08 Mei 2013

DIA BAIK, DIA KATOLIK


Ada sebuah kisah tentang sebuah keluarga yang membuka toko kelontong kecil di suatu perumahan di kotaku. Sebuah toko yang cukup laris dan mempunyai cukup banyak langganan. Enciknya sangat baik, ramah dan senang menolong. Jika ada yang sedang berduka, dia selalu datang membantu. Dan suatu saat ketika banjir menggenangi perumahan itu, dalam keadaan yang juga kebanjiran, dia memberikan banyak bantuan kepada masyarakat di sekelilingnya. Dan setiap saat dia selalu membuka pintunya untuk mengadakan doa lingkungan di rumahnya. Salah satu yang menyolok ketika kita memasuki tokonya adalah sebuah salib besar dengan corpus tergantung pada dinding menghadap ke jalan raya.

Keluarga itu hidup cukup dikenal di masyarakat sekitar karena kebaikan dan keramahan mereka. Juga terutama karena sikap sosial yang mereka miliki. Walau encik itu jarang hadir di doa lingkungan namun dia selalu menerima kami saat giliran doa di rumahnya tiba. Kemudian satu peristiwa kerusuhan terjadi. Banyak toko yang diserbu, dirampok bahkan ada yang sampai dibakar massa. Tetapi tidak di lingkungan rumah mereka. Juga, tidak ada yang mengusik keluarga lain yang berdiam disana, walau keluarga-keluarga lain itu termasuk mereka yang jarang atau hampir tidak bergaul dengan masyarakat. Dan terutama gedung gereja katolik juga tetap aman. Terutama karena mendapat perlindungan dari masyarakat sekitar.

Setelah kerusuhan mereda, sesudah situasi aman kembali, orang-orang mulai datang ke toko encik itu dan sambil berbelanja, mereka bercakap-cakap seakan-akan tak pernah ada situasi yang demikian mencekam seperti saat kerusuhan sedang berlangsung. Maka pernah suatu ketika, saya diceritakan oleh ketua RW di tempat itu, tentang mengapa gedung gereja katolik tetap aman dan mengapa lingkungan mereka sama sekali tak tersentuh oleh kerusuhan yang merebak dimana-mana. Katanya, “Karena masyarakat melihat bahwa tidak semua orang katolik jahat. Lihatlah encik itu yang demikian murah hati dan setiap saat siap membantu orang yang kesusahan”. “Mengapa orang tahu bahwa keluarga itu adalah keluarga katolik?” tanyaku. “Sebab salib yang tergantung di toko mereka...”

Apa artinya sebuah salib selain sebagai lambang kekatolikan kita? Bukankah tanpa salib yang tergantung di dinding rumah kita, kita tetap dapat menjadi seorang katolik yang baik? Dengan perbuatan kita, dengan iman yang teguh, dan menjadi umat yang setia? Benar, tanpa memasang salib di dinding rumah kita, kita semua takkan kehilangan kekatolikan kita. Tetapi dengan demikian kita seakan menyembunyikan iman kita dari orang-orang lain. Sehingga jika saja, encik itu tidak memasang salib yang cukup menyolok menghadap ke jalan, dia hanya akan dikenal sebagai orang yang baik tetapi mungkin tidak akan diketahui bahwa dia juga seorang katolik.

Kita baik, kita katolik dan orang-orang tahu itu. Orang-orang tahu bahwa kebaikan kita menjadi sebuah tanda kebaikan kita sebagai umat katolik. Jika kita enggan untuk memasang salib di dinding rumah kita, kita seakan-akan takut pula untuk menunjukkan iman kita kepada orang lain. Dengan demikian, segala kebaikan kita hanya berguna bagi diri kita sendiri, tidak kepada orang lain yang seiman dengan kita. Tidak juga kepada gereja umumnya. Tindakan encik itu dengan menggantung sebuah salib di dinding tokonya ternyata menyatu dengan kebaikannya sehingga akhirnya mempunyai dampak yang positip tidak hanya bagi dirinya tetapi juga meluas hingga ke orang-orang yang seiman di sekitarnya, bahkan juga kepada gereja. Maka, masih enggankah kita untuk menampakkan kekatolikan kita dengan menggantung salib Kristus di rumah kita?

Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bersinar di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (Mat 5: 14 – 16)
Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...