Hidup ini penuh dengan kontradiksi.
Entah kita sadari atau tidak. Ada yang demikian merindukan kehadiran
seorang anak, sehingga segala upaya dilakukan dengan biaya yang tak
tak terhitung hanya agar dapat memiliki seorang anak, tetapi ada pula
yang dengan sadar menelantarkan atau bahkan menghilangkan hidup
seorang anak karena merasa bahwa kehadirannya akan membuatnya malu
atau tak mau merasa terbebani. Ada yang demikian ingin bertahan dan
berjuang keras untuk hidup di saat menghadapi penyakit, kondisi yang
kritis dan bahkan bila pun nyaris kehilangan kesempatan untuk
bertahan tetapi ada pula yang dengan semena-mena melepaskan
kehidupannya sendiri kadang dengan sebab yang sepele bagi orang
lain...
Dan hidup juga sering mengandung ironi.
Saat seseorang yang bergelimang kemewahan ternyata tetap merasa
kurang dan kurang serta tak mampu untuk mencapai kepuasaan apalagi
kegembiraan dalam hidupnya sementara seseorang yang hidup sederhana,
bahkan sangat sederhana, dapat setiap saat merasa puas dan cukup
sehingga selalu hidup dalam ketenangan dan kedamaian hati. Dan yang
lebih menakjubkan lagi sebenarnya adalah sering kita tahu tentang
kehidupan yang penuh ironi dan kontradiksi itu tetapi ternyata kita
gagal untuk mengambil pelajaran dan melepaskan segala keinginan,
hasrat dan perasaan kita. Intinya, kita tahu tetapi tak mampu untuk
memahaminya.
Entah mengapa. Mungkin karena kita ini
merasa hanya manusia biasa yang sering mengutamakan kepentingan diri
sendiri daripada merenung dan memikirkan makna keberadaan kita di
dunia ini. Walau terkadang jawaban yang kita berikan nampak hanya
sebuah pembelaan diri demi untuk melepaskan rasa bersalah kita
belaka. Tetapi demikianlah yang sering kita temukan. Kalimat-kalimat
indah yang kita utarakan ternyata berbeda, sangat berbeda dengan
kelakuan kita. Tetapi mungkin, demikianlah adanya. Kita berjalan
bersama kontradiksi dan ironi kita masing-masing. Mungkin ada yang
menyadarinya namun tidak peduli. Sebab siapakah yang setiap saat
dapat memahami apa yang sedang dilakukannya?
Maka penderitaan terbesar bagi seorang
manusia bukanlah karena kemiskinan, penyakit dan kekalahan atau
kegagalannya. Penderitaan terbesar adalah saat dia merasa kesepian,
seorang diri dan terasing. Dia yang tak tahu akan bercakap dengan
siapa, dia yang tak mampu menemukan seorang pun saat ingin meluapkan
perasaannya. Kesendirian itulah yang sering membuat hidup menjadi
ironi dan penuh kontradiksi. Karena bahkan biar pun dia berada di
tengah keramaian, dia hanya bisa membisu. membisu dalam kesepiannya.
Dan kitalah itu. Kita semua.
Kita juga menyaksikan betapa
orang-orang baik yang berbuat jahat. Berbuat jahat karena terdesak
oleh situasi dan kondisi yang melilitnya. Tetapi ada juga orang-orang
jahat yang berbuat baik. Para koruptor yang dipuja-puja karena telah
memberi sumbangan sangat besar. Kontradiksi dan ironi memang memenuhi
kehidupan kita semua. Kita semua terlibat di dalamnya. Kita semua
adalah orang-orang yang kesepian dalam hidup kita masing-masing,
dalam perbuatan dan nafsu kita, dalam apa saja yang kita sedang
lakukan. Betapa nisbinya hidup. Betapa fananya manusia. Sungguh....
Tonny Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar