Saya
membayangkan sebuah gereja digital sebagai sebuah gereja paperless.
Sebuah gereja yang saling terhubung dan berkomunikasi tanpa lewat
lembaran kertas dan tanpa melalui jalur transportasi tradisional.
Sebuah gereja yang keseluruhannya dapat saling menyapa, mencari
informasi dan membagi informasi secara real-time.
Maka untuk topik ini, saya sekaligus menuliskan sebuah harapan yang
semoga dapat terwujud.
Saya
membayangkan setiap keuskupan memiliki ruang tersendiri, baik di
jalur website maupun di jalur media sosial yang bertaburan di dunia
internet. Dan website tersebut berisi semua kegiatan yang ada, baik
rencana maupun sedang dan telah terlaksana. Juga data-data tentang
umat, sejarah dan link-link ke setiap paroki, stasi/wilayah bahkan
hingga ke rukun-rukun yang ada di keuskupan tersebut.
Saya
membayangkan setiap rukun dapat mengetahui setiap rencana kegiatan
maupun data yang diperlukannya hanya dengan mengunjungi link
parokinya. Begitupun setiap paroki dapat mengetahui kegiatan di
stasi/wilayah hingga rukun hanya dengan mengunjungi link mereka. Dan
setiap keuskupan dapat mengetahui kegiatan dan data di paroki hingga
rukun hanya dengan mengunjungi link yang sama. Dengan demikian,
setiap penerima sakramen pembaptisan, sakramen pernikahan hingga ke
kematian umat dapat diketahui secara pasti dan langsung tanpa jeda
waktu yang kadang memakan waktu lama dengan jalur transportasi
tradisional.
Saya
membayangkan semua komunikasi, baik antara keuskupan dan paroki,
antar paroki maupun paroki dan stasi/wilayah hingga ke rukun-rukun
dapat dilakukan dengan cara yang sama sehingga menghemat kertas,
tinta, biaya pengiriman sampai jangka waktu yang tertunda dengan
akibat kadang atau bahkan kabar diterima setelah jadwal yang dikirim
sedang atau bahkan telah berlangsung. Sebuah gereja digital adalah
sebuah gereja yang dapat saling terhubung setiap saat, dapat saling
berkomunikasi dan berbagi info secara langsung lewat jaringan dan
tehnologi yang dimanfaatkan secara tepat guna.
Dan tentu ini
bukan sebuah impian tetapi dapat diwujudkan jika kita mau karena
semua sarana dan prasarana telah tersedia dimanapun ada jaringan
internet kecuali di daerah yang sama sekali tak bisa terakses
komunikasi digital. Hanya, maukah kita semua belajar untuk
memanfaatkan semua kemajuan tehnologi itu menuju ke gereja digital
yang dibayangkan di atas?
Tonny
Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar