Siapakah aku? Di manakah aku? Apa yang sedang kukerjakan? Apakah tujuan hidupku? Apakah yang kukerjakan saat ini selaras dengan tujuan hidupku? Apakah aku sadar dengan keberadaanku saat ini? Apakah hidupku telah bermakna? Selayaknya kita renungkan pertanyaan-pertanyaan itu, tepat di malam ketika tahun akan berganti. Menyembunyikan diri kita di dalam pesta pora perayaan dapat menciptakan kebohongan dan penghindaran diri dari segala macam problem yang saat ini kita hadapi.
Tidakkah hidup seringkali terasa membosankan? Hampa dan tak bermakna? Hari-hari dalam kehidupan ini kita lalui begitu saja. Lewat tanpa disadari. Kita berubah menjadi seperti mesin. Dengan letupan-letupan sesaat. Bergerak terus hingga waktu membuat kita aus, berkarat lalu perlahan-lahan rusak dan mati. Tetapi jika kita adalah mesin, apakah gunanya pemikiran kita? Apakah fungsinya kesadaran kita? Tidakkah seharusnya kita jelajahi hidup untuk mencari kebenaran. Untuk membuktikan keberadaan kita di dunia ini. Dan kita dapat menghindari penderitaan dengan menyatakan kejujuran. Mengapa kita harus melarikan diri dengan berpura-pura bahwa segalanya abadi? Mengapa kita harus menyembunyikan duka lara kita masing-masng?
Penderitaan memang dapat terjadi karena hal-hal yang di luar jangkauan kita. Lingkungan kita, orang lain, ketidak mampuan kita atau karena sistim yang membelenggu dengan aturan-aturan yang tidak adil. Tetapi jauh lebih sering, ternyata, bahwa penderitaan kita berasal dari diri kita sendiri. Dari pola pikir kita. Dari keinginan-keinginan kita. Dari nafsu dan ambisi kita. Dari ketidak mampuan kita untuk menilai dan memahami dunia di luar diri kita. Dan dari kegagalan kita untuk mencapai sasaran-sasaran yang kita inginkan. Kita terbui dalam ruang sempit keAKUan sehingga gagal melihat banyak hal di luar dinding keAKUan kita. Banyak hal yang baik pun yang buruk. Yang harum pun yang busuk. Yang indah pun yang jelek. Hidup bukanlah sebuah mimpi. Hidup adalah kenyataan yang mesti dialami bersama dunia seluruhnya. Kita dituntut untuk menyadari hal itu.
Maka tepat di malam tahun baru nanti, cobalah berhening diri. Tengoklah waktu yang sudah silam. Telusurilah keberhasilan dan kegagalan kita. Di dalam keheningan itu renungkanlah pertanyaan-pertanyaan di atas. Semoga dengan demikian, hari baru di tahun baru besok akan kita masuki dengan pemikiran baru juga. Serta perbuatan-perbuatan baru. Yang lebih baik. Yang lebih indah. Dan hidup kita pun dapat diperbarui pula. Pada akhirnya, Selamat Tahun Baru 2008. Semoga Kasih dan Cahaya Kristus beserta kita semua. Amin!
A. Tonny Sutedja
Vita Brevis. Hidup itu singkat. Maka jangan pernah berputus harap. Dum Spiro, Spero. Selama aku bernafas, aku berpengharapan. Tetaplah berjuang!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
WAKTU
Sering, saat malam kelam, aku menatap puluhan, ratusan bahkan ribuan bintang yang kelap-kelip di langit di atas kepalaku. Panorama yang ha...
-
Kita tahu bahwa kita ini hanya setitik debu di lautan sejarah yang tak terbatas Kita tahu bahwa rasa sering tak bisa kita sampaikan ...
-
Adalah menakjubkan, hanya dengan 26 huruf, begitu banyak kata dan kalimat tersusun, begitu banyak buku tercipta, begitu banyak kata terpaha...
-
Perlahan-lahan kendaraan yang kami tumpangi melewati jalanan yang berliku, rusak parah dan dipenuhi dengan lumpur kecoklatan. Di sebelah kir...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar