17 November 2013

ARTI KEHIDUPAN

Apa yang membuat kita hidup? Yang membuat kita memiliki arti dalam kehidupan? Serta tidak merasa sia-sia dalam menjalani kehidupan ini? Renungan ini saya tulis, setelah mendengar sebuah keluhan dari seseorang yang berkata bahwa, betapa dia telah memberikan banyak sumbangan buat mereka yang miskin tetapi tetap menjadi sasaran kemarahan saat gejolak sosial timbul. Seseorang yang merasa sia-sia saja segala kebaikan yang telah diberikannya selama ini. “Semuanya tak berguna....” katanya dengan penuh rasa sesal. Dan kesal.

Saya mengenal dia sebagai seorang yang cukup berada, selalu siap menyumbang buat kegiatan sosial dalam masyarakat, tetapi tak pernah aktip bersosialisasi. Dikenal tetapi tak mengenal. Baginya, cukuplah dia membantu dengan sebagian dana yang dimilikinya tanpa perlu terlibat secara langsung dalam kegiatan-kegiatan yang berjalan. Mungkin karena merasa bahwa lebih berguna waktu yang dimilikinya dipergunakan untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, agar sebagian dapat dibagikan, daripada hanya membuang waktunya tanpa hasil yang nyata. Merasa bahwa semua dapat diganti dengan materi, bahkan persahabatan sekali pun.

Entah mengapa, kita seringkali menganggap bahwa semua persoalan dapat diatasi dengan dana yang kita miliki. Dengan bantuan materi yang kita siap bagikan. Tetapi kenyataannya hidup tidaklah demikian. Terkadang materi saja tidaklah cukup. Bahkan sering bukan solusi sama sekali. Perkenalan, persahabatan dan pergaulan tidaklah mungkin dibeli. Selain dikenal dan terkenal, kita juga harus mengenal. Tanpa mengenal, kita bagaikan hidup terasing di tengah masyarakat, mungkin menjulang tinggi, tetapi hanya menjadi sekedar tontonan yang, jika dalam situasi mendesak, dapat didaki dan dijarah. Hingga ke puncaknya.

Bagaimana pun, hidup kita ini tidak cuma sekedar materi belaka. Kita pun memiliki perasaan yang mampu membuat kita merasa dekat, merasa intim dengan mereka yang kita kenal, kita sayangi dan selalu ingin kita raih dan kita rangkul. Perasaan demikianlah yang membuat kita lebih dapat menerima mereka yang kita kenal secara langsung daripada mereka yang hanya muncul dalam bentuk benda dan materi, berguna sesaat tetapi kemudian mudah terlupakan. Sebab materi tidak berwajah. Tidak berperasaan. Dan sering tidak menyentuh kehidupan kita senyata kehadiran seseorang secara langsung.

Maka hidup tidak cukup hanya dikenal saja. Kita pun harus mengenal. Sebab hidup yang baik selalu berkomunikasi satu sama lain. Tidak cukup melalui perantara materi, sebesar apapun materi itu. Tidak. Dan itulah arti kehidupan ini. Setiap percakapan sesederhana apapun bentuknya, setiap sapaan dan kunjungan satu sama lain, sering jauh lebih bernilai daripada sekedar kiriman. Jauh lebih bermakna daripada sekedar titipan. Bagaimana pun, materi tidaklah akan berbicara seindah suara kita. Tidaklah akan semesra dengan kehadiran kita. Kita sulit tersentuh oleh materi tetapi akan tersentuh oleh kehadiran wajah-wajah yang hadir untuk tersenyum atau berbagi simpati di depan kita. Secara langsung. Secara nyata. Suatu bukti bahwa kita ada. Kita nyata.

Apa yang membuat kita hidup? Yang membuat kita memiliki arti dalam kehidupan ini? Bukankah itu karena kehadiran orang-orang saat kita membutuhkan mereka? Maka sungguh mengherankan ketika kita merasa telah membeli kebaikan dengan sumbangan. Telah membayar persahabatan dengan materi. Telah berbuat baik hanya dengan sekedar membagikan amplop berisi uang. Tanpa perlu tahu. Tanpa butuh mengenal. Saling mengenal. Saling membantu. Saling melayani. Saling berkomunikasi.


Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...