguhnya hidup adalah sebuah tantangan. Sebuah tantangan bagi kita untuk berjuang melawan rasa sedih, kecewa dan putus asa kita. Hidup adalah bagaimana kita mempergunakan talenta-talenta yang kita miliki, dan bukan justru menanam dan menyembunyikannya ke dalam ketakutan, kekhawatiran dan keputus-asaan kita.

Kita ada. Kita hadir. Kita hidup. Semuanya bukan karena suatu kebetulan yang tak dikehendaki. Bahkan jika pun itu suatu kebetulan yang tak dikehendaki, dalam kenyataannya, kita telah ada dan hidup. Dan mampu berpikir dan bertindak sesuai dengan keinginan dan kekuatan kita sendiri. Kita adalah insan-insan yang sendirian, mutlak bertanggung-jawab terhadap diri kita, mutlak menikmati hidup kita dan mutlak menjalani pengalaman-pengalaman kita. Maka untuk apa segala ketakutan-ketakutan kita pada pandangan orang lain terhadap kita? Untuk apa kita putus asa hanya karena ketidak-mampuan kita dalam mengikuti kehendak orang lain? Yang menjalani hidup ini adalah kita, ya kita sendirian. Dan sebab itu, hanya kitalah sendiri yang mampu dan bisa menikmati apa yang kita anggap baik dan buruk terhadap kehidupan kita ini.

Demikianlah, kita telah ada dan hadir secara nyata dalam kehidupan dunia ini. Dan yang nampak, kasat mata, adalah tubuh kita. Raga kita yang berupa kumpulan sel-sel yang pada saatnya nanti akan menua, lemah dan rusak untuk pada akhirnya akan kehilangan segala fungsinya. Setelah itu, semuanya akan usai. Waktu di dunia ini akan berhenti bagi kita. Tetapi akan kemanakah daya pikir kita? Akan kemanakah daya rasa kita? Akan kemanakah kita akhirnya? Tak seorang pun yang tahu. Tetapi satu hal telah pasti, kita untuk untuk diri kita dan kita akan mati dengan diri kita juga. Tak ada yang patut diperdebatkan untuk soal ini. Jadi, mengapakah kita harus takut? Mengapakah kita harus merasa putus asa dengan apa yang tampil atau menimpa raga kita saat ini? Pada akhirnya semua akan usai. Pada akhirnya semua akan berakhir.

Maka nikmatilah hidupmu. Berjuanglah untuk sesuatu yang kau anggap baik. Sesuatu yang kau anggap benar. Sesuatu yang tak merugikan orang-orang lain. Tak merugikan alam dan lingkunganmu. Sebab kita ada dan hadir di dunia ini untuk itu. Kita tahu bahwa sesungguhnya tak ada kebenaran yang mutlak, selain kebenaran-kebenaran yang ada dalam dan telah tertanam dalam pengalaman-pengalaman kita sejak awal. Dan Tuhan, Sang Pencipta Kehidupan, sungguh mengenal kita. Kita sadar atau tidak, Dia tahu dukalara kita, sakit hati dan kekecewaan kita, kelemahan dan ketak-berdayaan kita. Sebab untuk itulah kita ada dan hadir di dunia ini. Untuk berjuang melawan kesepian, kelemahan dan kesedihan kita. Dan mengharapkan agar kita pantang untuk pasrah, putus asa lalu memutuskan untuk mengakhiri segalanya. Jangan takut. Beranilah menghadapi hidupmu. Beranilah bergulat dengan dirimu. Beranilah berpikir dan melawan perasaanmu sendiri. Hidup belum berakhir. Berjuanglah. Pergunakanlah talenta-talentamu. Agar pada akhirnya, saat semuanya berakhir, kita dapat beristirahat dengan damai, setelah perjuangan panjang dan melelahkan ini. Sebab hanya setelah bekerja keraslah kita bisa menikmati istirahat yang jauh lebih nyaman daripada jika tak berbuat sesuatu apapun. Dan istirahat yang hanya akan dinikmati oleh mereka-mereka yang telah berjuang dalam hidupnya. Mereka-mereka yang tidak mencari jalan pintas karena takut. Takut kalah. Taku sakit. Takut derita. Dan jelas aku tahu, kau bukanlah seorang pengecut. Jadi, jika kau berani untuk mati, lalu mengapa takut untuk hidup? Hidup adalah perjuangan. Mati, siapa yang tahu?

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...