17 Mei 2013

KONTRADIKSI DAN IRONI HIDUP


Hidup ini penuh dengan kontradiksi. Entah kita sadari atau tidak. Ada yang demikian merindukan kehadiran seorang anak, sehingga segala upaya dilakukan dengan biaya yang tak tak terhitung hanya agar dapat memiliki seorang anak, tetapi ada pula yang dengan sadar menelantarkan atau bahkan menghilangkan hidup seorang anak karena merasa bahwa kehadirannya akan membuatnya malu atau tak mau merasa terbebani. Ada yang demikian ingin bertahan dan berjuang keras untuk hidup di saat menghadapi penyakit, kondisi yang kritis dan bahkan bila pun nyaris kehilangan kesempatan untuk bertahan tetapi ada pula yang dengan semena-mena melepaskan kehidupannya sendiri kadang dengan sebab yang sepele bagi orang lain...

Dan hidup juga sering mengandung ironi. Saat seseorang yang bergelimang kemewahan ternyata tetap merasa kurang dan kurang serta tak mampu untuk mencapai kepuasaan apalagi kegembiraan dalam hidupnya sementara seseorang yang hidup sederhana, bahkan sangat sederhana, dapat setiap saat merasa puas dan cukup sehingga selalu hidup dalam ketenangan dan kedamaian hati. Dan yang lebih menakjubkan lagi sebenarnya adalah sering kita tahu tentang kehidupan yang penuh ironi dan kontradiksi itu tetapi ternyata kita gagal untuk mengambil pelajaran dan melepaskan segala keinginan, hasrat dan perasaan kita. Intinya, kita tahu tetapi tak mampu untuk memahaminya.

Entah mengapa. Mungkin karena kita ini merasa hanya manusia biasa yang sering mengutamakan kepentingan diri sendiri daripada merenung dan memikirkan makna keberadaan kita di dunia ini. Walau terkadang jawaban yang kita berikan nampak hanya sebuah pembelaan diri demi untuk melepaskan rasa bersalah kita belaka. Tetapi demikianlah yang sering kita temukan. Kalimat-kalimat indah yang kita utarakan ternyata berbeda, sangat berbeda dengan kelakuan kita. Tetapi mungkin, demikianlah adanya. Kita berjalan bersama kontradiksi dan ironi kita masing-masing. Mungkin ada yang menyadarinya namun tidak peduli. Sebab siapakah yang setiap saat dapat memahami apa yang sedang dilakukannya?

Maka penderitaan terbesar bagi seorang manusia bukanlah karena kemiskinan, penyakit dan kekalahan atau kegagalannya. Penderitaan terbesar adalah saat dia merasa kesepian, seorang diri dan terasing. Dia yang tak tahu akan bercakap dengan siapa, dia yang tak mampu menemukan seorang pun saat ingin meluapkan perasaannya. Kesendirian itulah yang sering membuat hidup menjadi ironi dan penuh kontradiksi. Karena bahkan biar pun dia berada di tengah keramaian, dia hanya bisa membisu. membisu dalam kesepiannya. Dan kitalah itu. Kita semua.

Kita juga menyaksikan betapa orang-orang baik yang berbuat jahat. Berbuat jahat karena terdesak oleh situasi dan kondisi yang melilitnya. Tetapi ada juga orang-orang jahat yang berbuat baik. Para koruptor yang dipuja-puja karena telah memberi sumbangan sangat besar. Kontradiksi dan ironi memang memenuhi kehidupan kita semua. Kita semua terlibat di dalamnya. Kita semua adalah orang-orang yang kesepian dalam hidup kita masing-masing, dalam perbuatan dan nafsu kita, dalam apa saja yang kita sedang lakukan. Betapa nisbinya hidup. Betapa fananya manusia. Sungguh....

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...