“Di
jaman ini, mereka yang hidup lurus akan berjalan di lorong sunyi.
Nyaris tanpa teman...”
demikian kata seorang bapak padaku suatu ketika.”Entah
kita meninggalkan atau kita ditinggalkan, kita menjadi orang aneh
yang mengasingkan diri dari hiruk pikuk materi. Dan tak jarang
membuat kita bertanya dalam hati, apa diri ini salah?
Ataukan situasi dan kondisi kita
yang salah urus?”
Saat
merenungkan kalimat-kalimat itu, tiba-tiba aku sadar akan kebenaran
yang terkandung di dalamnya. Paling tidak, jika dilihat sepintas.
Kemajuan tehnologi telah menciptakan begitu banyak perubahan dalam
diri kita. Benda yang bertaburan setiap saat dapat kita baca lewat
iklan, dapat kita saksikan di layar kaca atau monitor, sungguh sangat
menggoda hasrat kita. Sementara apa yang kita terima tidak dapat
membeli segala yang tersaji di depan mata, maka kita mempergunakan
segala cara, halal atau tidak, hanya demi dapat memiliki dan
menguasai benda tersebut.
Demikian
pula, percakapan dalam setiap pertemuan sering dibumbui dengan
benda-benda yang ada di tangan kita, benda yang kita miliki dan kita
pakai walau mungkin tidak sepenuhnya kita pahami. Maka mereka yang
tidak mampu, tidak memiliki dan tidak tahu akan benda tersebut pada
akhirnya akan tersisih. Mereka akan melalui lorong sepi dalam hidup
yang jauh dari jalan raya yang bertaburan cahaya kemajuan. Tersisih
dari pergaulan, tersudut dan hanya sekedar menjadi penonton dengan
perasaan yang pahit. Tetapi juga rumit.
Tetapi
haruskah hidup ini kita jalani dengan meninggalkan kesadaran hati
nurani kita hanya demi agar dapat memasuki jalan raya yang demikian
berkelimpahan cahaya gemerlap tetapi sesungguhnya belum sanggup kita
pahami? Belum sanggup kita nikmati? Haruskah kita hanya dapat menjadi
pembeli dan pemakai saja, dan tidak menjadi penjual dan pencipta yang
jauh lebih memahami apa yang dapat kita peroleh? Mengapa kita lebih
suka menjadi pengikut daripada menjadi perintis kemajuan?
Sungguh
benar, mereka yang hidup lurus akan berjalan di lorong sunyi. Sebab
hanya mereka yang berjalan dalam keheningan dapat menjadi pencipta
yang kreatip, menjadi penemu karena perenungan yang dalam, menjadi
pelopor kemungkinan-kemungkinan yang sebelumnya tidak terpikirkan.
Sebab sesungguhnya, kemajuan jaman ini tidak di tentukan di jalan
raya yang gemerlap dengan pasar jual-beli yang hiruk pikuk tetapi di
ruang-ruang terpencil yang memunculkan segala ide dan pemikiran untuk
membuat manusia lebih nyman dengan dirinya. Atau paling tidak,
membuat sang penemu lebih nyaman menjalani hidupnya.
Maka mereka
yang hanya dipenuhi hasrat untuk memiliki dan menguasai, sesungguhnya
tidak akan mampu untuk menciptakan kebutuhannya sendiri. Tidak akan
bisa memikirkan kemungkinan lain yang dapat dilakukannya dengan
kemampuan yang dimilikinya. Mereka hanya membeli keinginannya, bukan
menciptakan apa yang diinginkannya. Sebab mereka hanya mencintai
keramaian pasar, hiruk pikuk jalan, cahaya iklan yang gemerlapan.
Mereka enggan untuk menyepi memikirkan apa yang dapat menjadikan
hidup lebih bermanfaat, segan untuk menaklukkan keinginannya. Karena
mereka tidak menyukai jalan yang berliku, penuh kesulitan dan rumit.
Dan malas untuk terus menerus belajar memperbaharui dirinya.
Begitulah,
kemajuan telah menciptakan suatu kontradiksi yang aneh pada kita.
Sebab seharusnya, dalam pemikiran, hidup lurus selayaknya jauh lebih
mudah untuk ditelusuri. Jauh lebih nyaman dan aman untuk dilewati.
Hanya perlu usaha dan kerja nyata, belajar dan berpikir,
mempergunakan semua kemampuan yang telah kita miliki. Tetapi ternyata
kita jauh lebih menyukai sikap duduk dan menerima. Tanpa mengeluarkan
keringat dan berpikir dalam. Berharap semua hal datang sendiri.
Bagaikan memegang pengatur jarak-jauh. Serba instan. Serba ringkas.
Maka kita mempergunakan segala macam cara selain dari bekerja secara
jujur dan keras. Jika harus korup maka korup-lah. Jika harus
menendang sesama maka tendang-lah. Yang penting kita dapat membeli
dan membayar apa yang kita inginkan. Jika harus bekerja dan berpikir?
Jangan...... Sebab hidup bukan untuk dipikirkan tetapi dinikmati.
Ahhhhh......
Tonny
Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar