10 Mei 2009

RESTO MY FAMILY

Berlima kami duduk di dalam resto ini. Suasana remang-remang. Seseorang bernyanyi di atas panggung kecil, ditemani sekelompok pemusik. "When I'm feeling blue, all I have to do, is take a look at you...." mengalun perlahan. Berlima kami duduk, sesekali berkomentar atas nyanyian yang dibawakan seseorang, namun lebih sering hanya menatap ke gelas minuman yang sisa separuh di depan kami. Ruangan tidak penuh, nampak seakan kesunyian tanpa teman. Dan kami yang datang bersama, tenggelam dalam pikiran kami masing-masing. Ada lagu rindu. Lagu pengharapan. Lagu tentang dukalara. Lagu tentang sebuah penantian.

Ya, ada lagu mengalun indah. Ada lukisan menyejukkan mata. Ada tulisan mendamaikan hati. Ada panorama menyentuh jiwa. Dan semuanya itu ada dalam kehidupan kita. Bukankah keindahan nampak dimana-mana? Namun, entah mengapa, rasa sepi menusuk hatiku. Di sini, bersama teman-temanku, ada sesuatu yang muram kurasakan. Jarak terasa jauh, amat jauh antara kami walau saat ini sedang bermuka-muka. Waktu kurasakan merayap perlahan. Kureguk minumanku, menatap ke sekeliling ruangan ini. Dua meja di depan kami, nampak sepasang insan sedang berbisik. Apa yang sedang mereka bicarakan? Dan di sudut lain, seorang pria tua sedang merenung. Matanya terarah ke atas panggung, namun tidak sedang menyaksikan aksi sang penyanyi. Apa yang sedang dipikirkannya?

Di ruang yang tak terlalu besar ini, di suasana yang tidak terang benderang ini, di tengah alunan musik yang demikian menyentuh masa lalu kami, terasa betapa waktu merayap perlahan. Aku menatap wajah teman-temanku, aku merenungkan waktu-waktu kami yang telah silam, aku memikirkan saat-saat yang akan menjelang. Apakah yang akan kami alami? Apakah yang akan kami rasakan? Apakah yang akan kami pikirkan? Ah, sungguh terasing aku di sini. Ada, tetapi tak ada. Nyata, tetapi tak nyata. Tetapi hidup sungguh indah. Sungguh menyenangkan. Dalam suasana yang remang-remang ini, seorang gadis manis sedang bernyanyi di atas panggung. Bernyanyi tentang kesunyian. Tentang cinta. Tentang harapan, "....and I'll make the whole world listen in a silence, just for you..." Apakah memang untukku?

Hidup terkadang bagai mimpi. Hidup terkadang bagai bayangan semu dalam waktu yang tak kita sadari. Dan bahkan dalam segala keceriaan, kegembiraan dan suasana yang nampak tanpa kesedihan, selalu tersembunyi bayang-bayang muram dari kehidupan ini. Siapa yang tahu perasaan seseorang? Siapa yang dapat menebak isi hati kita? Tidakkah sesungguhnya kita hanya hidup dalam dunia sempit, amat sempit, yang ada dalam apa yang kita rasa dan pikir? Tak ada yang lain. Tak ada. Maka saat aku menatap pasangan yang sedang berbisik lembut di depan kami, aku bertanya dalam hati, apakah yang ada dalam pikiran mereka masing-masing? Sungguhkah mereka memang saling mengenal dan memahami? Ataukah mereka hanya berpikir seakan-akan mereka tahu dan memahami satu sama lain? Siapa yang tahu?

Terkadang aku bingung. Terkadang aku khawatir pada diriku sendiri. Haruskah aku berpikir? Tetapi mampukah aku mengelak dari diriku sendiri? Aku tak punya jawaban. Dan sungguh, ada banyak pertanyaan dalam hidupku yang takkan mampu kujawab. Pertanyaan yang hanya bisa dipikirkan, dirasakan, tanpa mampu dipahami. Maka kami berlima, duduk bersama melingkari meja ini, sambil sesekali bertutur tentang apa saja – masa lalu, politik, film, lagu dan topik hangat lainnya – tanpa mampu memahami mengapa harus terus bercakap tentang hal-hal tersebut. Selain daripada tak ada yang diperbincangkan. Selain daripada menghindari kesunyian. Tetapi ah, tiba-tiba aku merasa sunyi sendiri. Sunyi. "but the secreet is still my own. And, my love, for you is still unknown, Alone....."

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...