Metam
properamus ad unam
Pada
akhirnya, semua akan usai. Tak ada yang kekal. Kita semua hanya
noktah kecil di semesta raya, dan sama seperti semesta, kita berawal
untuk menuju akhir. Sesederhana itu hidup. Dan tak ada rahasia sama
sekali. Tak ada. Namun dalam perjalanan dari awal menuju akhir itulah
kita semua diuji dan menyimpan banyak rahasia di setiap perbuatan,
perasaan dan pemikiran kita. Sebab itulah pengetahuan tentang hidup
dibutuhkan. Karena hidup bukan sekedar dijalani untuk hidup. Banyak
lorong-lorong gelap yang harus kita lalui. Banyak peristiwa
tersembunyi yang membuat kita harus merenung. Dalam menjalani riwayat
singkat ini, hidup bisa memanjang, teramat panjang hingga ke
keabadian....
Kita ini
hanya setitik noktah debu di siang panjang kemarau. Kita ini hanya
setetes embun di pagi yang sejuk. Kita ini hanya sepenggal kisah
teramat singkat dalam samudera sejarah kehidupan. Tetapi bagaimana
pun, kita adalah inti dari kehidupan itu sendiri. Kita masing-masing
mengalami, merasakan dan memikirkan apa saja yang menjadi hasrat,
gairah dan keinginan kita. Sekaligus mencoba memahami segala
peristiwa yang terjadi di seputar kita. Hidup yang singkat ini
ternyata bisa menjadi luas, sangat luas bahkan tak berujung. Sebab
itulah, kita perlu menyadari makna keberadaan kita. Perlu merenungkan
arti perbuatan kita. Dan mencoba untuk memahami kehidupan itu
sendiri. Dengan belajar. Dengan mengetahui apa itu hidup.
Tidak mudah
memang menjalani hidup ini. Tidak mudah, apalagi jika demikian banyak
tembok penghalang seakan mengurung kita sementara hasrat dan
keinginan kita demikian menggebu-gebu. Atau demikian banyak peristiwa
yang tak kita inginkan mencederai kehidupan kita. Kadang hidup terasa
demikian melelahkan, demikian tak tertanggungkan, demikian pahit dan
penuh derita sehingga dapat membuat kita merasa putus asa yang dapat
menjerumuskan kita untuk mengakhirinya begitu saja. Rasa takut, cemas
bahkan pedih dan kecewa mendalam membuat kita kehilangan kepercayaan
pada apa saja. Kita ingin pergi. Kita ingin hilang. Kita menolak lagi
untuk bertanggung-jawab atas keberadaan kita.
Maka jika
saat putus asa demikian menjerat pemikiran dan perasaan kita,
belajarlah pengetahuan tentang hidup. Belajarlah karena hidup memang
adalah sebuah proses untu belajar terus menerus. Ketak-berdayaan
kita, kekecewaan kita bahkan ketidak-mampuan kita bukanlah milik kita
sendiri, tetapi merupakan milik kehidupan itu sendiri. Walau setiap
orang harus meniti jalannya masing-masing, tetapi selalu ada
jejak-jejak yang ditinggalkan dalam sejarah yang membuktikan betapa
sesungguhnya kita semua mampu untuk bertahan, mampu untu tetap
berjuang bahkan hingga akhir yang demikian tragis sekalipun tanpa
berputus-asa. Tanpa meninggalkan tanggung-jawab kita sebagai manusia
yang telah hadir dan ada sekarang.
Sebab semua
memang akan usai. Semua pasti akan berakhir. Sebab itu, mengapa ragu
untuk terus melangkah maju? Mengapa takut untuk melewati
lorong-lorong gelap kehidupan kita? Mengapa kita kehilangan
keberanian untuk menerima kenyataan dan menolak untuk
bertanggung-jawab atas hidup yang telah kita miliki sekarang? Kita
punya kesadaran. Kita punya kemampuan untuk berpikir, merenung dan
mengolah semua sebab akibat dari apa yang sedang kita hadapi, untuk
tetap mampu bertahan meneruskan langkah kita menuju akhir yang
gemilang. Bahkan biarpun terasa tragis dan menyedihkan di kehidupan
ini, setelahnya kita akan menerima kebenaran yang sempurna, dan saat
itu kita semua dapat berkata: “Aku
telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis
akhir dan aku telah memelihara iman.”
(2Tim 4:7)
Tonny
Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar