02 Mei 2013

HASRAT


Kadang-kadang aku memikirkan batas dari hasrat dan keinginan diri ini. Karena sering hasrat dan keinginan itu sama sekali tak punya batas. Saat sebuah harapan dapat diraih, akan timbul pula hasrat dan keinginan lain. Terus menerus dan kita mau lebih dan lebih lagi. Seakan-akan hidup ini hanya untuk memuaskan diri sendiri. Hanya untuk mencapai puncak yang tak ada. Seperti bayang-bayang. Nampak, dekat tetapi tak bisa diraih.

Memang, selalu ada saat dimana kita dapat merasa puas diri dan bangga. Terutama jika kita berhasil mencapai apa yang kita rencanakan. Berhasil menuntaskan apa yang kita inginkan. Tetapi sekali sebuah keberhasilan telah kita lewati, tantangan dan kesempatan lain seakan mengangakan dirinya untuk direngkuh. Begitulah selalu. Kita mau meraih kesuksesan yang kita sendiri tak tahu dimana ujungnya. Dan semangat untuk mencapai semua itu kadang menjerumuskan kita ke dalam ketidak-pedulian pada sesama, pada lingkungan dan dunia kita sendiri.

Maka demi kepentingan diri, kita melupakan bahwa kita tidak sendirian di bumi ini. Kita terkungkung dalam hidup kita. Hidup yang kita lewati setiap hari menjadi jurang yang menganga. Siap untuk menjerumuskan siapa saja yang menghalangi kita. Namun kita tak merasakan itu. Kita bahkan tak menyadarinya. Karena yang kita miliki hanya semangat untuk meraih kesempatan yang kita hasratkan. Untuk menjadi lebih dan semakin lebih. Tanpa ujung. Tanpa tujuan. Tanpa kepastian kapan semua itu harus kita akhiri.

Demikianlah, jika hasrat dan keinginan selalu menjadi tuntunan kita setiap saat, kita akan gagal untuk menyadari makna keberadaan kita dalam kehidupan ini. Karena bagi kita, hidup hanyalah untuk kepentingan kita. Hanya untuk kesenangan dan kesuksesan kita. Tanpa kepedulian pada apa yang terjadi di seputar kita. Dunia menjadi sempit. Menjadi demikian kecil dan semua hal hanya tertuju pada diri kita saja. Orang lain, sesama kita, apa saja yang ada di lingkungan kita, hanyalah obyek yang dapat kita manfaatkan demi kepentingan dan keuntungan kita. Kita lupa bahwa sesungguhnya mereka juga memiliki kepentingan sendiri. Mereka juga butuh hidup.

Sebab itu, kita perlu menyadari batas antara hasrat kita dan kepentingan sesama. Kita harus mengupayakan agar apa yang kita inginkan tidak melanggar kepentingan sesama. Agar segala ambisi kita tidak dengan mengurbankan sesama. Kita selalu dapat berupaya untuk meraih harapan kita, tetapi selalu pula kita mesti menyadari bahwa kita tidaklah sendirian dalam mengejar segala impian kita itu. Sebab kita tidak hidup seorang diri. Tidak sendirian semata.

Dengan semua renungan itu, kita menyadari bahwa, walau kita ingin mencapai segala yang kita hasratkan, kompromi selalu diperlukan demi untuk kepentingan dan kebaikan bersama. Demi untuk tidak saling mengurbankan satu sama lain. Tujuan hidup yang sebenarnya bukan tergantung pada apa yang dapat kita raih, tetapi apa yang telah kita lakukan, bukan hanya untuk diri sendiri tetapi lebih-lebih pada bagaimana kita dapat membuat sesama kita menjadi lebih baik. Lebih berbahagia. Sebab kebahagiaan sesama kita akan berbuah menjadi kebahagiaan kita. Dan itulah yang dapat menjadikan dunia ini lebih baik. Menjadi lebih damai. Dan indah.

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...