“Apa yang
tersisa dari hidupku sekarang hanyalah kenangan kemarin. Dan
hari-hari sekarang dilalui seperti sebuah penantian. Penantian pada
akhir yang akan tiba besok...” Wajah ibu tua itu, wajah yang telah
dipenuhi keriput dan kuperkirakan usianya telah melewati 70-an, tetap
berseri. Tetap dengan menyunggingkan sebuah senyuman di bibirnya.
“Saya sudah melewati banyak peristiwa, telah berjalan jauh
menelusuri tempat-tempat yang dapat kukunjungi, dan susah senang
sekarang menjadi bahan cerita yang menyenangkan. Tetapi begitulah
hidup, nak. Begitulah hidup. Saat kita mengalami masa susah, masa
dimana seakan-akan semua ingin kita akhiri dengan jalan pintas, yang
ternyata mampu kita lewati dengan baik walau masih tersisa luka dalam
hati, kita sadar bahwa hidup yang kita jalani ini bukannya tanpa guna
sama sekali. Sebagai pengalaman, peristiwa demi peristiwa mengajar
kita untuk selalu mawas diri, selalu sadar pada keterbatasan hidup
kita masing-masing...”
Demikianlah,
aku selalu mengenang kalimat-kalimat yang diucapkan oleh ibu tua itu
saat sedang mengalami kejadian yang sulit, dan selalu membuatku untuk
tidak kehilangan harapan, bahwa pada akhirnya di ujung semua itu
pasti akan ada akhir yang baik. Hidup ini memang melelahkan, penuh
dengan kesulitan yang tidak kita inginkan, namun kita selalu dapat
belajar darinya. Dengan memahaminya. Dengan menerima apa yang ada.
Sebab tanpa tantangan kita tidak akan berjuang, tanpa penderitaan
kita tidak memiliki harapan. Menjalani hidup ini sebagai suatu
pengalaman dalam perjalanan yang tidak selalu menyenangkan, tidak
selalu lurus dan lancar, akan membuat kita semua belajar untuk
menerima kenyataan. Dan kenyataan, sepahit apapun, haruslah diterima
sebagai akibat hidup.
Musim hujan
tidak pernah tanpa akhir. Demikian pula musim panas tidak pernah
abadi. Segala hal berputar, datang silih berganti. Masa panen. Masa
paceklik. Berputar seperti roda dalam waktu yang terus berlalu. Sedih
dan gembira. Tawa dan tangis. Kita harus mengalami semua hal untuk
dapat memahami bahwa ada sesuatu yang lebih besar, jauh lebih besar
daripada hanya sekedar ambisi, hasrat dan nafsu kita sendiri. Ada
yang tak mungkin kita cegah dan tak mungkin kita hindari. Yang dapat
kita lakukan hanya melewatinya, belajar darinya dan menerima apa
adanya. Maka tak perlulah rasa sedih, sesal dan kekecewaan itu kita
biarkan merusak keseluruhan hidup kita.
Memang, ada
pengalaman-pengalaman pahit yang telah terjadi, yang telah menimpa
kita. Pengalaman yang membuat kita terluka, bahkan sangat terluka.
Tetapi tubuh ini hanya sekedar daging yang suatu saat akan binasa.
Dan kata-kata menyakitkan yang terlontar pun suatu saat akan menguap
dalam waktu. Maka yang perlu kita lakukan hanya menjalaninya, berbuat
sesuatu yang lebih baik, berjuang untuk mengubah hidup kita sendiri.
Sebab pada akhirnya, itulah yang akan membuktikan keberadaan kita.
Setiap perjuangan yang kita lalui tidak akan lewat tanpa arti. Bahkan
kekalahan di dunia ini pun, bukanlah sebuah tanda bahwa kita tidak
memiliki harapan. Bukan. Kekalahan di dunia ini bahkan bisa menjadi
kemenangan kita kelak. Sebab, siapa tahu apa yang akan kita temui di
alam sana? Siapa yang tahu apa yang menjadi kehendak Sang Pencipta?
Tidak seorang pun tahu. Bahkan tidak juga kitab suci. Sebab kitab
suci hanya tonggak pematok yang diharapkan oleh Sang Pencipta tetapi
bukan Sang Pencipta kita sendiri.
Maka saat di
suatu waktu, di suatu masa kelak, jika semua telah kita lalui, jika
usia kian meninggi, kita semua dapat merenungkan segala pengalaman
hidup kita. Mungkin sedikit sesal, tetapi pasti yang pasti kita akan
sadar bahwa segala pengalaman hidup kita, tidaklah sepahit yang kita
sangka saat pengalaman itu kita hadapi. Tidak seperih seperti saat
kejadian itu kita alami. Dan di momen seperti inilah, kita semua bisa
tetap tersenyum saat menengok masa lalu kita. Sambil mengharapkan
yang terbaik di masa depan nanti. Saat kita telah beristirahat dalam
kekal. Saat jasad kita telah kalah, jiwa kita, roh kita akan melayang
dengan kemenangan mutlak. Pengharapan mutlak. Raihlah itu dengan
sukacita. Genggamlah itu dengan kegembiraan abadi. Sebab kita telah
bersama Sang Pencipta sendiri....
Tonny
Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar