25 Mei 2009

KEHIDUPAN KITA

Kehidupan ini bagaikan sebuah buku tulis putih polos. Yang kita jalani dengan menulis pada lembaran-lembarannya. Lembaran yang bernama sang waktu. Dan apa yang telah kita tulis, takkan mungkin terhapuskan. Dia akan meninggalkan jejak dalam ingatan sejarah. Demikianlah kita ada, berpikir, berbuat dan takkan mungkin dihilangkan lagi. Karena keberadaan kita adalah suatu kepastian mutlak. Suatu kepastian mutlak. Itulah satu-satunya kebenaran yang kita miliki.

Dan karena kita ada, telah ada, dan masih ada, sesal yang tinggal sesal, jadi sia-sia. Tak berguna selama kita tak mampu untuk mengubahnya menjadi harapan. Siapakah di dunia ini yang tak pernah melakukan kesalahan-kesalahan? Siapakah di dunia ini yang tak pernah berbuat, apa yang kita pikirkan, sebagai kebodohan dan kekurang-pantasan? Siapakah? "Tak seorang pun sempurna" demikian kata sebuah pepatah tua. Ya, tak seorang pun yang tak pernah berbuat hal-hal yang tidak pantas, kesalahan, bahkan kebodohan sepanjang mengisi lembaran-lembaran kehidupannya. Hanya cara bagaimana kita menghadapi pemikiran dan perbuatan kita itulah yang membedakan kita, satu sama lain.

Kehidupan ini bagaikan sebuah buku tulis putih polos. Kita hadir dengan setiap tindakan dan perbuatan kita sambil menulis dan mengisinya, saat demi saat. Kita selalu memiliki harapan untuk menjadi sesuatu yang lebih baik, sesuai dengan apa yang kita ingini. Itu bukan suatu kebenaran. Itu suatu impian yang coba kita wujud-nyatakan. Dengan segala kesalahan, dengan segala keteledoran, dengan segala kemungkinan yang tak mampu kita perkirakan sebelumnya. Sebab alam punya cara lain untuk mengubah segala ambisi, hasrat dan cita-cita kita. Tak ada yang salah atau benar. Kehadiran kitalah yang memungkinkan kita untuk menyesali diri atau mengubah diri. Bersamanyalah kita hadir di sini. Bersamanyalah kita ada di sini.

Lihat, angin sepoi menggerakkan dedaunan yang melambai pada kita. Dengar, suara kokok ayam yang membangunkan kita di pagi yang indah ini. Rasakan betapa suasana yang demikian lirih menyentuh jiwa kita saat kita tersadar dari lelap yang panjang. Kita ada, berpikir, berbuat, merasakan sesuai dengan apa yang hadir dalam diri kita sekarang. Kesenangan dan kesedihan tergantung pada diri kita semata. Bukan pada orang lain. Bukan pada sesuatu yang ada di luar kita. Sebab hanya kita sendiri yang mampu untuk menciptakan suasana riang atau sedih. Suasana gembira atau duka. Alam tetap bergerak dengan tenang dan pasti. Mengalir dalam waktu. Mengalir dengan pasti. Mengalir...............

Sudah berapa banyakkah kita tulisi buku kehidupan kita? Sudah berapa helaikah kita isi lembaran-lembarannya? Apakah semua itu punya arti bagi kita? Apakah jika saatnya tiba untuk mengisi lembaran terakhirnya, kita dapat menuliskan satu kata dengan pasti, satu kalimat dengan riang, "....dan inilah akhirnya, aku telah hidup dan aku akan pergi. Terpujilah nama-NYA..." Dapatkah kita melakukan hal itu? Sesal sesungguhnya tidak berguna sepanjang kita tak mampu untuk mengubahnya menjadi harapan. Maka ubahlah dia. Wujudkanlah impian-impianmu. Hadapilah hidupmu. Kesempatan tetap terbuka. Tetap terbuka.

"Selama kita hidup, harapan selalu ada"

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...