05 November 2008

SEBELUM DILAYANI, LAYANILAH.....

Malam sudah larut saat aku menerima telpon dari Paroki bahwa ada seorang umat yang meninggal beberapa saat lalu. Aku bingung mendengar berita itu, karena setahuku dan juga setelah memeriksa daftar keluarga yang kumiliki, alamat yang disebutkan tak tercatat sama sekali. Namun aku kemudian mengunjungi rumah duka tersebut lalu memperkenalkan diri. Yang meninggal, seorang bapak – usianya masih muda, 44 tahun – dan ternyata telah beberapa tahun menetap di lingkungan ini. Bapak itu meninggal secara mendadak akibat serangan jantung.

Betapa kematian kerap kali datang tiba-tiba, tanpa ada isyarat atau tanda-tanda, bagaikan pencuri yang datang tanpa diketahui waktunya oleh tuan rumah. Dari istri bapak itu, aku menerima informasi betapa bapak itu sebelumnya nampak sehat-sehat saja. Yang jadi masalah adalah, setelah sekian lama mereka tinggal di lingkungan kami, mereka masih tak kami kenal karena tak pernah mendaftarkan diri. Walau kemudian aku tahu, bahwa bapak ini ternyata cukup aktip di Paroki lain. Pelayanan yang berlangsung secara mendadak kemudian membuat keluarga yang berduka merasa kecewa karena tak banyak umat yang hadir saat doa-doa penghiburan diadakan. Namun, bagaimana pun pelayanan tetap kami laksanakan dengan semestinya hingga upacara penguburan selesai dilaksanakan dua hari kemudian.

Kematian datang sering tanpa terduga. Dan semoga hal ini dapat menjadi pelajaran bagi mereka-mereka yang menganggap dirinya masih muda, kuat dan sehat. Bahwa hidup tak seharusnya membiarkan diri kita tak peduli terhadap lingkungan, terhadap sesama di sekitar, juga terhadap administrasi gereja – khususnya di Paroki tempat kita berdiam saat ini. Bahwa seandainya terjadi sesuatu hal yang tak diinginkan, kematian misalnya, pada akhirnya kita akan membutuhkan orang-orang lain. Terutama umat di Lingkungan. Mengapa kita harus selalu meminta dilayani sementara tak sedikitpun kita peduli pada pelayanan apalagi mau melayani? Mengapa kita kemudian kecewa jika tak dilayani - karena merasa bahwa kita harus dan wajib dilayani – sementara sedikitpun tak terpikirkan oleh kita untuk mau mengenal tetangga-tetangga kita yang terdekat agar kita dapat saling membantu dan menguatkan saat menghadapi masa-masa sulit? Mengapa?

Pertanyaan-pertanyaan itu selalu menghinggapiku jika terjadi peristiwa-peristiwa serupa. Dan sesungguhnya, tak hanya sekali kejadian yang sama terjadi. Sebagai pengurus Lingkungan, aku harus menerima pernyataan-pernyataan umat lain yang seringkali kritis saat aku mengundang mereka untuk hadir dalam doa-doa penghiburan di keluarga yang tak terdaftar dan tak mendaftarkan diri. Tapi mungkin mereka benar, itu jika mengikuti perasaanku juga. Hanya satu hal yang seharusnya menjadi pegangan bagi kita, saat keluarga masih berduka, saat jenasah masih ada, tak seharusnya memang kita, sebagai satu kesatuan umat gereja, meninggalkan keluarga yang berduka itu. Tak seharusnya. Dan juga bagi mereka yang selama ini merasa tak peduli dengan Lingkungannya, mereka yang saat ini merasa dirinya kuat, sehat dan mampu, tak terpikirkah oleh anda bahwa pada akhirnya kita akan membutuhkan sesama untuk melayani kita? Jadi sebelum kita harus dilayani, marilah melayani....

Kematian sering datang tiba-tiba. Seperti pencuri, dia hadir saat tak seorang pun menyangkanya. Sebab itu bersiap-siaplah selalu. "Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga." (Mat 24: 43-44). Semoga renungan ini ada gunanya bagi kita semua. Kata seorang teman, "Marilah kita banyak mendoakan sebelum kita didoakan. Marilah kita banyak menjenguk mereka yang membutuhkan kita, sebelum pada akhirnya kita dijenguk. Marilah kita banyak mengantar sebelum pada akhirnya kita akan diantar........"


 

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...