19 Oktober 2013

KEABADIAN

Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. (Yoh 10:28)


Malam ini langit nampak jernih. Purnama indah mengambang bersama titik-titik cahaya bintang dan planet yang bertebaran mengagumkan. Tak ada awan. Hanya keheningan dan sesekali desah angin yang menggerakkan tirai jendela kamarku. Aku menatap keindahan alam itu dengan sedikit tergetar, merasakan betapa kecilnya diri ini. Betapa kecilnya. Sebagai debu yang berada di alas alam semesta yang seakan tak berbatas.

Setiap hari, setiap saat kita menjalani hidup ini dengan kebiasaan-kebiasaan yang terasa lumrah dan seakan sudah seharusnya demikian adanya. Namun, pernahkah terpikir oleh kita, bagaimana jika kita melihat diri ini dari sisi yang lain, diluar dari apa yang kita jalani sekarang? Betapa kita menjadi asing, jauh dan penuh dengan tanda tanya, saat kita melihat sendiri apa yang kita perbuat setiap hari dari luar diri kita ini. Bagaimana pun, seseorang yang mau memandang dirinya bukan sebagai dirinya sering menemukan suatu kejutan yang mungkin sulit dipahaminya.

Maka selalu ada getaran saat kita menyaksikan betapa kecilnya kita di semesta luas ini. Melihat bulan yang bersinar indah jauh disana. Melihat titik-titik cahaya bintang yang berkedap-kedip dengan kesadaran bahwa apa yang kita saksikan hanya sebuah masa lampau dari bintang itu sendiri. Sungguh, kita akan merasakan ketakjuban sekaligus merenungkan betapa terpencilnya keberadaan kita di sudut bumi kecil ini. Sesuatu yang tak mudah untuk dipahami. Sesuatu yang dapat mengguncang perasaan kita tetapi sekaligus menghormati kemaha-luasan semesta.

Malam ini langit memberikan sebuah panorama menakjubkan dari semesta yang seakan tak berujung. Malam ini aku merasakan batas-batas diriku sendiri. Batas yang membuatku berpikir bahwa hidup ini sesungguhnya berjalan sebagaimana dia ada. Dalam waktu. Dalam peristiwa. Dalam keabadian yang selalu berubah. Tetapi toh tetap. Kesadaran betapa diriku hanya noktah kecil yang tak bisa mengatakan kebenaran tunggal sebagaimana alam semesta yang selalu berubah. Walau asing namun indah. Dan angin yang memasuki jendela kamarku menyapaku sambil berbisik: “kebenaranku adalah keberadaanku, walau tak terlihat tidaklah samar-samar”.


Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...