Kadang-kadang aku
memikirkan batas dari hasrat dan keinginan diri ini. Karena sering
hasrat dan keinginan itu sama sekali tak punya batas. Saat sebuah
harapan dapat diraih, akan timbul pula hasrat dan keinginan lain.
Terus menerus dan kita mau lebih dan lebih lagi. Seakan-akan hidup
ini hanya untuk memuaskan diri sendiri. Hanya untuk mencapai puncak
yang tak ada. Seperti bayang-bayang. Nampak, dekat tetapi tak bisa
diraih.
Memang, selalu ada saat dimana kita
dapat merasa puas diri dan bangga. Terutama jika kita berhasil
mencapai apa yang kita rencanakan. Berhasil menuntaskan apa yang kita
inginkan. Tetapi sekali sebuah keberhasilan telah kita lewati,
tantangan dan kesempatan lain seakan mengangakan dirinya untuk
direngkuh. Begitulah selalu. Kita mau meraih kesuksesan yang kita
sendiri tak tahu dimana ujungnya. Dan semangat untuk mencapai semua
itu kadang menjerumuskan kita ke dalam ketidak-pedulian pada sesama,
pada lingkungan dan dunia kita sendiri.
Maka demi kepentingan diri, kita
melupakan bahwa kita tidak sendirian di bumi ini. Kita terkungkung
dalam hidup kita. Hidup yang kita lewati setiap hari menjadi jurang
yang menganga. Siap untuk menjerumuskan siapa saja yang menghalangi
kita. Namun kita tak merasakan itu. Kita bahkan tak menyadarinya.
Karena yang kita miliki hanya semangat untuk meraih kesempatan yang
kita hasratkan. Untuk menjadi lebih dan semakin lebih. Tanpa ujung.
Tanpa tujuan. Tanpa kepastian kapan semua itu harus kita akhiri.
Demikianlah, jika hasrat dan keinginan
selalu menjadi tuntunan kita setiap saat, kita akan gagal untuk
menyadari makna keberadaan kita dalam kehidupan ini. Karena bagi
kita, hidup hanyalah untuk kepentingan kita. Hanya untuk kesenangan
dan kesuksesan kita. Tanpa kepedulian pada apa yang terjadi di
seputar kita. Dunia menjadi sempit. Menjadi demikian kecil dan semua
hal hanya tertuju pada diri kita saja. Orang lain, sesama kita, apa
saja yang ada di lingkungan kita, hanyalah obyek yang dapat kita
manfaatkan demi kepentingan dan keuntungan kita. Kita lupa bahwa
sesungguhnya mereka juga memiliki kepentingan sendiri. Mereka juga
butuh hidup.
Sebab itu, kita perlu menyadari batas
antara hasrat kita dan kepentingan sesama. Kita harus mengupayakan
agar apa yang kita inginkan tidak melanggar kepentingan sesama. Agar
segala ambisi kita tidak dengan mengurbankan sesama. Kita selalu
dapat berupaya untuk meraih harapan kita, tetapi selalu pula kita
mesti menyadari bahwa kita tidaklah sendirian dalam mengejar segala
impian kita itu. Sebab kita tidak hidup seorang diri. Tidak sendirian
semata.
Dengan semua renungan itu, kita
menyadari bahwa, walau kita ingin mencapai segala yang kita
hasratkan, kompromi selalu diperlukan demi untuk kepentingan dan
kebaikan bersama. Demi untuk tidak saling mengurbankan satu sama
lain. Tujuan hidup yang sebenarnya bukan tergantung pada apa yang
dapat kita raih, tetapi apa yang telah kita lakukan, bukan hanya
untuk diri sendiri tetapi lebih-lebih pada bagaimana kita dapat
membuat sesama kita menjadi lebih baik. Lebih berbahagia. Sebab
kebahagiaan sesama kita akan berbuah menjadi kebahagiaan kita. Dan
itulah yang dapat menjadikan dunia ini lebih baik. Menjadi lebih
damai. Dan indah.
Tonny Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar